Hari dimana Jaemin sadar, adalah hari kebahagiaan banyak orang.
Banyak orang menantikan kabar ini, termasuk keluarga dan teman-teman Jaemin.
Jaemin memang sudah sadar sejak 2 hari lalu. Namun karena terlalu lama berbaring, membuatnya lemas luar biasa. Ditambah ia hanya mendapat nutrisi dari infus selama ia koma.
Sejak hari itu pula, Jeno menghilang. Setelah menghubungi Yuta, lelaki itu berpamit untuk pergi pada Winwin. Namun setelah seharian, tak ada tanda-tanda lelaki itu kembali.
Winwin sebenarnya merasa bersalah. Ia juga cukup khawatir dengan Jeno.
Begitu pula dengan Yuta.
Semua orang berkumpul di depan ruang rawat Jaemin. Menunggu pemeriksaan lanjutan dari dokter untuk mengetahui kondisi terbarunya.
Disana ada banyak orang. Ada Yuta & Winwin, Shotaro, Dejun, Jaeyong, Haechan, Renjun, Mark, Sungchan dan Johnny (papa Haechan).
Mereka terbang bersama-sama tentu saja. Hanya untuk melihat Jaemin.
Tak lama, dokter keluar bersama 2 perawat. Kemudian tersenyum kearah semua orang yang menanti hasilnya.
"How's he doing?" Yuta bertanya.
"Recover quickly. It's a miracle. Everything is normal, including heart rate, blood pressure, and psychological condition. There's nothing to worry about anymore. In the next three days, can leave the hospital."
Semua tersenyum mendengar kabar tersebut. Winwin bahkan menangis haru di pelukan Yuta.
"Thank you, doctor. Can we see it?"
"Please, but take turns so as not to disturb his rest time."
Dokter itu pergi, kemudian Yuta pamit untuk melihat anaknya terlebih dahulu bersama Winwin.
.
Seusai Yuta dan Winwin keluar, kini giliran Haechan, Renjun dan Shotaro yang masuk. Mereka masuk bersamaan dengan harap-harap cemas, karena melihat ekspresi orang tua nya yang keluar tanpa sepatah kata.
Secara perlahan, mereka membuka pintu, menyembulkan kepala dengan saling tumpang tindih guna mengintip apa yang Jaemin lakukan.
Disana Jaemin hanya diam, duduk bersandar dengan pandangan terpaku pada jendela ruanganya yang menampilkan pemandangan indah kota London.
Mereka kemudian masuk, lalu mendekati bangsal Jaemin.
Shotaro menyentuh tangan Jaemin, membuat empunya menoleh lalu tersenyum sekilas.
"Bagaimana keadaan mu?" Tanya Shotaro.
Jaemin tak menjawab, namun hanya senyuman yang ia berikan sebagai jawaban.
"Ada yang sakit? Atau mau sesuatu?" Tanya Renjun kemudian.
Jaemin menggeleng. Lagi-lagi tak bersuara barang sedikit.
Mereka cemas, dan mulai menebak jika Yuta dan Winwin mengalami hal yang sama yang mereka alami ketika bertemu Jaemin.
Jaemin menjadi lebih pendiam, tak mau bicara, bahkan terkesan dingin.
Lama mereka hanya berdiam diri dengan pikiran masing-masing. Sampai Shotaro mengusap lembut surai biru pudar milik Jaemin.
"Aku ini adik mu. Aku berhak tahu kamu kenapa, ada masalah apa? Aku juga kembaran mu. Kalo kamu diem aja, rasanya sakit disini." Shotaro menyentuh dada Jaemin.
Jaemin menoleh, kemudian mengikuti kemana tangan Shotaro bertengger.
Shotaro menghela nafas lelah, ia tidak boleh menangis, karena ia tak pernah menangis di hadapan Jaemin. Itu suatu pantangan baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold President || NoMin
Fanfic[ON GOING] "Gue ga akan nyerah ngejar tuh presiden kaku." - Na Jaemin . "Risih gue lo ikutin terus!" - Lee Jeno . "Jeno, apa gue emang ga pantes buat lo?" - Na Jaemin . "Pergi dari hadapan gue, Na Jaemin!" - Lee Jeno . bxb content NoMin MarkHyuk