"Jangan melotot! Nanti kumakan! "~Selamat Membaca~
"Ummm, nggak ke kantin?"
"Aku bawa bekal." Zora menunjukkan bento yang dia ambil dari dalam tasnya pada Cici.
"Tidak biasanya kamu bawa bekal," Heran Cici sambil mengusap belakang lehernya. Dia sedikit canggung dengan Zora karena berbicara seperti dua orang yang sudah akrab. Biasanya Zora akan menatapnya tidak suka, membentak dan memerintah nya sekarang.
"Memang. Karena mulai hari ini aku bakalan lebih sering bawa bekal."
Cici mengangguk pelan manatap ragu Zora "mengenai ucapanmu tadi pagi, apa kamu benar-benar berhenti mengejar Kak Reza."
"Aku sungguh-sungguh dengan ucapanku tadi pagi. Memang sulit dipercaya tapi aku sudah memutuskannya. Hmmm? Aku bisa mencari kebahagiaan dengan caraku sendiri kan? Lagian masih banyak laki-laki tampan diluar sana." Senyum merekah Zora tunjukkan pada Cici yang sedikit menganga dengan perkataannya barusan.
"A-aah i-iya, walaupun sulit dipercaya tapi aku mendukungmu," Cici berusaha menampilkan senyum tulusnya.
"Terima kasih, Cici." Tetap saja Cici masih terkejut dengan perubahan yang tiba-tiba ini.
-----
"Sepertinya seru, aku jadi ingin memainkannya juga,"
Zora menatap cowok-cowok yang sedang berlatih main basket. Ia dan Cici sekarang berada dilapangan indoor bola basket.
Cici hanya tersenyum tipis menanggapi itu. Dia mencari tempat duduk untuk mereka. Disini tidak terlalu ramai tapi kebanyakan para cewek yang nonton karena memang pesona dari pemain basket tidak diragukan lagi. Rata-rata semua cowok disekolah ini semuanya tampan-tampan.
"Zora, kita duduk di sana saja,"
Cici mengajak Zora duduk ditempat yang tidak ramai atau berjauhan dengan yang lain. Tapi tetap saja masih ada yang langsung pergi dan mencari tempat duduk sejauh mungkin ketika melihat keberadaan Zora disini. Jangan lupakan kalau Claazora si Demon Queen sangat ditakuti di sekolah Hanstanta ini.
"Ayo! makan bersama!"
Ajak Zora semangat tapi langsung ditanggapi dengan gelengan cepat oleh Cici.
"Ti-tidak Zora....."
"Loh kenapa? Nggak papa kok...."
"Zora," Cici dengan berani memotong ucapan Zora. Sungguh dia tidak sengaja tapi tetap saja dia ketakutan sekarang karena Zora tengah menatapnya sekarang.
Zora menghela napas, dia mengurungkan niatnya untuk membuka bentonya.
"Cici,"
"I-iya."
"Katakan! Kamu kayaknya mau mengatakan sesuatu sejak di kelas tadi."
"I-itu ummm...."
"Katakan saja Cici! Aku nggak bakal marah kok."
"Itu sebenarnya ummm, selama seminggu ini aku tidak mengikuti kegiatan atau ra-rapat osis, ja-jadi aku mau minta izin untuk menghadiri rapat hari ini,"
"Ya udah, sana pergi!"
"Eh? "
"Cici! Mulai hari ini jangan bertingkah seperti babuku lagi, karena sekarang kamu adalah temanku." Zora tersenyum tulus.
"Huh??"
"Kenapa? Kamu tidak mau jadi temanku?"
"Tidak! Bu-bukan begitu. Ma-maksudku aku mau."
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Alive || Claazora Transmigrasi (END)
Fiksi Remaja(LENGKAP) Kiana putri Mahardika, seorang gadis berusia 18 tahun yang lumpuh sejak kecil dan memiliki penyakit kanker yang sulit disembuhkan. Gadis yang sangat berbakat ketika memainkan alat musik piano, suka membaca novel dan memiliki keinginan unt...