15 - Keputusan

6 2 0
                                    


Hi! Welcome di part 15! 

Alhamdulillah akhirnya bisa up lagi. Silahkan tandai typo yang kalian temukan. Baca dan rasakan dengan hati. Ramaikan kolom komentar di setiap paragraf dan klik tombol vote GRATIS di akhir halaman. Dukungan dari kalian sangat aku butuhkan, thank you:) 

Happy reading,

***

Sajak Untukmu

Sore itu,

Aku bersamamu

Menyusuri halaman beraroma buku

Menguapkan segala rasa semu

Detik itu aku setuju

Bahagia adalah rindu

Tanpanya, tak ada rasa kala bertemu

Melalui sajak ini,

Ada kata yang ingin tersampai

Dia, bukan hujan yang kukagumi

Lain dari rintik yang membumi

Tapi, tatapan yang membuatku pucat pasi.

-A.a,

Lyra tersenyum puas membaca kembali puisi yang ia buat malam tadi. Kini kertas berwarna biru muda dengan tinta hitam itu sudah terpajang di madding lantai tiga. 

Telah disepakati, mulai minggu ini setiap anggota dari ekstra jurnalistik wajib memajang karyanya setiap satu minggu sekali. Namun karena anggota jurnalistik yang membludak, mereka membuatnya menjadi tiga shift. Itu artinya satu orang akan memjang karyanya dalam tiga mingu sekali.

"Morning bestie kuh!" 

Seseorang mencolek bahu gadis yang tengah menatap ke arah madding. Gadis itu menoleh dengan terkejut.

"Ck, gue kira tuyul," sindir Lyra.

Gadis mungil disampingnya hanya cengengesan sambil memainkan ujung rambutnya yang tergerai.

"Tumben pagi," ucap Lyra.

Oliv tersenyum lebar, "Gue itu lagi bahagia banget, Ra," ungkapnya tanpa ditanya.

"Ohiya, nyokap gimana?" tanya Lyra mendengar penuturan Oliv tentang kabar bahagia.

"Nyokap, aman. Kemarin masuk angin tapi sekarang udah baikan kok," jelasnya lalu kembali tersenyum seperti tadi.

"Syukurlah," Lyra mengangguk beberapa kali sebelum kembali menatap madding yang sudah ada beberapa karya disana. Mungkin ada yang lebih pagi darinya.

Sunyi, untuk beberapa detik hanya ada suara kicauan burung yang terdengar. Merasa tidak ada pertanyaan yang sesuai ekspektasi membuat Oliv berdecak pelan sambil menyenggol lengan Lyra kesal.

"Lo nggak nanya kenapa gue sebahagia ini gitu?" pancig Oliv.

Lyra menautkan kedua alisnya, "Udah kan? Tadi gue nanya nyokap lo?"

Oliv merotasikan bola matanya. Temannya ini memang sangat tidak peka. 

"Ya bukan itu doang Lyra. Gue sebahagia ini pasti ada hal lain dong." Lagi-lagi Lyra hanya membulatkan mulutnya sambil mengangguk pelan.

Oliv mencebikkan bibirnya. "Yaudah deh gue cerita tanpa harus lo tanya," decaknya sangat kesal.

Disampingnya Lyra tertawa kecil, "Iya, iya cerita cepetan. Gue dengerin."

Toxic Wish [BACA SELAGI ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang