part 8 [Complicated]

537 23 4
                                    

Dengan terburu-buru APIP menghampiri Dina.
"Ada apa, Din?" tanya Apip cemas.

"Tadi kepala ku pusing, Mas." Keluh Dina dengan manjanya.

"Kamu bakalan nginep disini lagi kan? Aku takut sendirian," lanjutnya penuh harap.

"Maaf tidak bisa, aku ada janji dengan istriku malam ini," jawab Apip, dia harus jadi lelaki yang tegas bukan?

Raut muka Dina terlihat kecewa. "Baiklah."

Apip menyadarinya namun mengabaikannya. "Kepalamu masih pusing?" tanyanya memecahkan keadaan yang hening.

"Udah mendingan," balas Dina sembari tersenyum.

"Alhamdulillah. Kalau gitu aku pergi dulu."

"Secepat ini?" cegah Dina agak tak rela.

"Iya, Assalamu'alaikum."

"Waalaikumussalam." Dina menatap nanar punggung Apip yang semakin menjauh.

***

Saat Apip berjalan di koridor rumah sakit tiba-tiba ada seorang wanita menghampirinya.

"Hai!" sapanya dengan senyum lebar.

"Halo dokter," balas Apip dengan senyum singkat.

"Kamu tadi jengukin kak Dina?" tanya Nisa sekedar basa-basi.

"Iya," jawab Apip.

"Kok cepet? Gak nginep lagi malam ini?"

Apip menghentikan jalannya, dirinya akui bahwa kesal dengan Dokter yang cerewet ini.
Dia menarik napasnya lalu berkata, "gak." Setelahnya, berjalan dengan cepat meninggalkan Nisa sendiri.

Nisa menghentakkan kakinya. "Sial!! Just wait and see Apip, One day you'll be mine." Dia tersenyum sinis, otaknya mulai memikirkan rencana yang amat tak masuk akal.

Kira-kira apa ya rencana si Nisa?

****

"Assalamu'alaikum, Ayah pulang." Apip memasuki rumahnya sembari membawa martabak, sate, dan juga Boba.

"Waalaikumussalam, Ayahhhhh!" Yusuf segera menghampiri Apip dan merebut kantong kresek makanan yang dibawa Apip.

Apip mengembungkan pipinya. "Jadi Yusuf lebih sayang makanan daripada Ayah?" rajuknya.

Yusuf melihat sekilas Apip lalu segera membuka makanan yang ia rebut. "Sayang ayah! Tapi sayang makanan juga!" tuturnya sehabis itu memakan dengan lahap.

Apip menggelengkan kepalanya. "Pelan-pelan makannya, nanti bunda kasih bagian ya yusuf."

"Iya aowyah," jawab Yusuf dengan mulut penuh makanan.

"Loh udah pulang, mas? Tumben cepet." Vera yang baru datang langsung mencium tangan suaminya yang tercinta.

"Iya nih lagi kangen Bunda." Apip memeluk pinggang istrinya seraya mengecup kening Vera.

"Ish ga enak ada Yusuf!" bisik Vera sembari menepuk pelan tangan Apip.

"Yusuf lagi fokus sama makanannya jadi dia ga akan lihat," elak Apip.

"Iya bunda tenang aja Yusuf ga liat kok!" timpal Yusuf dengan polosnya menutup matanya.

"Tuhkan ish! Kamu si, gak baik mempertontonkan hal kek gini ke Anak-anak." Vera melepaskan rangkulan Apip lalu menghampiri Yusuf.

"Gak papa biar nanti pas Yusuf gede bisa menyayangi wanita dengan tulus dan benar. Ya gak, suf?" Apip mengedipkan sebelah matanya pada sang anak tercinta.

"Bener ayah!" Yusuf dengan semangat mengangguk setuju.

"Udah-udah. Oh ya Yusuf lagi makan apa nih? Mana bagian bunda?" ujar Vera mengalihkan topik pembicaraan.

"Yusuf makan yang dibawa ayah, bund. Itu Yusuf sisain martabak coklat buat bunda." Yusuf menyodorkan sekantong kresek martabak coklat kepada Vera.

Vera langsung membukanya dengan antusias. "Tau aja kamu kalau bunda suka coklat." Setelahnya, dia segera memakannya.

"Pelan-pelan," sahut Apip yang memandang Anak dan istrinya sedang memakan makanan dengan lahap.

Vera mengancungkan jempolnya dan menuruti perkataan suaminya.

Bahagia untuk saat ini, bukan?

Kekasih Impian (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang