Jungkook menunduk dalam, menghindari tatapan tajam perempuan di depannya. Sudah setengah jam berlalu, tapi Jungkook tidak berani membuka suara ataupun mengangkat wajahnya sedikitpun. Sedangkan Eunha masih setia memandang tajam sekertaris sekaligus kekasihnya itu. Si perempuan Jung meminta Jungkook untuk menjelaskan perihal masalah yang terjadi di kantor beberapa hari ini.
Namun kekasihnya itu bungkam, membuat Eunha lelah dan jengah menunggu.
"Apa kau akan terus diam dan bertingkah seperti orang bisu? Aku meminta penjelasnmu tapi sudah setengah jam berlalu dan kau masih tidak menjelaskan apapun . Kau membuatku menunggu terlalu lama Jungkook."
Tidak ada resepon dari Jungkook membuat Eunha menghela napas kecewa. "Kau memilih diam, itu artinya kau tidak membantah rumor tentangan hubunganmu dengan Kim Eunseo."
Jungkook mendongak, memandang kekasihnya dengan tatapan yang sulit di jelaskan.
"Eunha a – aku ... "
"Aku sudah tidak berminat mendengar apapun darimu. Kau boleh keluar dari ruanganku sekertaris Jeon."
Hati Jungkook mencelos saat nada bicara Eunha berubah dingin. Sepertinya perempuan Jung itu benar – benar marah dan kecewa.
"Oh ya, tolong panggilkan asisten Park. Aku sedang membutuhkannya sekarang."
Jujur Jungkook tidak suka mendengar ucapan Eunha. Kenapa harus Jimin? Apa yang akan di lakukan asisten Park sehingga Eunha membutuhkannya? Jungkook ingin protes, tapi melihat Eunha yang enggan dengan kehadirannya, Jungkook hanya bisa mengangguk pasrah dan berjalan meninggalkan ruangan kekasihnya.
Dasar payah!
Jungkook memaki dirinya sendiri dalam hati.
Bodoh!
Menjelaskan pada Eunha saja tidak bisa, lantas apa yang bisa di harapkan dari lelaki sepertinya?
Eunha meminta Jimin untuk menghandle semua pekerjaannya. Perempuan Jung itu butuh istirahat untuk menenangkan pikiran serta hatinya. Eunha terlanjur kecewa pada Jungkook, melihat dan bertemu lelaki itu di kantor membuat moodnya memburuk. Tidur seharian di mansion adalah pilihan yang tepat bagi Eunha sekarang.
Tapi baru saja ingin menuju alam mimpi, ibunya datang dan meminta Eunha untuk makan malam bersama di rumah utama.
"Ibu aku malas. Lain kali saja kita makan malamnya."
Ibu Eunha jelas protes. "Tidak,tidak! Lain kalimu itu bisa sampai tahun depan. Ibu tidak mau menunda selama itu. Lagipula ayahmu sedang luang, kapan lagi kita bisa makan malam bersama kan?"
"Tapi baru kemarin malam aku makan bersama ayah."
"APAAA?!"
Eunha menutup telinga mendengar teriakan ibunya. Ya Tuhan kenapa ayahnya bisa menikahi perempuan bersuara toa seperti ibunya sih?
"Ini tidak adil! Bagaimana bisa kalian makan malam bersama, sementara ibu sendirian makan malam di rumah!"
Eunha mengangkat bahu acuh, "coba tanyakan langsung pada suami anda nyonya Jung.
Nyonya Jung mendengus, tingkah Eunha benar – benar duplikat suaminya. Menyebalkan! Kalau bukan anak satu – satunya dan kesayangan suaminya, sudah nyonya Jung gadaikan Eunha sejak lama.
"Pokoknya ibu tidak mau tahu, kau harus datang untuk makan malam nanti."
Jujur Eunha malas. Makan malam di rumah utama itu berarti Eunha harus datang ke rumah kakeknya. Tapi Eunha juga tidak bisa menolak. Daripada harus mendengarkan ocehan ibunya sepanjang hari, Eunha terpaksa datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BOSS
FanfictionCr poster : @rlo_kook Bagaimana jika sang mantan ketika SMA, kekasih, serta calon tunangan berada di perusahaan yang sama dan menjadi bawahannya?