08

169 26 9
                                    

"Aku akan belok ke kanan. Jika sempat berkunjunglah ke rumah kami lagi dan kamu si gadis putih, jika ingin mengisi ulang cahaya mutiaramu, datanglah ke toko kami." Chanyeol tertawa renyah sambil berjalan pergi ke arah Istana Darat.

Jaemin tersenyum sangat lama hingga bayangan Chanyeol tak dapat dijangkau oleh lensa matanya. Chanyeol adalah idolanya ketika masih kecil, pria tinggi besar itu sungguh luar biasa bagi Jaemin. Dulu, apapun yang dilakukan oleh Chanyeol ia selalu mengikutinya, bahkan dulu ia pernah dihukum oleh ayahnya karena berlatih bertarung terlalu keras dan belajar tidak ingat waktu, itu semua ia lakukan karena ingin sehebat Chanyeol, pria bermata lebar dan berlesung pipi itu adalah pria yang ahli dalam banyak hal. Setelah Jaemin dewasa, ia menyadari bahwa ada beberapa hal yang tak bisa dipaksakan dan kebahagiaan sejati akan terwujud saat menjadi diri sendiri.

Hari ini sedikit mendung. Toko-toko di sepanjang jalan baru beberapa yang buka. Di lantai dua dari beberapa rumah, sedang ada ibu-ibu yang menjemur baju dan beberapa yang lainnya menyiram bunga yang memiliki buah berbentuk permen coklat dan berbau lezat. Winter tersenyum senang melihat bunga-bunga itu di tanam dan disukai oleh banyak orang. Tak sia-sia penelitian yang selama ini ia lakukan.

"Apa?" Tanya Winter yang menangkap ekspresi tanya jari wajah Jaemin. "Coba lihat bunga-bunga berbuah permen coklat itu, itu karyaku." Ucap Winter.

"Benarkah?" Jaemin kembali melihat ke arah Winter.

"Aku akan menjadi ilmuwan hebat suatu hari nanti dan suatu hari nanti aku akan bisa terbang kembali, itu tekadku." Mata Winter berkaca-kaca.

Jaemin ingin bertanya apa yang telah terjadi namun ia urungkan mengingat mereka baru saja saling mengenal. Langkah mereka berhenti saat astrama Winter telah di depan mata. Jaemin memegang kedua bahu Winter dan menatapnya dalam.

"Aku tahu semuanya sulit, terlebih saat kita tidak punya keluarga. Tapi ingatlah ini baik-baik. Semua manusia terbang adalah keluarga, kamu boleh kapan saja berkunjung ke desa manusia terbang yang manapun. Sayapmu adalah identitasmu. Tegarlah, kita adalah keturunan kesatria yang gagah berani." Jaemin tersenyum lalu memberikan sekantung camilan khas dari manusia terbang yang kebetulan diberikan ibunya sebelum ia pergi kemarin malam.

Winter membuka kantung itu dan tidak dapat berkata-kata saat melihat isinya, ia menangis. "Aku sangat rindu orang tuaku, semoga mereka bahagia di surga." Ucapnya sambil memasukkan satu camilan rasa asam manis dari kantung itu ke mulutnya. Ia benar-benar rindu rasanya.

"Ini alamatku dan alamat tuan Black. Ingat, kami keluargamu. Kamu bisa pulang kapanpun kamu mau." Jaemin melihat ke area astrama dan terlihat kurang nyaman ketika seorang gadis berambut coklat bergelombang sepinggang melihatnya dengan curiga, mungkin ia mengira bahwa terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan kepada Winter.

Winter melihat ke arah gadis yang melihat Jaemin dengan tatapan tak suka, lalu ia berbisik. "Apakah keluarga Tuan Black adalah keturunan raja pertama?"

Jaemin mengangguk.

Winter benar-benar terkejut. "Seharusnya aku lebih bersikap baik semalam, bagaimana ini?"

"Mereka bukan orang-orang yang butuh penghormatan berlebihan. Aku pulang, jaga dirimu. Jangan pergi sendirian lagi." Jaemin mengepakkan sayap hitamnya sambil melirik ke arah gadis di seberang. "Temanmu cantik juga." Ucap Jaemin agak keras. Gadis di seberang itu sedikit kelabakan dan tersipu.

"Dia bernama Ningning!" Winter berlari ke arah astrama dengan menghindari Ningning yang siap memukulnya karena malu.

Air berwarna hitam dari danau hitam yang luas itu kini beriak saat seorang gadis bernama Wendy menyelam ke dalamnya. Tak terasa sudah saatnya ia melaksanakan pekerjaannya untuk mengisi ulang cahaya dari mutiara-mutiara para pelanggannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 20, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Blood Of First KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang