Bab 2

50 1 0
                                    

"Loh, bajunya kok beda, Ko Ming?" tanya Jerry, adik bungsu Jessica.

Ming tersenyum kecut melihat Jerry. Tak jauh dari mereka papa Jessica sedang memperbaiki dasinya di depan cermin besar. Mereka berdua mengenakan kemeja marun dan dasi keemasan yang sama persis. Ming sendiri mengenakan kemeja krem yang sudah lama disimpan di pojok lemarinya, tanpa dasi.

"Gak apa, Jer. Takut nanti calon mantennya kalah sama aku," elak Ming dengan candanya.

"Ah, Ko Ming ini," balas Jerry sambil meninju ringan lengan Ming.

Suara riuh dari lantai atas menyela basa-basi mereka. Tiga perempuan bergaun merah menuruni tangga melingkar yang tampak lebih megah hari ini. Ruang tengah rumah Jessica juga sudah disulap begitu cantik dan meriah. Sebuah backdrop dengan lambang Shuangxi, Double Happiness, dan rangkaian bunga merah berada di ujung ruangan. Meja panjang dengan hiasan serupa berada di depannya. Beberapa baki berisi buah-buahan, pernak-pernik, dan angpau memenuhi setengah meja itu.

Jessica masih sibuk ngobrol dengan mama dan adiknya, sembari melangkah anggun. Napas Ming tercekat. Dari tempatnya berdiri, ia terus menatap Jesssica yang tampil cantik, hingga perempuan itu berdiri tepat di hadapannya.

"Bagus ga, Yang?" Jessica memutar badannya satu kali di hadapan Ming.

Gaun merah berpayet menonjolkan lekuk tubuh Jessica. Penampilannya makin lengkap dengan sepatu hasil perburuan hari itu. Ming hanya mengangguk sembari tersenyum lebar. Tak butuh waktu lama untuk Jessica melingkarkan tangannya erat di lengan Ming.

"Jess, ada papa-mamamu, banyak orang juga di sini." Ming mengedarkan pandangan pada banyak orang yang lalu-lalang, mempersiapkan acara. "Jangan gini ah, gak enak," imbuh Ming yang kemudian perlahan melepaskan tangan Jessica.

"Apanya yang ga enak? Orang juga tahu kita wes lama pacaran. Kamu tuh aneh banget," ujar Jessica tak suka. Ia menunjuk kemeja Ming, "Ini juga. Udah dibeliin kemeja sama, ga mau pake. Kamu kenapa sih?"

"Itu kan buat keluarga, Jess. Walaupun kita udah lama pacaran, aku ini masih orang luar."

"Kamu aneh! Kevin aja gak masalah." Jessica memandang iri pada Kevin yang belum lama pacaran dengan Jesslyn, adiknya. Raut marahnya makin kentara ketika Jesslyn mengenakan dasi pada Kevin yang juga berkemeja marun.

"Jess, nanti itu banyak keluargamu datang juga. Apa kata mereka? Kita masih pacaran, belum apa-apa. Kalo Kevin mau, ya itu pilihan dia. Aku enggak nyaman, Jess."

"Kalo gitu kapan kamu mau ngelamar aku? Kamu serius kan sama aku, Ming?"

Pandangan mata Jessica begitu tajam. Ming kebingungan mencari jawaban. Dari sudut matanya ia bisa melihat papa dan mama Jessica memperhatikan mereka.

"Jess, kita bahas lain hari ya."

--

Sore menjelang, tetapi udara masih terasa terik. Ming berusaha fokus mengendarai mobil di tengah lalu lintas Surabaya yang makin padat. Perutnya kekenyangan karena paksaan untuk menikmati semua hidangan makan siang di acara lamaran Jennie tadi. Kepalanya terasa pening karena rentetan pertanyaan yang diajukan saudara-saudara Jessica.

"Kalian kapan nyusul Jennie? Jangan lama-lama pacaran."

Dan tatapan marah Jessica membuatnya makin terpojok.

Sejujurnya, Ming belum pernah memikirkan kelanjutan hubungan mereka. Selama ini ia selalu fokus pada kuliahnya. Setelah lulus, ia bekerja keras membantu papanya di toko. Ia tak memusingkan masa depan, ia sibuk dengan masa kininya.

Menikah dengan Jessica? Selama ini Ming belum pernah berpikir serius untuk membangun rumah tangga. Ya, ia suka pada Jessica. Rasa suka itu yang membuatnya memberanikan diri berpacaran dengan perempuan yang menjadi teman sekelasnya ketika SMA itu. Tapi untuk menikah, ah ... rasanya Ming belum siap.

Hi, It's Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang