d.

7 1 0
                                    

...


"Hani lo sama Sadeli baik-baik aja kan?" tanya Hasya yang kini duduk di kursinya dan Hani.

"Baik, kenapa?" tanya balik Hani yang kini dirinya memang sedang memfokuskan suatu kertas yang Hasya pun tidak tahu itu kertas apa.

"Gapapa sih, tapi btw itu kertas apaan Ni?" tanya Hasya yang sepertinya mulai kepo dengan kertas tersebut.

"Ouh ini? ini kertas pengunduran diri gue," terang Hani santai yang kini sudah beralih menatap Hasya.

Mendengar jawaban Hani, Hasya semakin penasaran maksud dari pengunduran diri gue itu apa ya?

"Maksudnya apa sih?" tanya Hasya mulai agak panik.

"Gue bakalan pindah sekolah karena ayah gue pindah tugas ke Yogyakarta, dan gue bakalan tinggal disana," jelas Hani.

"Kok lo gak ngasih tau gue?!" tandas Hasya yang kini sudah merasa sedikit sedih dan juga marah.

"Ini gue kasih tau lo. Sebenernya gue udah mau kasih tau lo jauh-jauh hari tapi lo nya selalu sibuk dan akhirnya baru sekarang ada waktu buat cerita. Gue besok berangkatnya," terang Hani seraya tersenyum ketika mengucapkan kalimat terakhirnya.

Hasya yang mendengar kalimat terakhir Hani pun terkaget dan langsung saja memeluk Hani dengan erat.

"Lo ngeselin!" tutur Hasya yang kini sudah berderai air mata karena tahu bahwa Hani akan berangkat besok.

"Maafin gue, lo jaga diri ya disini," ucap Hani seraya melepas pelukannya.

"Jangan terlalu sibuk sama ekskul-ekskul lo itu!" ucap Hani terdapat sedikit sindiran.

"Iya!, maafin gue juga ya," ucap Hasya seraya menghapus air matanya.

"Jangan pikirin soal Sadel, gue sama Sadel baik-baik aja, jangan selalu merasa bersalah karena ini bukan salah lo." tutur Hani yang kini sudah mengubah duduknya menjadi menghadap depan.

Hasya yang mendengar penuturan Hani ingin membalasnya namun keburu semua murid 11 Mipa 4 masuk kedalam kelas karena KBM akan segera dimulai.

...

Tak terasa pembelajaran hari ini telah berakhir, dan kini Hasya tengah berada di pinggir lapangan untuk menunggu anak paskib lainnya kumpul.

Rasanya hari ini Hasya sangat merasa lesu dan tidak bersemangat untuk latihan paskib, mungkin karena besok sudah tidak ada sahabat sejatinya yang selalu berada disampingnya.

"Woy bengong aja lo!" kejut Kristina yang memang anak paskib dan juga teman sekelas Hasya.

"Ih apaansih, gue lagi galau tau gak!" sewot Hasya yang kini mood nya memang sedang tidak baik.

"Kenapa si lo? ada masalah?" tanya Kristina yang kini sudah duduk lesehan disamping Hasya.

"Lo udah tau belum kalo Hani tuh bakal pindah dari sekolah ini," terang Hasya dengan nada rendah.

"Iya gue udah tau dari Khadijah, katanya dia denger gosipan anak kelas sebelah," ungkap Kristina

"Ayo semuanya rapikan barisan nya, kakak hitung sampai 10 detik kalo belum rapih kita gak jadi latihannya!" teriak seorang pelatih paskibra.

Hasya dan Kristina yang mendengar langsung saja berdiri dan berlari ketengah lapangan untuk melengkapi barisan.

Setengah jam mereka panas-panasan ditengah teriknya sinar matahari, belum juga ada tanda-tanda kakak pelatih tersebut akan mengistirahatkan anggotanya.

"Henti...Grak!" komando kakak pelatih tersebut dan membuat semua anggota menghela napas.

"Kalian boleh istirahat dulu," ucap kakak pelatih.

Hasya pun mulai melangkahkan dirinya untuk duduk dibawah pohon rindang yang sepertinya sangat nikmat untuk ditempati.

"Huh, cape juga," gumam Hasya yang kini mulai menenggakkan air mineralnya.

"Coba untuk Sadeli dan Tino maju, kita latihan buka barisan!" titah kakak pelatih tersebut.

Hasya yang mendengar nama Sadeli dipanggil ia pun buru-buru memfokuskan matanya ketengah lapangan, namun bukannya melihat tengah lapangan ia malah dihalangi oleh seseorang yang seperti seseorang yang dia kenal.

"Pinjem topi lo dong!" ucap Sadeli dengan nada ketus.

"Emang lo gak bawa?" tanya Hasya yang sialnya bertanya seharusnya kan kasih aja supaya cepat beres.

"Kalo gue pinjem ya berarti gue gak bawa dong, gitu aja kok nanya!" hina Sadeli yang kini sudah menyilangkan tangganya di depan dada.

"Udah pinjem ngegas lagi, kalo gue berani, HEUHH!, udah gue piteuk lo!" batin Hasya, ya Hasya hanya berani ngebatin tidak berani berkata langsung.

"Nih!" Hasya pun memberikan topinya dan langsung saja di ambil secara kasar oleh Sadeli.

Hasya yang merasa diremehkan rasanya dia ingin menonjok perut lelaki tersebut.

a/n
Saya menulis ini sampai kesemutan guys, gk tau kenapa, padahal kan ini cuma ada 709 words...
Don't forget vote and coment ya reader...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

5 - 12Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang