Chapter 4

321 50 9
                                    

Tsukishima merasa aneh dengan dirinya sendiri. Sejak kejadian tadi siang, di mana ia bertemu (y/n) yang sedang menangis sendirian di kursi taman. Entah kenapa jadinya dia terus kepikiran. Padahal biasanya dia tak mau repot-repot memikirkan sesuatu yang bukan urusannya.

Apa lagi tentang seorang— gadis.

Matanya yang waktu itu terlihat begitu memelas, terlihat seperti anak kucing yang kelaparan. Hidung yang memerah efek menangis, pipi yang digembungkan saat cemberut. Entah mengapa semua itu bagai melekat di kepalanya dengan begitu kuat.

Padahal dia hanya gadis lemah dan cengeng. Tidak bisa melindungi dirinya sendiri ketika dalam bahaya. Apa lagi badannya yang pendek kurang lebih seperantaran dengan Yachi. Kecil dan tidak menarik.

Begitulah kesan Tsukishima terhadap gadis bernama (y/n). Pemuda itu bahkan mengatakannya secara terang-terangan kepada Yamguchi.

"Tanaka-san? Ada yang ingin ku bicarakan."

"Oh Tsukishima? Tidak biasanya?" Tanaka menatap Tsukishima dengan raut tak biasa. Mereka saat ini sedang berada di ruang ganti untuk mengganti kemeja sekolah dengan baju olahraga. Sementara yang lain sudah lebih dulu ke gymnasium.

Tsukishima langsung mengatakan inti dari hal yang ingin di bicarakan.

"Apa kah kau sekelas dengan orang yang bernama Shinji, Tanaka-san? Kalau tidak salah dia juga berasal dari kelas 2-1 seperti mu."

"Ah Shinji kh? Tentu saja kenal! Ada apa memangnya?" tanya Tanaka. Tsukishima terlihat mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya.

"Apa ini?"

"Ada seseorang yang meminjam bukunya. Tapi orang itu meninggalkan buku ini dengan ceroboh di kursi taman. Aku tidak sempat menahan orang itu karena dia buru-buru ke kelas." Tsukishima menunjukkan nama serta kelas yang tertera pada halaman terakhir belakang buku pada Tanaka.

"Mungkin kau harus mengembalikan buku ini lebih dulu sama orang yang menghilangkan. Kalau langsung dikembalikan ke Shinji entah bagaimana jadinya nanti."

"Tapi lebih efisien kalau mengembalikan langsung ke pemiliknya."

"Iya sih ... Cuma kan sebelumnya buku ini jadi tanggung jawab yang pin—"

"Oi! Tanaka! Tsukishima! Cepatlah ke lapangan karena yang lain sudah menunggu!" titah Daichi yang tiba-tiba muncul di pintu.

Aura kapten Karasuno itu bahkan mampu membuat Tanaka merinding.

"Ha'i, Daichi-san!!"

Tsukishima menghela napas sambil menyimpan buku di lagi ke dalam tas. Selesai latihan pasti tidak akan sempat. Pemuda itu memutuskan untuk mengembalikan buku ini besok pagi.

Dasar gadis merepotkan.

°°°

Keesokan harinya di sekolah.

(Y/n) mulai merasakan telinganya memanas saat mendengarkan berbagai ejekan yang dilemparkan Akino untuknya. Sebenernya ia bisa saja menahan diri untuk tidak marah. Tapi sepertinya Akino bukan tipe orang yang bisa disabarin.

"Kenapa? Mau marah? Coba aja kalau berani!" (Y/n) kembali menunduk saat sebelumnya memberi tatapan bengis pada Akino yang memasang wajah iblis. Gadis itu. (Y/n) benar-benar tak habis pikir.

"Sudahlah Akino bisa kau berhenti mengganggu (y/n)-chan!"

"Huh? Ini tidak ada hubungannya dengan mu. Jadi jangn ikut campur, Minoru! Atau kau akan ku buat sama sepertinya."

"Tapi ini sudah kelewatan! Yang lagi juga kenapa diam aja sih?! Apa mata kalian sudah buta sampai tidak bisa melihat mana yang salah?"

"Minoru, biarkan saja .... " lirih (y/n). Memandang Minoru dengan tatapan memelas. Minoru menggeleng sebagai bentuk penegasan.

𝐏𝐫𝐢𝐜𝐞𝐥𝐞𝐬𝐬 // [ᴛꜱᴜᴋɪꜱʜɪᴍᴀ ᴋᴇɪ x ʀᴇᴀᴅᴇʀ] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang