Ini adalah akhir April, harusnya sebentar lagi Thailand mengalami musim panas. Tetapi untuk Krist, siswa pendatang dari China, udara sama sekali tidak hangat. Pagi ini sangat dingin, ini sangat menyebalkan untuknya bangun pagi dan pergi ke sekolah. Jika bukan karena tugas sekolah yang menumpuk menjelang libur semester, mungkin Krist lebih memilih untuk bergelung di kasurnya dan akan terjaga jika matahari tepat di atas kepalanya.
Ia pikir karena Thailand terletak di Asia Tenggara, udaranya tidak akan sedingin di China, karena meskipun dibesarkan di negara yang bertemperatur rendah Krist sangat menyukai matahari. Begitu pula dengan sistem pendidikan di Thailand, itu sangat berbeda dengan di China. Kau harus belajar di sekolah selama lebih dari 10 jam, tidak ada guru yang bisa kau ajak bercanda, sedikit saja kau melanggar peraturan sekolah maka hukuman fisik yang akan kau dapatkan. Krist yang terbiasa dengan kebebasan di China, hampir stres karena. Ia akan benar-benar stres jika tidak memiliki teman seperti mereka...
"Tay, pinjam PR Sejarah," sapa Krist pada salah satu temannya.
Ada dua orang temannya yang sudah ada di kelas ketika ia tiba. Tay yang paling pintar di antara mereka, dan Arm yang Krist yakin, ia datang pagi dengan misi yang sama dengannya. Menyalin PR Sejarah milik Tay.
"Hoii Krist! Aku lebih tua darimu, kau harus memanggilku phi. Kau ingat, phi!" Tay hampir memukul kepala Krist jika saja ia tidak cepat berkelit.
Krist tidak mempedulikan itu, PR Sejarah lebih mendesak daripada makian Tay kali ini. Lain kali ia pasti akan meladeni omelan Tay. Maka dengan cepat Krist mengeluarkan buku tugasnya dan bergabung dengan Arm yang lebih dulu serius menyalin tugas milik Tay tidak terusik dengan keributan apapun.
Terdengar Tay mendesah dan mengeluhkan tingkah kedua temannya, tetapi Krist dan Arm sama sekali tidak terganggu. Dengan bosan Tay mengeluarkan ponselnya, melihat jam digital, ini masih pukul 7;15 jam. 45 menit sebelum bel masuk berbunyi, mengapa ia dengan rela menuruti dua teman parasitnya ini untuk datang pagi-pagi demi menyerahkan PR miliknya. Tay memandang Krist dan Arm dengan sebal. Dan...
NGEKKK
Sengaja Tay mencubit pipi Krist dengan kencang, melampiaskan rasa kesalnya.
"Shit! What did you do to me, Tay? You're such a bastard!" teriak Krist, tidak hanya merasa terganggu tapi ia juga merasakan nyeri di pipinya.
"Apa yang kau katakan hah? Kau pikir aku tidak mengerti Bahasa Inggris? Panggil phi," sergah Tay.
Krist tahu Tay tidak benar-benar mengerti makiannya tadi, karena jika ia mengerti Tay tidak akan sesantai ini.
"Baiklah, phi. Tunggu aku mengerjakan tugas baru kau bisa bermain dengan nong mu ini, okay?"
"Tsk."
Tay kembali dengan kebosanannya, hendak menghubungi temannya yang lain sebelum satu majalah terlempar di depan mereka bertiga.
PRAKK
Krist yang bereaksi cepat ketika melihat cover majalah itu.
Miranda Kerr, cover majalah Maxim bulan ini.
"Off, darimana kau dapat ini?" tanya Krist dengan mata berbinar.
"Off itu berlangganan Maxim menggunakan identitas dan akun tagihan phi-nya, Krist," sela Arm yang daritadi masih sibuk dengan tugasnya seakan tidak tertarik dengan majalah yang dibawa Off.
"Demi Tuhan ini Miranda Kerr, kau meminjamkannya padaku kan?"
Arm menatap Krist dengan ekspresi risih.