Decision

133 7 2
                                    

Hay guys! i just try to write my little bit messy idea on my mind.. Hope you guys like it. Aku engga janji kalo ini cerita engga bakalan absurd jadi enjoy reading ya ^^


Rintik hujan turun tanpa henti menerjang tengah kota New york dengan angin yang berhembus pelan namun sangat menusuk tulang. Merdunya gemercik air hujan yang mengenai genting serta dedaunan dan aroma khas yang ditimbulkan memberikan sensasi ketenangan. 

Seorang gadis dengan hoodie pyrex hitam duduk termenung di balkon apartemen tanpa memperdulikan bibirnya yang mungil mulai memucat karna dingin. Anak rambutnya terbang tak beraturan mengikuti hembusan angin malam kota New york. Meskipun New york sudah memasuki musim semi, tetapi angin malam ditambah hujan kali ini terasa seperti malam natal musim dingin yang tertutup salju tiga bulan lalu.

Gadis itu bersandar di kursi dengan cappucino instan kebanggaannya di meja yang terletak di sebelah kanan dan gitar akustik di tangan kirinya. Sejak setengah jam yang lalu dia hanya merenung, memandangi hujan dan memetik nada tak beraturan pada gitarnya. 

Biasanya ketika hujan datang gadis itu akan menunjukan puppy eyes dan meloncat naik turun di kasurnya seperti anak kecil yang baru saja diberi tiket liburan ke taman hiburan di hari ulang tahunnya. Tetapi kali ini ketika angin berhembus dan rintik hujan mulai turun sore tadi gadis itu hanya memandang enggan dan bergumam tidak jelas. Semua ini bukan karena dia mulai bosan dengan hujan atau dia mulai membeci hujan-bahkan dia sangat menyukai hujan di musim semi- dia hanya sedang memikirkan keputusnnya. Keputusan untuk kembali ke negara Ibunya. Kembali mengingat luka masa lalunya. Luka yang mulai dia lupakan selama dua tahun dia tinggal di New York. Luka yang dilupakannya dengan susah payah dan dia harus kembali mengingat semuanya lagi ketika dia kembali nanti. Tapi keputusannya sudah bulat. Ini waktu yang tepat untuk mencapai mimpinya. Mimpi yang memberikan seberkas semangat untuknya bangkit dari luka masa lalu. Mungkin ini adalah kesempatan yang hanya datang sekali dalam hidupnya dan dia tidak mau membuang kesempatan besar itu dengan percuma.

Bibir mungilnya yang memucat karna angin malam merekah menyunggingkan senyum lebar yang malah terkesan konyol. 

Gadis itu tiba-tiba meloncat dari kursinya dan berlari kedalam apartemen. Matanya menyusuri seluruh penjuru apartemen yang tidak terlalu luas itu dan berhenti tepat di sebelah kasurnya. Dia berlari dengan cepat menuju meja sebelah kasur dan menggapai ponselnya. Menekan beberapa nomor yang sukses dia hafal setelah di paksa oleh si pemilik nomor. Menempelkan poselnya pada telinga dan menunggu telfonnya tersambung. Nada sambung yang membosankan terdengar. 

Lama. Tidak ada jawaban. Dengan tidak sabar gadis itu mulai menggigit kuku jari tangannya. Kebiasaan buruk yang membuat semua orang disekitarnya mulai mengomel menyuruhnya berhenti melakukannya. Dia mulai menekan nomor tujuannya lagi dan menempelkan ponselnya ke telinga.

"Hmm.." 

Akhirnya telfonnya tersambung tetapi hanya terdengan deheman rendah yg terkesan serak seorang pria seperti orang baru bangun tidur. Setelah penantian panjang dann sekarang yang dia dapatkan hanya deheman pendek, tidak ada sepatah katapun yang terdengar disana.

"Jelooooo... wake up! Jika aku belum amnesia, seingatku disana seharusnya sudah siang! Apa yang kau lakukan!" Jeritan melengking gadis itu sukses membuat lelaki di seberang sana bangkit dari tidur nyenyaknya dan memaksa matanya untuk terbuka. Dia tau kalau ditempat pria itu berada adalah hari sabtu, dan dia juga tau hari sabtu adalah hari tanpa alarm dan gangguan bagi pria itu.

"Semmi pelankan suaramu.. kau berniat membuatku tuli di hari sabtu huh? Ada apa kau menelfonku?" Gadis itu hanya terkikik geli dan menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Membayangkan wajah kusut kakaknya yang dua tahun lebih tua darinya itu menggurutu dengan rambut acak-acakan dan mata tertutup sebelah. Dia sangat tau bagaimana penampilan kakaknya itu ketika bangun tidur. Benar-benar berbanding terbalik dengan penampilannya ketika dia bekerja.

Inadmissible FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang