4

6 0 0
                                    

Sungguh sangat membuat girang. Betapa tidak. Sebuah pesan whatsapp datang dari nomor yang baru saja aku simpan di kontak telepon. Aku mengenalnya melalui pertemuanku dengan seorang perempuan pekerja keras. Perempuan itu sungguh hebat bagiku dan bersyukur pernah ada di prosesku. Februari meninggalkanku satu hal bahwa Tidak ada pertemuan yang tak meninggalkan hikmah untuk dihayati. Tidak ada kenikmatan tanpa kerja keras dan rasa syukur, tidak ada yang lebih nikmat daripada hasil keringat sendiri. Ya, aku diberikan sebuah kesempatan kerja olehnya hingga hasilnya dapat mengantarkan diriku pada sebuah training nasional itu. Sungguh begitu dahsyatnya memperbanyak jejaring melalui berteman. Berteman dengan semua kalangan baik adik, sebaya maupun kakak yang jauh diatas kita. Jejaring ini menjadi sebuah privilege bagiku, yang tak ternilai harganya. Dengan kekuatan jejaring dan silaturahim ini, aku mengerti lebih banyak masalah masalah di lingkungannya zoon politicon dari berbagai sisi dan kelas sosial.

Pagi itu, dapur menjadi ruang ternyaman bagi teman sesama peserta (riskiafara) dan lainnya saat bersama sama sibuk menyiapkan acara makan siang bersama yang terakhir sebelum mutiara pulang, aku mendadak terpingkal pingkal melihat sebuah pesan itu. Sebuah gambar bertuliskan namaku lengkap dengan pukul berapa aku harus chek-in.

"Dek ra, sudahmi itu saya bookingkan tiket pulangmu. Sukses selalu ya termasuk sekolahmu", beliau menjelaskan maksud pesannya. Meski sebenarnya aku tahu bahwa itu tiket untukku.

"Terima kasih banyak Kak", ucapku usai menjawab salamnya sebelum memulai obrolan.

"Hati hati yah sampai tujuan dek. Semoga bisa jumpa dilain kesempatan", sambungnya. Beliau mengingatkanku untuk memperhatikan dokumen penting untuk bisa masuk departure selain tiket, kemudian diikuti dengan menutup teleponnya. Aku mengucapkan terima kasih berkali kali lalu mendoakannya. Surat rapid milikku diuruskan oleh kak uci, salah seorang stering training sejak dua hari lalu.

Selama kurang lebih 10 hari didaerah itu bergelut dengan dinamika kehidupan di kampung orang. Mencari makna perbedaan diantara kami dari berbagai kampus dan daerah yang berbeda beda. Menyamakan persepsi mengenai suatu permasalahan. Memberikan banyak nilai yang dapat diadopsi; kebersamaan, pengorbanan, sosial, persahabatan, perjuangan dan cinta. Ada kesan baik dan buruk. Ada sedih ada juga senang. Ada kasmaran antar sesama peserta pula antar peserta dan panitia. Dan ketika pulang, ada rasa yang tertinggal disana.

Keberuntungan benar benar berpihak kepadaku menjelang kepulanganku. Sehari sebelum aku dibookingkan tiket olehnya, aku diajak silaturahim dengan salah seorang petinggi kampus swasta disana.

"Ra, nanti teruskan nomor rekeningmu ke asisten saya ya", perintah sang rektor. Ini merupakan pertemuanku yang pertama dengannya. Namun 2 tahun sebelumnya aku pernah memohon untuk menemuinya tetapi beliau harus menyelesaikan tugas di luar provinsi.

Pemberian paling berkesan bagiku adalah buku. Dan itu selalu diwujudkan oleh seorang perempuan yang cukup menginspirasi di mataku. Dia mempunyai pemikiran yang begitu visioner. Perempuan ini memiliki tubuh yang mungil. Ada tahi lalat diatas bibir bagian kanan. Dia cukup aktif berorganisasi. Hal itu tergambarkan pada pajangan beberapa bingkai sertifikat menjadi pemateri sebuah kegiatan. Mutiara pernah diajak menyempatkan diri bertandang ke rumahnya di gowa. Dia selalu menjadi rumah bagiku saat berada satu kota dengannya. Sesaat setelah aku menerima dua buah buku darinya. Suara menyapa dari kota palu melalui sambungan jarak jauh.

"Adiku, apa kabar adik andalanku?", tanyanya memulai obrolan usai mengucap salam. Gimana, jadi pulang besok? Ia melanjutkan.

"Kak aku besok pulang. Tiket sudah ada", jawabku datar. Aku agak sedikit kecewa karena tidak bisa bertemu langsung dengannya.

"Salah satu perempuan hebatnya sultra tidak boleh sedih donk. Doaku tetap menyertaimu. Semoga sehat sehat, dan kesuksesan selalu membersamaimu", dia mencoba menghibur dengan kata kata unggulannya jika sedang berbicara denganku. Dia juga mengingatkan untuk tidak terlalu capek.

Nawaitu (NTIARASI) 365 HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang