AM I ? : Part 1

34 10 0
                                    

Teriknya matahari terasa begitu hangat menyentuh kulit dengan semilir angin yang dingin berhembus melewati garis leher Saira, seorang gadis perantauan yang untuk pertama kalinya menginjakan kaki di Kota Bandung sebagai seorang pelajar, dan bukan sebagai seorang pelancong.

"Pakde mana ya?" Tanyanya dalam hati, lalu melihat jam tangan yang melingkar dipergelangan lengannya.

Mengingat perjalanan darat yang ia tempuh sebelum akhirnya sampai di Kota Bandung, wajar saja kalau sekarang perutnya memulai konser tunggal "Kruweggg" seperti itulah yang terdengar, "Aduh cacing-cacing di perut, sabar ya." Kata Saira sembari mengelus perutnya yang sudah terasa perih.

Saira melihat sekitar, siapa tahu menemukan jajanan yang bisa ia beli sembari menunggu Pakde datang untuk menjemputnya. Pada saat itu mata Saira langsung tertuju dengan jajanan roti sobek sebagai pilihan pertamanya, namun belum sempat ia beranjak pergi ada seorang paruh baya yang datang menghampirinya.

"Kamu beli apa, Nak?" Tanya seorang paruh baya tersebut, yang ternyata Pakde. Saira pun menoleh dan tersenyum "Pakde" Kata Saira, lalu memeluk dan sungkem sebagai tanda hormat kepada yang lebih tua.

"Udah lama menunggu Pakde?" Tanya Pakde.

"Belum terlalu lama Pakde, tadinya Aira mau beli roti karena lapar."

Aira adalah nama panggilan Saira untuk keluarga dekat, sudah dari dulu ia terbiasa menyebut dirinya Aira.

"Bapak sudah telfon Pakde, katanya titip kamu." Kata Pakde sembari membantu Saira meletakkan tas di dalam mobil, "Bapak juga bilang, ndak usah buru-buru cari kos supaya kamu bisa ketemu tempat yang nyaman serta dekat dari kampus, dan terpenting kosnya ndak gabung dengan laki-laki. Kalo besok Aira sudah ndak lelah, Pakde antar cari kos." Lanjutnya.

"Iya Pakde, terima kasih. Maaf karena Aira udah merepotkan Pakde di sini."

"Pakde senang bisa bantu Aira, kamu jadi beli rotinya ndak?"

Saira hanya menggelengkan kepala, "Begitu lihat Pakde, lapar Aira langsung hilang karena teringat masakan Bude di rumah" Katanya sembari tertawa kecil.

"Ayo pulang" Kata Pakde, kemudian masuk ke dalam mobil dan Saira yang ikut masuk di sebelahnya.

____________

Pada keesokannya, Saira mendatangi beberapa kos yang berlokasi tidak jauh dari kampus. Setelah melihat-lihat, ia memilih kos Dahlia (khusus putri) di Jl. Teuku Angkasa yang terbilang sangat dekat bahkan hanya perlu berjalan kaki untuk sampai di kampus. Kos Dahlia memiliki bangunan bergaya desain klasik Belanda dengan tumbuhan merambat dibeberapa sisi, meskipun dekat dari universitas yang biasa dipenuhi suara hiruk para mahasiswa/i suasana kos tetap terasa teduh dan tenang.

"Aira pilih di sini aja Pakde, adem. Menurut Pakde bagaimana, setuju?" Tanya Saira, ia harus memastikan bahwa Pakde mengizinkannya terlebih dulu sebelum pindah ke kos Dahlia.

"Iya adem, Pakde juga suka. Tempatnya tenang dan khusus putri, berarti Pakde sudah menjalankan amanat Bapakmu. Yasudah kalau Aira suka kos ini, Pakde setuju." Kata Pakde sembari tersenyum melihat ke arah Saira.

"Iya Pakde." Jawab Saira yang ikut tersenyum.

____________

Pada hari selanjutnya, Saira pindah ke kos Dahlia diantar Pakde. Tidak terlalu banyak barang yang ia bawa, karena fasilitas kamar kos sudah cukup lengkap.

