TAK TERLIHAT

1 0 0
                                    

Gue Alkana, dan laki-laki dalam foto yang sedang gue pandangi ini adalah Deril. Kami adalah 2 orang yang awalnya asing kemudian bisa akrab seiring berjalannya waktu, karena sering bertemu dan ngobrol. Tidak disangka bahwa kami memiliki banyak kesamaan dan selalu nyambung setiap membicarakan berbagai macam topik. Kadang sesekali dia menceritakan pengalaman yang pernah dia alami, begitu juga gue.

Kami makin akrab lagi setelah kerja bareng di salah satu kantor penerbit. Berangkat dengan bus yang sama, makan siang di kantin yang sama tentunya, pulang bareng, kadang dia nemenin gue lembur karena banyak naskah yang harus gue kerjakan. Kadang juga sebaliknya. Dan foto itu diambil setelah kita kerja selama 1 tahun di kantor tersebut. Gayanya sih perayaan karena udah kerja selama 1 tahun. Waktu itu kami makan di salah satu restaurant mewah, pesan makanan yang paling enak, belanja di mall, nonton di bioskop, jalan-jalan dan berakhir dengan makan es krim. Saat itu Deril yang mengajak untuk berfoto setelah dia puas mencoret-coret wajah gue dengan es krimnya.

Semakin lama, kami semakin akrab dan lebih dekat. Bahkan beberapa karyawan mengira kami berpacaran. Tapi Deril menjadi orang pertama yang langsung menyakal hal itu. Anehnya, untuk pertama kalinya mendengar sangkalan itu, gue merasa kecewa. Tapi gue berusaha untuk biasa aja, malah membantu meyakinkan mereka bahwa kami tidak memiliki hubungan lebih dari teman. Gue pikir dengan gue melakukan hal itu, perasaan yang gue duga rasa suka dengan Deril akan memudar. Tapi, sepertinya gue salah, mungkin tanpa gue sadari perasaan itu sudah lama muncul dan sudah mengakar. Untungnya gue masih bisa menutupi perasaan itu di depan Deril. Sebelum akhirnya tragedi kecelakaan itu menimpa Deril.Gue yang mendengar kabar itu langsung pergi ke rumah sakit tempat Deril di rawat. Sesampainya di sana, gue melihat ada seorang perempuan yang sudah menungguinya dengan wajah penuh kekhawatiran. Karena gue mencoba menjaga ketenangan di tempat tersebut, gue memilih untuk mencari tahu keadaan Deril melalui perawat dan menunggu di luar ruangan. Gue pikir perempuan itu akan segera pulang, tapi sampai pukul 3 pagi, dia masih duduk di samping ranjang Deril. Gue akhirnya memutuskan pulang dan melakukan aktifitas seperti biasa di keesokan harinya. Barulah gue kembali ke rumah sakit setelah pulang kerja. Dan perempuan itu masih di sana, bahkan gue melihat dia menyuapi Deril.Kacau, pikiran dan perasaan gue tiba-tiba berantakan. Gue mencoba untuk menenangkan diri dan menemui mereka. Deril yang melihat gue langsung tersenyum.

"Kana...." Panggilnya.Gue tersenyum kemudian mengangguk ke arah perempuan itu. Perempuan itu juga tersenyum dan mengangguk.

"Parah lo, gue kecelakaan dan lo baru dateng."

"Yaaa...sorry, gue baca kabarnya pas pagi, dan ada banyak kerjaan yang nggak bisa gue tinggal. Gue sempet hubungin pihak rumah sakit katanya lo nggak papa." Gue melihat ke arah perempuan itu dan Deril secara bergantian.

"Emmm...aku keluar bentar ya, cari minum. Stoknya udah habis." Ucap perempuan itu.

"Iya," kata Deril.

"Itu siapa?" tanyaku langsung ketika perempuan itu pergi.

"Penasaran yaaaa?!"

"Serius...pacar...?"

"Hehehehe, iya. Sorry gue belum cerita."

Gue sempat diam beberapa detik.

"Parah sih," ucapku kemudian.

"Gue nggak sengaja ketemu di book store gitu. Sebenernya, kemarin malam, sepulang gue makan sama dia, gue mau nemuin lo. Tapi malah gue kecelakaan."

Gue mengangguk-angguk dan tersenyum, "Baik-baik lo sama dia." Ucapku.

"Hehehe, iya, Na. Lo gih, nyari."

"Yaaa...lo juga nggak tahu ya, sebenernya hari ini gue lagi patah hati, hahaha."

Tak TerlihatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang