13. Trauma

76 8 2
                                    

__________

"Dini punya trauma, pak"

Jawab Mama Mai ketika Shadiq bertanya alasan Dini masuk rumah sakit beberapa waktu yang lalu itu.

"Maksudnya bu?"

"Bukan cuma sekadar gak suka, kalo udah berhadapan langsung sama yang berseragam polisi tuh, traumanya bakal muncul gitu, ya intinya ... dia punya luka masa kecil, kami juga sebagai orangtua berusaha buat kesembuhan Dini, maaf ya ibu belum bisa cerita detail sekarang, insyaa Allah deh kapan ada waktu"

Shadiq membalas dengan anggukan dan senyuman. Masih sulit baginya untuk memahami apa yang terjadi pada bocah itu. Beberapa menit setelah menyeruput habis teh, pulanglah sosok yang Shadiq tunggu-tunggu.

"Assalamu'alaikum"

Salam sang papa dibarengi Afika yang tengah menggandeng tangannya. Terlihat anak itu menyandang tas mungil, sepertinya ia habis pulang dari TK. Begitu masuk ke rumah, tepat ketika matanya menangkap sosok Shadiq, Afika berhambur dengan berlari kegirangan.

"Pak Polisiii!"

Gadis itu memeluk Shadiq yang melebarkan kedua tangannya. Shadiq membalas pelukan itu. Afika tersenyum dengan lebar, begitu pula Shadiq. Setelah itu, Afika melepas pelukannya dan melontarkan berbagai pertanyaan,

"Pak polisi apa kabar? Bapak gak lagi kerja kan? Kita jadi main ke taman? Bapak jadi beli es krim?"

Shadiq tak segera menjawab pertanyaan bocah itu. Ia tersenyum lebar menampakkan gigi geraham lantaran tingkah Afika yang terlihat begitu menggemaskan. Segera Mama Mai menengahi.

"Eh anak gadis, jangan gitu nanyanya, kasian pak polisi jadi kebingungan"

Afika hanya tersenyum malu. Sebelum menjawab, Shadiq mengelus lembut kepala adik barunya ini.

"Hehehe, Alhamdulillah sehat, hari ini kita ke taman yuk sekalian beli es krim di sana, Fika mau?"

Mata Afika berbinar-binar dan ia tersenyum sumringah.

"Mau pak! Afika ganti baju dulu ya pak, entar kalo pake baju sekolah begini  orang-orang pada ngira Fika bolos lagi"

Shadiq takjub mendengar celotehan bijak Afika. Segera Shadiq mengangguk mantap dan memberikan dua jempol tangannya pada Afika.

Bocah itu segera berlari menuju kamar. Mama Mai mengekori serta menasehati anak bungsunya itu untuk tak berlari-larian.

Kali ini Dini tak terlihat lagi batang hidungnya. Selepas masuk ke dalam rumah, Mama Mai teringat bahwa motornya sedang ditinggalkan di bengkel tidak jauh dari komplek rumah. Jadi Dini memutuskan supaya dia saja yang menjemput motor itu.

Ya, alasan kedatangan Shadiq ke rumah Dini bukan hanya karena ingin bertemu Afika, namun ia juga habis menemani suami Mama Mai menjemput motornya di kantor polisi.

Hanya menemani, sementara papa Dini menjalani sidang untuk kembali mengambil motornya. Dan benar, ternyata biaya tilangnya tidak semahal yang polisi itu jelaskan waktu itu.

🐝🌼🐝🌼

"Maaf pak, masih lama ya?"

"Iya neng, maap yak, tadi rame banget soalnya, jadi kudu ngantri dulu. Bentaran doang kok, tinggal nambal bannya aja"

siap pak! 『ONGOING』 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang