the game, the play

1.3K 60 12
                                    

Gelap mendeskripsikan pemandangan Zhongli saat itu. Karena kain hitam menutupi matanya. Badannya sudah mulai sedikit kram. Pasalnya kedua pergelangan kaki dan tangannya terikat menjadi satu – tangan kanan dengan pergelangan kaki kanan begitu pula dengan bagian kiri. Sementara dirinya sendiri sudah tidak berbalut apapun. Dengan kondisi seperti itu, mau tak mau dia melebarkan pahanya, menampilkan liang pantatnya yang dimasuki silinder bergetar berwarna hitam.

Tidak cukup demikian, bergeser ke atas dua buah benda yang dikenal sebagai egg vibrator tertempel dengan selotip putih pada kedua putingnya yang sudah begitu tegang dan merah – sangat merah. Untung saja mulutnya tidak tertutupi apapun. Kendati demikian, bibirnya sudah merah karena lumatan dari lawannya tadi dan juga dirinya yang terus menggigit bibirnya, berusaha mengurangi suara desahan menjijikkan keluar dari mulutnya.

Pada penisnya yang sudah menegang dan basah karena keringat dan cairan precum-nya, terdapat tali merah yang mengikat di sana, membentuk pita. Seperti dia adalah sebuah hadiah yang siap dibuka. Tidak hanya pita saja tapi juga terdapat egg vibrator lainnya di sana, dengan kecepatan maksimum yang diselipkan pada ikatan pita tersebut. Membuat Zhongli merasakan getaran dari penis dan juga lubangnya.

Sementara pada lehernya terdapat sebuah collar maroon cokelat. Collar tersebut tidak diikat dengan ketat, tetapi Zhongli dapat merasakan bahan kain di lehernya tersebut. Sebuah rasa tidak nyaman yang ingin dia abaikan.

Hanya suara getaran dari keempat mainan yang menemaninya saat itu yang tertangkap oleh indera pendengarannya. Dirinya mencoba mengatur nafas. Tak tahu lagi sudah berapa lama dia di posisi seperti itu. Mau bersandar pun tidak mudah karena takut kalau-kalau benda yang bernama vibrator di lubangnya keluar. Dan dia takut kalau egg vibrator di penisnya akan terlepas dan ada hukuman lain lagi yang menanti.

Badannya hanya bisa menggeliat di atas kasur – setidaknya dia bersyukur masih duduk di kasur yang empuk. "Hah ~ hah, hah," Nafasnya tergopoh seperti orang yang baru maraton 5km.

Kepalanya begitu pusing dengan rangsangan yang dirasanya. Pasalnya karena kondisinya tadi, dia tak dapat orgasme. Entah apakah dia juga mengalami dry orgasm, diapun sudah tidak tahu. Hanya pening dan rasa ingin keluar yang memenuhi pikirannya. Ucapannya pun begitu racau tapi ditahannya.

"Nggh," Dia menggigit bibirnya lagi ketika vibrator tersebut mendesak masuk ke dalam dindingnya. Tak sengaja ketika dia menggerakkan pinggangnya, ujung vibrator bersentuhan dengan kasur dan terdorong ke dalam. Titik prostatnya berkali-kali tertusuk dan ditambah dengan getaran maksimum, Zhongli tak dapat berpikir lagi.

Memabukkan. Entah dalam artian baik atau tidak.

Lawannya sendiri – Ah ya, namanya Childe. Pemuda berambut oranye yang notabene adalah muridnya di kampus itu membuatnya melakukan hal ini. Sebuah kejadian karena kebodohannya tak dapat mengatur toleransi alkoholnya sehingga sampailah dia pada kondisinya saat ini. Childe sendiri pun sudah meninggalkannya. Sudah berapa lama dia tidak ingat. Hampir 30 menit mungkin? Tapi terasa lebih lama dari itu.

"Hah, hah, nghhh~"

Cklik.

Kepala Zhongli otomatis terangkat ke atas. Panik menguasai dirinya saat mendengar suara yang dia yakin adalah cekrikan kamera. Tidak mungkin – "Chil – Childe?" Dia meneguk ludah, mencoba memanggil nama pemuda itu.

Yang dipanggil tidak menjawab dan suara cekrikan kembali terdengar. Zhongli mulai panik. Badannya bergerak ke sana kemarin. Tak peduli jika nantinya akan ada hukuman yang lain. Tidak – ini mengerikan. Nafasnya mulai tidak teratur karena panik. Tapi di saat yang sama dia tak dapat berpikir ketika lagi-lagi vibrator tersebut menekan prostatnya.

the game, the playTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang