Semenjak kejadian Tama yang melihat Tristan mengantarkan Tami semalam. Tama mulai menjaga jarak dengan wanita itu. Bahkan kebiasaan yang biasa ia lakukan, sudah tidak Tama lakukan. Tami pun menjadi heran dengan perubahan sikap Tama, begitu pula dengan para penghuni kos. Tami teringat, jika semalam terdengar suara batuk dari kamar Tama. Ia pun kemudian mendekati Didam yang tengah memakan makan siangnya. "Dam, lo ke kamar Tama sana. Coba cek dia kenapa, sekalian tawarin makan."
Didam sedikit berpikir mencerna ucapan Tami. "Kenapa gak lo aja yang cek?" tanyanya dengan tatapan polos. Sepertinya Tama lupa jika sejak semalam Tama tidak bertegur sapa dengan Tami. Bahkan ketika mereka berpapasan saat sarapan, Tama memilih memgabaikan Tami dan memilih untuk kembalinke kamarnya tanpa menyentuh makanan yang Tami buat.
Setelah menyelesaikan makan siangnya, Didam pun beranjak ke kamar Tama. Ketika di dalam kamar, Didam mendapati Taka yang tengah tertidur dengan selimut yang menutupi hampir seluruh tubuhnya. "Lo kenapa, Tam?" tanyanya seraya menyentuhkan telapak tangannyabpada dahi Tama. Dapat Didam rasakan jika dahi Tama terasa panas.
"Gue gak enak badan, Dam. Kepala gue pusing. Semalam juga gue demam," jelas Tama dari balik selimut.
"Yah udah lo tunggu di sink dulu yah," ucap Didam seraya meninggalkan Tama. Sementara itu Tami dari balik pintu kamar Tama yang tida tertutup rapat sedang menguping apa yang bicarakan oleh Didam dan Tama tanpa mereka ketahui.
Didam bergegas peegi ke apotek untuk membelikan Tama obat. Tidak lupa, pria itu juga membelikan Tama bubur, siapa tahu Tama tidak berselera untuknmakan nasi, pikirnya. Sesampainya ia di kos, Didam langsung menuju ke kamar Tama sambil membawa barang bawaannya dan juga segelas air. Ketika berada di dalam kamar Tama, Didam mengernyitkan dahinya. Tampak piring kotor dan bungkus obat yang tergeletak di meja di samping tempat tidur Tama.
"Lo udah makan, Tam?" tanyanya bingung. Perasaan tadi Tama lemes banget. Masa iya dia turun ke bawah buat ambil makan sendiri? Pikirnya
"Udah, Dam. Thanks yah, obat sama makananya," ucap Tama dengan suara seraknya. Pernyataan Tama makin membuat Didam bingung. Karena nyatanya ia baru saja sampai dari membelikan Tama obat.
"Tapi, Tam. Gue baru aja balik dari apotek. Nih, gue beliin obat sama bubur buat lo." Didam menunjukkan kantong plastik dan juga bubur yang ia beli di depan wajah Tama. Kini, Tama yang terlihat bingung menatap kantong plastik yang dibawa Didam.
"Tadi ada yang ketuk pintu. Waktu gue buka, di lantai udah ada nampan yang isinya makanan sama obat. Gue kira itu, lo." Mereka berdua pun bertatapan bingung. Mulai menduga-duga siapa yang sudah menyiapkan makanan dan obat untuk Tama.
Penasaran sama kelanjutan ceritanya, cuss ke aplikasi Fizzo, di sana lebih lengkap dengan ekstra part. Search aja "When We Meet"
KAMU SEDANG MEMBACA
When We Meet (Complete) Move To Fizzo
Chick-LitMenjadi seorang pria tampan, berpendidikan tinggi dan memiliki konsultan hukum miliknya sendiri, memiliki itu semua tidak serta merta membuat seorang Pratama Aprilio mudah mendapatkan pasangan. Walaupun banyak wanita yang rela melakukan apapun demi...