IT|| 18

363 15 15
                                    

"Bukan karena Bertemu lalu kita Berjodoh. Tapi karena Berjodoh kita Bertemu. Sebab ketika Allah menginginkan dua hati untuk bersatu. Allah akan menggerakkan hati keduanya bukan salah satunya."

"Ck.. Bundaa."

Fatimah terkekeh mendengar decakan dari sang putri.

Diraihnya tubuh sang putri kedalam pelukan. Baginya kesempatan untuk memeluk sang putri hanya hari ini, malam ini, jam ini dan detik ini. Putri yang dulu selalu riang dan semangat setiap belajar melangkah. Putri yang selalu merengek kepadanya untuk di belikan permen kapas. Kini putri itu akan pergi jauh, bukan ke negri orang tapi melangkah ke dunia yang bernama rumah tangga.

"Bunda kenapa.." Kata Keisya terhenti karena pelukan sang bunda semakin erat. Ia hanya bisa diam dan membalas pelukan itu dengan erat. Merasakan setiap kehangatan yang tercipta. Kehangatan yang dulu ia rasakan saat pergi ke Mesir itu terasa. Kehangatan yang jarang ia dapatkan kini ia dapatkan.

"Bunda." Kata Keisya melepaskan pelukan sang Bunda.

Fatimah hanya tersenyum sambil membelai rambut panjang yang dimiliki Keisya.

"Bunda kenapa sih kok aneh banget?"

"Bunda ngga apa-apa kok Di."

"Beneran ngga apa-apa?" Kata Keisya sambil mendonggakkan kepalanya kearah sang bunda.

"Iya Bunda ngga apa-apa sayang."

"Tapi mata Bunda mengatakan hal lain loh."

"Eh malah menduplikat kata-kata Bunda." Kata Fatimah sambil tersenyum.

"Ya gimana lagi, dari tadi Nindi tanya Bunda kenapa. Jawabannya selalu aja ngga apa-apa. Tapi matanya berkaca-kaca kenapa sih, ayolah Bunda ngomong ada apa sih."

"Sayang, Bunda tau bunda bukan lah seorang ibu yang baik. Bunda selalu merepotkan kalian, Bunda selalu merecoki kalian dengan perintah-perintah Bunda. Bunda minta maaf Di, ngga ada seorang ibu yang rela jika anaknya pergi jauh darinya. Kamu tau, dulu kamu selalu ngambek bilang Bunda ngga sayang sama kamu. Saat itu sakit sayang sangat sakit yang Bunda rasakan, bagaimana lagi dulu saat melahirkan kamu dan Keira Bunda ngga memiliki ASI yang cukup buat kalian. Dan dengan terpaksa Bunda merelakan kamu untuk diberikan ASI oleh tante Laura. Bunda sangat sayang sama kamu Di, Bunda ngga mau kehilangan kamu. Jujur Bunda sangat iri sama Laura Bunda yang mengandung dan melahirkan kamu tapi malah Laura yang sangat dekat sama kamu. Bunda pengen jadi teman curhat kamu, Bunda pengen jadi orang pertama yang kamu butuhin bukan orang lain." Fatimah berhenti sejenak dan melihat respon anaknya ketika mendengar kalimat demi kalimat yang ia lontarkan. Putrinya itu tetap diam dan tersenyum kearahnya.

"Sayang, walaupun Bunda ngga seperti Laura yang tau segala hal yang kamu rasakan. Bunda tau kok kamu terpaksa kan menerima lamaran Kafka? Kamu melakukan itu agar Bunda dan Ayah ngga malu kan? Kali ini Bunda mohon tolong kamu jujur sama Bunda. Jangan kamu pikir Bunda ngga tau, Bunda ini ibu kandung kamu jadi walaupun Bunda ngga begitu dekat dengan kamu Bunda tau apa yang putri Bunda rasakan."

Keisya hanya diam dan menundukkan kepalanya semakin dalam. Ia membenarkan apa yang dikatakan Bundanya barusan. Tapi alasan dia menerima ini semua hanya demi nama keluarganya ngga lebih. Selama ini dia selalu menorehkan luka dihati keluarga. Dengan ini dia pikir bisa menebus semua malu yang dia perbuat untuk keluarganya.

"Bunda tau darimana kalo Nindi terpaksa." Kata Keisya sambil mengalihkan pandangannya.

"Dari sikap kamu, dan dari mata kamu sayang. Mulut bisa berkata bohong tapi mata ngga akan bisa. Jadi, sebelum semuanya terlambat kamu ngomong sama Ayah kalo kamu ngga bisa ngelanjutin pernikahan ini."

Keisya hanya menggelengkan kepalanya.

"Bunda Nindi mohon jangan kasih tau Ayah. Bunda janji ya jangan pernah ngomong hal ini sama siapa pun." Kata Keisya sambil meraih tangan sang bunda.

"Tapi sayang, asal kamu tau kalo suatu hubungan hanya dijalani dengan satu orang itu ngga bakal berhasil. Bunda ngga mau itu terjadi sama kamu." Kata Fatimah sambil membelai rambut sang putri.

"Bunda kali ini aja, Bunda turuti permintaan Nindi ya. Nindi ikhlas kok ngejalanin ini semua. Tugas Bunda sekarang cuma satu doain Nindi ya." Kata Keisya mulai terisak.

"Tanpa kamu minta pun Bunda selalu doain kamu Di." Kata Fatimah sambil tersenyum kearah Keisya.

"Terima kasih Bunda.." Kata Keisya seraya memeluk tubuh Fatimah dengan erat.

"Sama-sama sayang nya Bunda.. Udah sekarang kamu tidur, nanti apa kata orang kok mempelai wanitanya lesu." Kata Fatimah seraya melepas pelukannya.

"Iya. Selamat malam Bunda." Kata Keisya sambil menutup matanya.

Fatimah mengecup kening Keisya dengan sayang. Setelah itu dia keluar dan menuju kamar nya.





Assalamualaikum..

Hai aku up lagi nih..

Gimana sama part ini seru ngga?

Jangan lupa vote sama komen nya ya..

Terima kasih buat kalian yang udah setia sama cerita ini.😘😘❤❤

papay..

TBC..

25 Juni 2022


Ikatan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang