Bab 51

38 15 1
                                    


Tami sedang menonton televisi sambil mengunyah cemilan di tangannya. Saking seriusnya, ia bahkan tidak sadar, jika Tama sudah duduk di sampingnya sambil memeperhatikan wajah Tami. "Mi,,," pangil Tama, mencoba menarik atensi Tami. Semenjak mereka dekat, Tama suka sekali memanggilnya seperti itu dan dengan nada yang yang menurut Tami lebih lembut dibanding saat teman-temannya memanggilnya dengan cara yang sama.

"Kenapa? Udah mau ngomong sama gue lagi?" tanya Tami sambil melirik Tama dengan ekor matanya. Seketika itu juga Tama menelan ludahnya. Biasanya jika Tami hanya melihat seseorang dengan lirikan malas seperti itu, bisa dipastikan jika ia sedang kesal dan nada bicara yang datar itu, Tama benar-benar benci nada bicara Tami yang seperti itu.

"Maaf." Hanya itu yang hisa Tama katakan. Sepertinya tidak ada pembelaan yang bisa pria itu katakan saat ini.

"Buat apa?"

"Karena udah diemin lo belakangan ini." Tama masih memandangi Tami dengan wajah penuh penyesalan. Sementara Tami masih enggan menatap wajah Tama dan lebih memilih menonton tayanga di televisi.

"Emang kenapa lo diemin gue?" tanya Tami masih dengan nada datar khas wanita yang sedang ngambek.

"Gue..., Gue kesel sama lo malam itu. Gue udah bela-belain jemput dan nungguin lo. Tapi lo malah balik sama orang lain." Setelah menimbang-nimbang, Tama akhirnya memutuskan untuk jujur saja pada Tami mengenai alasan ia mendiamkan Tami beberapa hari belakangan.

"Harusnya gue yang marah."

"Kok? Kenapa lo yang harusnya marah sama gue?" tanya Tama dengan bingung.

"Kalau aja lo gak pergi gitu aja, gue pasti udah minta tolong lo buat anterin gue pulang," jawab Tami yang kini sudah mulai melihat ke arah Tama.

Penasaran sama kelanjutan ceritanya, cuss ke aplikasi Fizzo, di sana lebih lengkap dengan ekstra part. Search aja "When We Meet"

When We Meet (Complete) Move To FizzoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang