6

6 0 0
                                    

*Mutiara dan sebuah nasihat*

Karena dalam pikirku selalu bertanya ;
Bagaimana bisa aku memenangkan hidup? Jika nihil aku bertarung di dalamnya. Maka Hari hari aku sibuk. Nyari rupiah untuk bayar kuliah. Nyari rupiah bayar kuliah. Lain pula yang juga butuh. Siklusnya tanpa pernah berubah. Padahal sebenarnya aku sudah sadar, tiada lain kecuali menunggu jenazah. Doa : sebuah kata yang hanya dengan dia aku bisa mengatakan hal hal yang sedang sulit aku rasakan. Tapi tetap Doa berbisik, harapan bergumam, usaha bekerja siang malam.
Membawa diri yang masih digenggam oleh harapannya. Sungguh sangat berbahaya jika harapan telah terceraikan dengan diri itu. Diri itu sangat semangat dan penuh energi, ia sangat pandai menyembunyikan patah dan lelahnya.
Hari hari ini, aku mencoba menghitung sudah berapa kali menghabiskan hari dengan mengalikannya 30. Lalu mengalikannya lagi 12. Kemudian mencoba menghitung apa yang telah pernah aku tulis. Dan, tak seberapa ternyata. Hampir tak satupun. Aku melihat di ujung sebuah langkah, seorang diri tersiksa dalam pelukan ekspektasi bukan dari dirinya sendiri. Dia mencoba melepaskan cengkeraman itu. Juga mencoba menerka gelap,  namun harapnya sia sia. Tak ada uluran sepasang tangan yang bisa melepaskannya dari dekapan kelam itu. Kemudian ia berhasil bebas tanpa bantuan apapun. Bagaimana dengan aku? Hari hari sudah akan berlalu lagi namun tak seperti aku yang bisa membiarkan cengkeraman ego ini berlalu.

Mutiara begitu tersihir dengan nasihat seseorang untuknya.

Kak S : assalamualaikum RAmbutan (dengan suara kencang dari balik ponsel).  selamat ya dek, berkah untukmu. (Dia menelepon setelah melihat pembaruan whatsapp story mutiara 3 menit yang lalu). 3 hari usai acara seremonial pemindahan tali toga dari kiri ke kanan masih terasa sangat hangat hangatnya. Mutiara belum menurunkan seragam sakral itu mulai dari topi, kalung, selempang, sampai baju terusan dari gantungan dibelakang pintu kamarnya. Selain sosok ini, mutiara juga mengucapkan terima kasih kepada dosen dosen yang telah mengajarnya di ruang kuliah. Doa doa baik dari mereka lewat pesan singkat. Tidak jarang ada yang mengutarakan perasaannya bahwa ia terharu, sebab mutiara mengirimkan ucapan itu disertai foto lengkap membuang toga di langit kampus.

Mutiara : waalaikumsalam, alhamdulillah terima kasih ya Kak.

Kak S : akhirnya lulus juga ko rambutan. (Rambutan, nama yang dia pelopori disematkan kepadaku karena warna rambutku di semester awal kuliah). Pada saat itu, aku memang sangat suka berkreasi dengan rambutku yang warnanya memang kekuning-kuningan karena setiap hari dilanda sinar mentari.

Mutiara : hahhahahahahahahahaha (tertawa terpingkal pingkal. ingatannya kembali pada masa dimana dirinya mulai terbentur, sebelum terbentuk).

Kak S : jika masih kuat dan semangat, lanjutkan terus langkahmu dek. Jangan terputus di s1. Gunakan pengalaman, skill dan network yang kamu bangun selama ini untuk itu. Supaya nanti kalau ada orang menemui kamu, tidak lagi ada arahan untuk ketemu si A, si B, si C, si ABC, dan seterusnya. Mengapa kamu tidak menjadi orang yang ditemui itu? Mengapa kamu tidak menjadi tujuan dan solusi mereka yang menemuimu? Percaya dek, rambutan, orang tidak lagi mencarimu agar bisa ketemu siapa siapa. Jika kamu bernilai maka kamulah yang akan menjadi tujuan akhirnya. Jadilah perempuan bernilai. Jadilah tujuan dan solusi bagi mereka yang mencari itu. Selalu ingat, we never know what future holds.

Mutiara : ummmbee (sambil  mengangguk), tapi dalam pikirannya sedang menyusun rencana dan strategi bagaimana agar nasehat itu bisa ia wujudkan. Ya , "perempuan bernilai". Maka proceed to be .... harus dijalani olehnya. Semua itu tidak lain demi meningkatkan kualitas diri (ability, skill, knowledge) untuk menjadi tujuan dan solusi. Help other people to reach they dream, mutiara kerap merapalkannya pada setiap mengawali langkahnya dipagi hari.

Mutiara menuturkan bahwa pada pertemuannya dengan rektor sebuah kampus swasta di benteng rotterdam yang sekaligus senior dan narasumber kegiatan skala nasional yang pernah digarapnya, sang rektor menawarkan agar mutiara melanjutkan studynya di kampus yang sedang dikelolanya. Sekiranya jika mau, mutiara juga tidak akan kesusahan jika membutuhkan surat rekomendasi karena kakak yang selalu menjadi muasal nasehat itu adalah alumni dari kampus tersebut. Sementara pada kesempatan yang berbeda, mutiara sejak melepas statusnya sebagai mahasiswa, dia sudah diarahkan untuk melanjutkan study di sebuah sekolah tinggi ekonomi yang terletak di ibu kota provinsi tanah jazirah Tenggara bagian sulawesi. Salah seorang dosen yang notabenenya sebagai ketua program studi pasca sarjana manajemen di sekolah tinggi itu adalah dosen pembimbing skripsi mutiara. Mutiara yang posisinya sedang mengalami krisis dibidang financialnya, tidak bisa langsung mengambil keputusan dari saran-saran yang diterimanya.

Nawaitu (NTIARASI) 365 HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang