Part 63~Kasihan(?)~

4K 233 134
                                    

Hai semua🤗

Apa kabar?

Emot kalian ketika tahu cerita ini update?

Siapkan mental kalian untuk mengumpat wkwk

|Happy reading|

•••

~Pura-pura bukan dasar sebuah hubungan, karena cinta itu atas dasar saling suka bukan keterpaksaan belaka~

Aluka mengintip laki-laki yang tengah berjuang di dalam sana, air matanya sudah lelah turun sedari tadi. Setelah kebahagiaan karena siuman tadi, Dafka harus kembali membuat Aluka ketakutan karena kondisinya yang drop lagi.

Pikiran Aluka teringat kejadian menyesakkan tadi sebelum laki-laki yang saat ini menjadi kekasihnya itu drop.

"Lemah sekali kamu Dafka, masih mau bilang nggak butuh Papa?" kekehan mengejek yang keluar dari mulut Ayahnya itu membuat hati Dafka tersayat.

"Kalau Papa ke sini cuma buat rendahin Dafka, mending pergi," nada dingin Dafka dengan dada naik turun menahan emosi.

"Kamu tahu? Saya ke sini ingin memberi tahu kabar baik," kata Dafa dengan nada angkuh. "Istri saya sedang mengandung, jadi kamu akan jadi kakak."

Dafka terkejut, matanya menatap Ayahnya kosong. "Rupanya benar, pasti dia anak di luar nikah anda."

Plak!

"Kurang ajar! Nggak pernah diajar sopan santun kamu?!"

Aluka yang berada di samping Dafka menggenggam tangan laki-laki itu erat, menyalurkan kekuatan.

Dafka tersenyum miris. "Lalu apakah sopan meninggalkan istri yang lagi sakit dan anaknya yang masih kecil sendirian untuk main sama jalang di luar sana?" Pria itu diam mendengarkan perkataan anak laki-lakinya yang rapuh. "Apa Papa mikir gimana perasaan Dafka? Nggak kan?"

Aluka merasakan tangannya digenggam erat oleh Dafka, seperti tengah menyalurkan emosinya yang tertahan.

"Bahkan saat Dafka nangis di gundukan tanah makam Mama, di mana Papa saat itu? Mabuk dan main gila sama jalang itu kan?" Dafka meluapkan semuanya dengan menggebu-gebu. "Bahkan dengan teganya Papa menulikan pendengaran saat aku kesakitan, Papa juga sering bilang Dafka penyakitan, nyusahin sama kayak Mama. Orang tua mana yang ninggalin anaknya saat usia tujuh tahun di kuburan sendirian!"

Aluka meredam isakannya, tidak kuasa melihat kehancuran dan kerapuhan pacarnya yang selama ini ia tutupi.

"Memang, kamu itu tidak berguna! Sama seperti Mamamu! Hanya menyusahkan dan memalukan! Tadinya saya mau ngajak kamu untuk tinggal bersama saya dan istri saya, tapi karena kamu seperti ini saya jadi malas. Lagi pula istri saya tengah mengandung darah daging saya yang pasti sehat dan sempurna, tidak seperti kamu yang penyakitan!" Setelah mengatakan hal itu, Dafa meninggalkan ruang rawat Dafka.

Aluka menatap cemas pada lelakinya yang menatap depan kosong, sorot matanya terlihat jelas bahwa ia sangat hancur dan terluka.

Aluka (Proses Penerbitan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang