Bab 8 - Memanfaatkan

0 0 0
                                    

Tanpa sadar, Andre spontan mendorong tubuh Siska darinya. Rasa aneh menjalar saat ia menatap wanita yang pernah ia lamar.
Tak ada Siska yang membuatnya jatuh hati, di sini Siska yang ada adalah seorang perayu.

Herannya lagi, ia tergoda kepadanya dan menjadikannya pendamping hidup baru. Padahal, sifat asli wanita itu akhirnya keluar juga dan ia terlambat mengetahuinya.

"Tidurlah! Kau pasti sangat capek," suruh Andre mengalihkan kejadian barusan.

Siska menyunggingkan sudut bibirnya dan kembali menaruh kepalanya didada bidang pria itu. Tangannya meremas lengan Andre, semakin erat hingga terasa kuku juga menusuk lengan tersebut.

Ingin ia berteriak, tetapi suaranya tak sanggup keluar dan memilih menerima rasa sakit itu.

"Katakan kau mencintaiku!" pinta Siska berganti menyentuh rahang tegas Andre yang sangat disukai.

Meski terlihat tak nyaman, Siska tak mau melepaskannya. Ia akan membuat Andre terbiasa dengan sentuhannya seperti dulu.

"Aku mencintaimu," ujarnya terus terang.

"Benarkah? Kau tadi marah-marah padaku, kau berarti tidak sungguh-sungguh mengatakannya," rengek Siska memanyunkan bibirnya.

"Maafkan aku. Tadi aku melakukan kesalahan kepada istri tercintaku ini," celetuk Andre kemudian memeluk dan mencium kening istrinya beruntun.

Seperti sebilah pisau tajam, kalau mencoba mengenai pinggirnya sedikit kau akan tergores, begitupula kondisi Andre, goresan kecil akan melukainya jika ia tidak berhati-hati.

Saat ini, menuruti semua kemauan Siska adalah jalan terbaik. Ibunya tak boleh mengkhawatirkan dirinya setelah ini.

Di dalam pelukan Andre, Siska tersenyum miring. Rencananya kali ini akan berhasil kalau ia bisa memenangkan hati ibu mertuanya lebih lagi.

Jika mau mendapatkan anaknya, kau harus mendapatkan perhatian ibunya, bukan?

"Aku tidak bisa membagi siapapun kepada wanita itu," batin Siska tertawa licik.

***

Mentari menyosong mengganti hari, burung-burung berkicau menandakan pagi. Apalagi yang lebih baik dibanding udara yang ada saat ini.

"Uwahh ... cerahnya!" seru Tiara kagum seusai membuka jendela kamarnya.

Seperti rutinitas biasanya, ia segera ke kamar mandi dan membasuh wajah. Membangunkan kedua anak-anaknya, menyiapkan sarapan, dan mengantar mereka ke sekolah.
Lalu, yang terakhir sudah jelas pergi ke toko kain dan berkerja hingga petang tiba.

"Banyak juga kegiatanku," keluh Tiara yang selalu mengawali hari dengan menulis di selembar kertas tentang apa yang akan dilakukan.

Dengan adanya jadwal, Tiara bisa lebih produktif. Untung saja, Andre mengajarkan hal ini kepadanya saat menikah. Jika tidak, mungkin hidupnya akan sangat berantakan.
Lagi-lagi Tiara jengkel karena teringat akan Andre.

"Selamat pagi," sapa Nana barusan dengan muka bantalnya.

Tiara tertawa gemas karena melihat putrinya sangat imut.
Ia mencubit pipi mirip bakpao itu dan menciumnya kemudian.
Sesederhana ini paginya, ditemani buah hati yang selalu menyambutnya.

"Nana mau sarapan apa?" tanya Tiara ketika moodnya sedang bagus.

"Mau telur mata sapi setengah mateng sama nasi anget, campur kecap dikit," jawab Nana begitu detail.

Ia tak sabar menikmati menu kesukaannya tersebut. Sampai terus tersenyum-senyum membayangkannya.

"Mandi dulu sana! Jangan lupa bangunkan adikmu! Dia pasti masih berbaring di ranjangnya," perintah Tiara pada Nana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 30, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Wanita Lain : Di Antara KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang