Chapter 1

38 2 0
                                    

A(n) Soru Junko  x Reader fanfiction.

Chapter 1 :

        "Ucapan terima kasih?" pertanyaannya sontak mengejutkanmu. Kamu berpikir keras, bagaimana cara mengelak kata-katanya. Matanya mulai menatapmu dan singkat kamu membuang muka.

        "Aku tidak memintamu untuk menolongku!" desismu sambil melepaskan genggaman tangannya dengan kasar. Ia hanya terdiam melihat tingkahmu.

        Memang kejadian barusan agak memalukan. Kamu dicaci habis-habisan oleh calon mertuamu dihadapan tamu-tamu undangan acara pesta pembukaan hotel bibimu. Memang cacian itu benar-benar terjadi. Kamu bersama calon tunanganmu, duduk di café, bersikap biasa saja, sampai seorang gadis datang menghampiri kalian. Gadis yang terlihat sekilas lebih cantik darimu itu menamparnya keras dan meneriakkan namanya, dengan tambahan 'playboy brengsek'. Kamu akhirnya juga kesal dan mengguyur gadis itu, menampar Makoto dan pergi begitu saja.

        Dari awal memang kalian berdua tidak setuju untuk dijodohkan. Kamu, seorang berandal yang suka mengoleksi sepatu converse dan adidas. Dia, Shinomiya Makoto, seorang lelaki yang sangat mencintai pekerjaan yang tidak pernah lepas dari handphonenya yang harganya melebihi salah satu sepatu termahalmu. Kalian memang tidak cocok dari awal. Tapi memang itu sudah ditentukan demi reputasi kedua kubu. You have no choice but obey it and agree to what your parents said.

        Walaupun kedua sisi keluarga tidak ada saat kejadian tragis itu, mereka tetap saja mendengarnya dari pelanggan dan staff café yang berpapan nama Impresso Espresso Café itu. Café itu buka sekitar 4 bulan yang lalu, dan kejadian yang bertajuk Morning Rebel sudah menyebar ke sebagian lapisan masyarakat yang memang sudah berlangganan di cafe itu. Otakmu masih berputar mengingat kejadian tidak mengenakkan itu 3 bulan lalu. Cukup lama bagi orang biasa, tapi terasa baru saja bagimu.

Memang Junko-lah yang sudah menyelamatkan jiwamu. Dia spontan langsung memanggilmu 'sayang' dan menarikmu pergi. Derajatnya memang bisa dibilang lebih tinggi dari calon mertuamu itu, makanya ia menunduk ketika melihat Junko. terlintas kembali pertanyaan wanita itu yang agak mengganjal hatimu, "Apa anda benar-benar berpacaran dengan gadis jahat ini ? Anda harusnya tahu kedudukan anda, Soru-sama." Tapi Junko hanya tersenyum dan mengangguk pelan dan beranjak sambil merangkulmu.

        "Wah wah, coba lihat sikapmu. Orang ini sudah menolongmu dan sikapmu masih seperti anak SMA. Seharusnya kamu masih lega aku menganggapmu sebagai pacarku. Tch." Ia menyilangkan lengannya dan tersenyum. Bodoh. Tangannya berusaha meraih dahimu, bersiap untuk menyentil dahimu yang terbuka lebar karena ponimu terjepit rapi dan diatur sedemikian rupa hingga sosok aslimu benar benar terkunci didalam.

        Kamu terdiam, lalu menghentikan tindakannya. Kamu yang awalnya menunduk mulai menaikkan wajahmu dan menatapnya. "Apa kamu benar-benar masih menyukaiku?"

        "Jangan salah paham dulu, bocah." Ia melepas genggamanmu dan menepuk kepalamu pelan. Kesal. "Bohong!" tanganmu langsung bergerak ke dada kirinya, tempat jantungnya berada.

        "Aku tanya sekali lagi, apa kamu masih menyukaiku?"

        Ia menatapmu jijik, lalu menjulurkan lidahnya. Tambah kesal. Gadis ini curang. Seenaknya saja dia memegang dadaku, sementara aku tidak bisa semudah itu memegang dadanya. Bukan karena harga diriku yang terancam, dia bisa langsung menarik dasiku dan melemparku keluar balkon. Dia memang juara gulat se-prefektur, makanya aku takut.

        "Kalau kamu memang sudah tidak menyukaiku, kenapa jantungmu berdegup kencang ?" katanya penuh kemenangan. Ia memutar bola matanya. "Aku masih hidup dan jantungku memompa darah ke seluruh tubuhku, bodoh." Kilahnya beralasan. Ia tidak menatapmu.

        "Oi. Soru Junko. Tatap aku, jawab sejujurnya." Kamu memegang dagunya dan menariknya sehingga tatapan kalian beradu. "Tidak perlu menuduh orang lain. Kamu sendiri masih menyukaiku, kan ?" balasnya.

        Kamu lengah sehingga ia langsung mengecup dahimu pelan. Kamu yang baru sadar 2 detik kemudian langsung menyentil dahinya sebagai balasan. Kalian pun tertawa. Kamu berbalik dan melihat pemandangan langit malam di balkon penuh bunga itu dipenuhi bintang. Tanpa sadar kamu pun terlena dan tersenyum.

        "HIME-CHAN!" teriak seseorang dari pintu balkon yang mendadak terbanting. Kamu berbalik dan melihat wajahnya yang penuh amarah. "I-Ibu ?" kamu mulai ketakutan dan memojokkan diri kepagar balkon yang memang berkhianat padamu. Andaikan saat itu tidak ada pagar, mungkin saja kamu sudah berlari menghindari wanita yang selama ini selalu ikut campur dalam urusan percintaan dan kebahagiaanmu.

        "Apa yang kamu lakukan dengan... dengan lelaki hidung belang ini ??!! Aku sudah menjodohkanmu dengan Makoto!! Apa kamu tidak mau mengangkat derajat keluargamu ??" teriakannya menggema dalam teligamu. Kamu semakin ketakutan. Kamu hanya terdiam dan menatapnya tajam. Semua omelan dan ocehannya tidak kamu hiraukan. Ia semakin marah, "Kalau terus seperti ini, tidak akan ada lelaki yang mau menikahimu!!"

        "Ke-keterlaluan," gumammu pelan. Junko yang sedari tadi menunduk tiba-tiba langsung terbanting kebelakang. Tanpa sadar kamu menendangnya. "A-apa yang kamu lakukan ?" mata ibumu membelalak saat ia melihatmu berdiri diatas pagar.

        "Aku tidak peduli tentang pernikahan, bu. Aku hanya mau hidup bebas dan berkeliling dunia dengan orang yang tepat suatu saat nanti. Dan keputusan itu ada di tanganku, bukan ditangan ibu." Ucapannya langsung mengenainya. Skak mat.

        Dengan sebuah tetesan air mata, kamu menjatuhkan diri ke taman yang berada tepat dibawah balkon itu. Junko yang masih jatuh terduduk, diam saja dan menatap lantai dengan tatapan kosong. Kamu pun sadar balkon itu adalah balkon lantai 6. Sial.

        Kamu sadar perbuatanmu sangat bodoh. Kamu akan mati, pada pesta pembukaan hotel bibimu yang sudah dishiasi 5 bintang emas. Dan lebih menyedihkan, tidak ada orang yang berusaha menghentikanmu. Kamu mulai menitikkan air mata, kamu menyesali seluruh perbuatanmu selama ini. Aku mau seseorang menyelamatkan aku, aku tidak mau mati sendirian.


Continued to Chapter 2 ╰(*'︶'*)╯♡


Aku tahu kalian pasti membenciku. Gantung banget ? Iya //dilempar sandal.

Comment atau saran ? Sure :) 

(¬‿¬ ) jangan harap ceritanya gampang ditebak, kenyataannya enggak //dibuang ke laut. Byebye~


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 12, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Illusions and TimedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang