Dan pada akhirnya semua yang ku pelajari adalah bagaimana menjadi kuat sendiri tanpa adanya orang lain.
。☆✼★━━━━━━━━━━━━★✼☆。
Apakah kau sadar, bahwa kau sedang membaca tulisan ini? Apakah kau sedang minum atau makan sesuatu? Apakah kau menyadarinya? Apakah kau menyadari suara-suara di sekitarmu?
Lalu, siapakah “kau” yang menyadari semuanya itu? Yang jelas, kau bukanlah nama, agama, ras ataupun etnis apapun itu. Semua itu adalah tempelan sosial yang bisa diubah, seturut kehendakmu sendiri.
Memang, diri itu merupakan suatu misteri. Dan sekarang tiba di posisi diriku yang tidak mengetahui jati diri saat ini.
“Hidup” itu adalah sebelum segala bentuk pikiran, emosi dan tubuh yang membentuk “diri”. Banyak orang lupa akan hal ini, karena mereka sibuk tenggelam dalam pikiran dan perasaannya. Kebutuhan tubuh menjadi yang utama, sehingga orang lupa, bahwa ia lebih dari sekedar tubuhnya. Orang perlu kembali ke sebelum “diri” terbentuk, dan menyentuh sumber dari segala sesuatu, yakni kehidupan itu sendiri.
Hidup yang sukses bukanlah hidup bergelimangan harta dan nama baik. Seringkali, dua hal itu justru menjadi sumber penderitaan seseorang. Orang menjadi rakus, dan gila hormat. Orang semacam itu, sebenarnya, jauh dari kebahagiaan dan kedamaian.
Hidup yang sukses berarti hidup yang bergerak sebelum “diri”, yakni sebelum segala pikiran, perasaan dan kebutuhan tubuh. Hasilnya adalah hidup yang berpijak pada intuisi dari saat ke saat. Orang lalu mampu bertindak sesuai kebutuhan dengan berpijak pada kejernihan dan kedamaian. Ketika kemarahan dan penderitaan tiba, ia pun bisa tetap marah dan menderita secara jernih.
Sebelum “diri” berarti orang menciptakan jarak dengan pikiran, emosi dan tubuhnya. Ia menggunakan ketiga hal tersebut, tanpa melekat dan tunduk padanya. Lalu, orang akan sadar, bahwa “dirinya” bukanlah sekedar itu semua, melainkan jauh lebih besar dan lebih agung. Orang lalu terbuka pada kecerdasan semesta, dan sadar, bahwa dirinya sebenarnya adalah alam semesta itu sendiri.
Aku sering bertanya dalam hati, darimana aku berasal? Apakah Tuhan yang menciptakan diriku? Ataukah, sebelumnya aku tinggal di suatu tempat, lalu kemudian masuk ke rahim ibu ku, dan kemudian lahir di dunia ini? Setiap orang, minimal sekali dalam hidupnya, pasti pernah mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini.
Aku juga sering menanyakan, apa tujuan hidup ini? Apa makna dari segala apa yang ku alami dan lakukan setiap harinya? Adakah makna sesungguhnya? Di tengah kesibukan aku belajar setiap harinya, pertanyaan-pertanyaan ini merindu untuk dijawab di dalam batin ku.
Aku juga seringkali mengalami masalah dan tantangan di dalam hidup. Di dalam batin, aku ingin keluar dari masalah tersebut. Aku ingin hidup bahagia. Akan tetapi, bagaimana caranya? Mungkinkah bagiku untuk mencapai kebahagiaan?
Masalah dan tantangan tersebut juga seringkali membuat diriku cemas. Aku lalu berpikir, jika keadaan begini terus, lalu bagaimana dengan masa depan? Masalah dan tantangan juga sering membuat aku cemas atas masa depan orang-orang yang ku sayangi. Kecemasan tersebut lalu juga sering menghantui pikiran di setiap saat, sehingga aku merasa lelah, baik secara fisik maupun batin.
Aku juga banyak melihat orang-orang sekitar yang sakit. Mungkin aku juga sedang sakit saat ini. Ketika sakit itu semakin berat, wajar jika aku bertanya, apa yang terjadi ya, setelah kematian? Adakah surga, atau neraka, atau sesuatu, setelah mati?
Semua pertanyaan ini menggiringku pada satu pertanyaan mendasar, adakah tuhan yang menjadi tuan atas hidupku? Apakah semua ini sudah ada yang mengatur? Apakah ada sesuatu yang lebih besar dari kita, yang menata semuanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreams
FantasySaat pertama kali aku merasakan peristiwa aneh adalah di ulang tahunku yang ke tiga belas, tepat setelah aku mulai memimpikan sosok anak kecil. Lalu, selang beberapa waktu ke depan, satu tahun telah berlalu, mimpi tersebut kerap sekali menghantuiku...