"Kamu baik-baik di sini ya, Nak. Jangan sungkan main atau nginap ke rumah karena Bude senang sekali kalau ada kamu, jadi semangat masak." Kata Pakde

"Iya Pakde. Aira bakal sering mampir kok, janji." Kata Saira, lalu Pakde pamit pulang.

Saira tidak membutuhkan waktu lama untuk menyusun barangnya di kamar kemudian mengambil air minum di dapur karena merasa haus akibat kelelahan setelah menata barang-barangnya seorang diri. Kos Dahlia memiliki dapur bersama fasilitas yang cukup lengkap ala anak kos, ia bisa memasak apapun terutama mie instan sebagai menu ninja untuk semua bangsa anak kos.

"Aaaaawwww!" Terdengar suara dari pojok dapur yang membuat Saira seketika menoleh dan berlari ke asal suara tersebut untuk mengecek.

"Aw, panas! panas!" Kata seorang gadis sebaya Saira dengan perawakan kurus tinggi serta berambut keriting.

"Sini aku bantu." Kata Saira, lalu mengambil alih untuk mengecilkan api kompornya "Kalo terciprat begini, berarti apinya terlalu besar." Lanjutnya.

"He he he" Tawa gadis itu dengan malu.

"Kamu pasti di rumah jarang masak, ya? Aku juga, tapi kalo cuma goreng telur begini sih aku ahlinya."

"Makasih udah bantu aku. Omong-omong, kamu anak kos baru? Oh, nama aku Dhea. Aku juga baru di sini, mungkin beda dua hari."

Setelah Dhea memperkenalkan diri, akhirnya mereka berkenalan dan Saira memiliki teman pertamanya di Bandung.

Pada sabtu siang itu, Saira dan Dhea berniat menghabiskan weekend bersama dengan menonton film di kos. Sebelum nobar, mereka menyempatkan diri ke minimarket dekat kos yang dapat ditempuh dengan berjalan kaki. Setelah tiba di minimarket, Saira langsung menuju ke tempat snack favoritnya yaitu popcorn rasa caramel.

 Setelah tiba di minimarket, Saira langsung menuju ke tempat snack favoritnya yaitu popcorn rasa caramel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Eh sorry." Kata Saira secara tiba-tiba karena tidak sengaja mengambil snack yang sama dengan seseorang, karena kebetulan popcorn rasa caramel hanya tersisa satu "Gapapa, ambil aja." Lanjutnya, Saira mengalah dengan mengambil popcorn rasa cokelat "Cokelat juga enak kok." Ujar Saira sedikit tersenyum lalu pergi ke lorong lain untuk mengambil minuman.

Setelah Saira dan Dhea memilih cemilan kesukaannya, mereka antri di kasir dengan antrian yang cukup ramai untuk ukuran minimarket sekecil itu.

"Duh! dompet gua." Kata Dhea secara tiba-tiba sembari menepuk pundak Saira.

"Hah, ketinggalan?! dari awal gua udah lupa terus sengaja biar lu yang bayar semuanya dulu."

"Jangan panik. Lu tunggu sini, gua lari ke kos ambil dompet." Kata Dhea yang langsung berlari keluar dari minimarket.

Di sisi lain, seseorang dari belakang Saira menaruh debit card di meja kasir "Untuk popcorn rasa caramel." Katanya, seketika Saira menoleh ke arah pria tersebut.

"Eh kok, kenapa?" Tanya Saira dengan bingung, karena terkejut dan sungkan.

"Anggap ini bentuk terima kasih untuk popcorn rasa caramel barusan."

"Engga usah mas, ka, apapun itu. Teman saya larinya cepat kok, sekarang dia lagi ambil dompet untuk bayar ini semua."

"Jadi gimana?" Kata penjaga kasir, karena ikut bingung dengan siapa yang akan bayar.

"Saya yang bayar." Jawab pria tersebut dengan cepat.

Akhirnya Saira mengalah tanpa mengatakan apapun untuk mengelak, setelah melihat pria tersebut cukup bersikeras ingin membayar semuanya "Terima kasih, ya. Seharusnya engga perlu, jadinya sekarang gua punya perasaan engga enak begini" Kata Saira. Setelah pria tersebut membayar semuanya, ia hanya tersenyum tanpa mengatakan apapun kemudian berlalu pergi keluar dari minimarket.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 21, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AM I ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang