CHAPTER 5

173 20 4
                                    

💔
Kamu sebenarnya tidak hancur, tetapi sedang di bentuk.
Asnawi : Dibentuk untuk lebih hancur lagi?


Asnawi berjalan memasuki rumahnya dengan perasaan senang, ia sangat bahagia karna sekarang ia memiliki seorang teman. Kini jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, namun Asnawi tetap tidak peduli jika dia harus mendapatkan tamparan lagi dari Ayahnya. Namun, ketika ia membuka pintu rumah, ternyata kosong.

"Pasti mereka pergi tanpa mengajak aku," gumam Asnawi sambil tersenyum pedih.

Kakinya melangkah ke kamar, esok ia akan menceritakan semuanya kepada Sagara. Menceritakan tentang kehidupannya yang menyedihkan, membagi rasa sakitnya kepada seorang teman. Baru saja Asnawi akan tidur di kasurnya, pintu kamar sudah diketuk oleh seseorang.

Asnawi pun berjalan membuka pintu, tersenyum melihat seorang wanita yang selalu peduli padanya. "Kenapa Bi,?"

"Tadi Tuan dan Nyonya cari kamu, kayaknya mereka mau mengajak kamu untuk ikut ke sebuah pesta," ucap Bi Ayu

"Untung saja aku gak. Ikut," jawab Asnawi, seolah tahu apa yang terjadi jika ikut ke pesta itu.

"Kenapa?"

"Bi, kalo aku ikut sama mereka, aku akan jadi nyamuk pengganggu di sana, aku akan berubah menjadi patung karena nggak akan ada yang mengajakku mengobrol."

Bi Ayu mengangguk paham, ia mengusap rambut Asnawi dengan penuh kasih sayang. Namun ia sedikit terkejut saat melihat kaki Asnawi dibalut kasa. "Kaki kamu kenapa?"

"Hehe, biasa lah Bi. Namanya juga pahiawan, pasti banyak luka," ucap Asnawi bergurau, namun masih saja terlihat bahwa ia sedang tak baik-baik saja. "Bibi gak pulang?"

"Kalo Bibi pulang siapa yang jaga rumah?"

Asnawi menanggapi dengan tawa kecil.

"Kamu udah makan belum?" tanya Bi Ayu.

"Udah kok Bi. Asnawi ngantuk, mau mandi terus tidur dulu ya Bi." Ucapan Asnawi yang diangguki oleh Bi Ayu, dan Asnawi langsung menutup pintu kamarnya.

Setelah selesai mandi, Asnawi berjalan ke arah kasur, merebahkan diri di sana. Tangannya menggapai ponselnya di atas nakas, ia akan menghubungi Sagara. Asnawi menggigit kukunya sambil menunggu Sagara mengangkat teleponnya.

"Halo,"

Asnawi tersenyum mendengar suara di seberang sana.

"Hai Sagara "

Asnawi kaget saat sebuah benda yang mungkin jatuh di sana.

"Siapa Sagara! Dan lo siapa?!" bentak suara di sana.

Tiba-tiba perkataan Sagara siang tadi muncul di kepalanya. Dia Firza, bukan Sagara, batin Asnawi. "Fi... Fir... Za?"

"Lo kenal gue? Tapi gue gak kenal lo bangsat!"

Asnawi sangat kaget mendengar bentakan itu, hingga sambungan telepon mereka pun terputus.

"Sagara banting hapenya?" gumam Asnawi. Ia pun memutuskan untuk pergi ke rumah Sagara saat ini juga menggunakan taksi.

Harusnya aku gak pulang, harusnya aku temenin dia, batin Asnawi menyesal.

Dan setelah menghabiskan waktu sekitar 30 menit, akhirnya Asnawi sampai di rumah Sagara. Betapa kagetnya saat ia melihat keadaan rumah Sagara yang sangat mengerikan. Di sudut dinding dekat meja makan. Bunda Sagara sedang duduk sambil menangis, sedangkan sang ayah menahan Sagara agar tidak menyakiti dirinya sendiri.

Rapuh [Timnas Bromance]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang