"Harus banget ya dilaporin ke Irene?"
Alvin melipat kedua tangannya di depan dada dengan melayangkan tatapan horornya kepada seorang perempuan yang terkejut saat melihat keberadaannya, senyum tersungging di bibir Alvin.
Sabrina langsung menyembunyikan ponsel pintarnya ke dalam saku yang berada di kemeja putihnya, bersikap santai seperti tidak ada kejadian apa-apa.
"Percuma lu tutupin, kalau gua udah tahu sama kelakuan busuk lu itu," celoteh Alvin.
"Eh ada sih ganteng. Kamu habis dari mana, Alvin, kok tiba-tiba bisa ada di sini sih?? Aku tahu, jangan-jangan kamu kamu mau nemuin aku ya?"
Manusia yang bisa mengubah-ubah wajahnya sesuai dengan situasi baik itu menjadi jahat ke baik begitu juga sebaliknya adalah jenis manusia bermuka dua. Ialah suatu kelebihan Sabrina yang patut diacungi empat jempol sekaligus. Namun sia-sia saja Sabrina menggunakan topeng kebaikannya karena aksinya saja sudah ketahuan oleh Alvin.
"Yang begini nih .... yang bikin gua semakin benci sama lo!"
"Eh, eh, eh ... Kok begitu sih kamu ngomongnya?"
Alvin tidak mengindahkan pertanyaan dari Sabrina. Alvin berujar, "Gua bisa aja si maafin lu asalkan lu mau hapus foto itu!"
"Foto yang mana?" tanya Sabrina berlagak sok polos. Masih saja memasang topeng di wajahnya, pura-pura tidak tahu tentang foto yang dimaksud Alvin. "Foto kita berdua? Kan kita belum pernah foto berdua." Kemudian Sabrina mengambil ponsel, merangkul pundak Alvin dengan tangan kirinya dan hendak mengambil foto selfi namun Alvin langsung menepis tangan Sabrina dan menjauhkan diri, bergeser beberapa langkah.
"Kenapa sih Alvin kok kamu jijik banget sama aku. Emangnya aku najis apa." Bibir Sabrina mengerucut.
Alvin menimpali, "Emang lo najis. Baru sadar!"
Kemudian Alvin berjalan lebih dekat mendekati Sabrina. Detak jantung Sabrina mendadak tak karuan. Kini tatapan mereka bertemu dengan sebuah garis lurus. Meskipun tatapan Alvin terhadap Sabrina seperti layaknya ingin menerkam orang namun bagi Sabrina tersendiri ini adalah momen paling langkah dan harus diingat sepanjang masa hidupnya.
"Gausah belagak gak tau, Setan!" gubris Alvin.
"Gua hitung sama tiga. Satu ... dua ... ti-"
Belum sampai hitungan ketiga Sabrina langsung memotong perkataan Alvin.
"Iya-iya aku hapus fotonya." Pasrah. Sabrina mengakui juga kesalahannya.
Tercetak senyum miring di bibirnya saat Alvin mengamati perempuan di hadapannya sedang menghapus beberapa foto. "Udah aku hapus nih," ucap Sabrina sembari menunjukkan galeri ponselnya kepada Alvin.
Alvin berkata, "Bagus!"
"Alvin maafin aku kan?" ujar Sabrina.
"Gak!"
"Ihhh ... Alvin kok gitu sih!!! Aku kan udah hapus semua fotonya," ringik Sabrina.
"Gua bingung sama lu, Sab. Alena kan gak pernah buat kesalahan ya sama lu. Kenapa bisa-bisanya lo mau ngefitnah Alena ke Rayhan?" ceplos Alvin blak-blakkan. "Demen banget adu domba."
"Ada kok salahnya," timpal Sabrina dengan cepat, "Ini nih buktinya. Kamu selalu aja ngebelain dia!"
Alvin mendecih. "Ngebelain? Lo lupa atau gimana?" Alis tebal milik Alvin terangkat satu, menampilkan ekspresi sinis. "Lu gak cuma satu orang aja ngelakuin hal beginian. Tapi ke semua orang!"
"Aku terpaksa ngelakuin semua itu, Alvin, supaya aku bisa dapatin hati kamu." Alvin terkejut saat Sabrina melingkari kedua tangannya, memeluk erat tubuhnya. "Aku sayang banget sama kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Yuk! Balikan Mantan
RomanceSinopsis : Alena tidak pernah menyangka saat dirinya pindah ke sekolah baru yang didaftarkan oleh ayahnya. Sigit memilih untuk menyekolahkan putri keduanya di SMA Kasih Bunda. Di sekolah tersebut Alena bertemu dengan sosok pria yang wajahnya seratus...