"Yah, Bun, kalau Raka pindah sekolah gimana?" aku duduk sembari menatap kedua orang tua ku yang sedang menonton tv.
"Kenapa? Kamu di bully?" Tanya ayah sambil menurunkan volume tv, bunda juga ikut menoleh ke arahku.
"Nope, it's just feel yeah nggak nyaman, aku nggak di bully, buktinya aku sekolah rajin, I have many friends, even I entered student council" aku menyangkal tuduhan ayah sembari tertawa.
yah memang nggak pernah sekalipun aku bakal ngomong hal ini ke ayah sama bunda, dimana keputusan yang menurut orang itu hal yang aneh dan gak masuk akal, jelas jelas aku udah masuk sekolah favorit, dimana yah bisa dibilang sekolah favorit karena mayoritas orang-orang akan pilih masuk ke sekolah ini.
"So why? Ada apa?" Tanya bunda sambil meletakan handphonenya dan menatapku.
"I don't know, aku ngerasa aku nggak bisa belajar banyak disini i mean aku bisa berkembang ketika lingkungan disekitar aku mendukung kayak SMP contohnya, SMP aku bisa masuk 10 besar paralel karena my classmate itu supportif but ambisius dimana kita bakal kerja bareng-bareng dan belajar bareng-bareng sampai kadang pas pelajaran MTK kita sering ngejar-ngejar pak adam sampe ke ruang guru kalau ada something yang kita gak ngerti, dan aku bisa bersenang-senang pas itu, but right now, aku pikir masuk SMA bakal lebih menyenangkan, tapi entah kenapa aku ngerasa nggak nyaman dan ada pressure tersendiri, dimana my classmate itu sangat sangat individualis, aku nggak bisa bilang they are toxic atau aku dibuli karena we don't have problem, hanya saja karena mereka ambis nya masing-masing aku ngerasa aku ketinggalan banyak karena aku gabisa kayak mereka. apalagi aku masuk osis sama ekstrakurikuler seni, aku masuk osis aku pikir aku bisa punya banyak temen, i can have another family, but sorry to say, entah kenapa angkatan aku osisnya sangat toxic maybe, mereka tidak berjalan dengan seharusnya." Aku menjelaskan dengan sejelas mungkin alasan kenapa aku minta untuk pindah sekolah, aku lihat ayah sama bunda cuman diam dan menghela nafas.
"Are you sure? Ayah gak bakal setuju kalau kamu masih plin plan" ayah menghela nafas sembari mengambil handphone nya.
"Yeah aku yakin yah" aku tersenyum sembari mengangguk mantap.
"So, kemana kamu bakal pindah? mumpung mau kenaikan kelas sebelas kamu punya waktu buat kejar ketinggalan kamu" bunda tersenyum sembari meminum teh nya dan menatap ku penasaran.
"To be honest, aku masih gatau Bun, tapi sekolah tempat bibi ngajar kayaknya not bad, dengan peminat yang sedikit mungkin aku bisa jadi yang terbaik disana" bunda yang mendengarnya hanya tersenyum sembari mengangguk.
"Okay, besok kita ke sekolah kamu buat urus pindahan, nanti ayah telfon bibi mu buat bantu urusin di sekolah baru kamu" ayah membuka handphone nya dan menelfon bibi untuk memberitahu nya bahwa aku akan pindah ke sekolah tempatnya mengajar.
Yeah, kisah ini berawal ketika aku meminta untuk pindah sekolah, dengan alasan yang tadi aku singgung lah yang membuatku memutuskan untuk pindah sekolah. Orang-orang yang tau aku pindah akan sekolah pasti kaget bahwa aku akan keluar dari sekolah favorit dan masuk ke sekolah yang dibisa sekolah buangan, karena memang peminatnya yang sedikit, aku juga masih tidak tahu kenapa peminatnya sedikit padahal fasilitas nya setara dengan sekolah swasta, bahkan sekolah lamaku juga agak kalah dalam hal fasilitas.
dan sayangnya setelah aku pindah sekolah, Indonesia harus dilanda lockdown masal sehingga aku harus mengikuti PJJ alias sekolah online selama kelas sebelasku, dan aku tidak bertemu dengan teman-teman baruku. dan tanpa aku sadari, ada seseorang yang akan berakhir spesial untuk ku diantara orang-orang di grup kelas.
WE ARE CLASSMATE
NOTE : maaf kalau aneh, aku udah lama nggak ngetik hehehe, hope you guys enjoy it!
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are Classmate
Teen Fiction[ 𝗕𝗔𝗦𝗘𝗗 𝗢𝗡 𝗧𝗥𝗨𝗘 𝗦𝗧𝗢𝗥𝗬 ] gak pernah kepikiran buat bener-bener have a relationship sama mas pacar sekarang, because kita awalnya cuman someone stranger yang kebetulan classmate dan cuman sekedar tau nama aja gak pernah ketemu langsung...