Agatha Karin Wijaya, adalah seorang gadis berusia 21 satu tahun yang memiliki segalanya. Kekayaan, paras cantik, segalanya. Apapun yang Karin inginkan selalu saja dipenuhi. Namun satu yang jarang ia bisa dapatkan, kehadiran Mama dan Papanya yang super sibuk.
Setiap hari keduanya bekerja, berangkat pagi pulang nanti.. waktu larut malam. Jarang bertemu Karin, apalagi sekedar saling bertukar cerita di taman belakang rumah super besar ini. Usianya memang sudah cukup dewasa, tapi tetap saja Karin masih ingin dimanja. Tidak ada kegiatan yang terlalu penting setelah pulang kuliah. Kerjanya cuma kuliah, hangout lalu pulang dengen perasaan murung. Sebab dirumah hanya ada maid dan beberapa pekerjaan lainnya.
Siang ini, dihalaman belakang rumahnya, Karin dengen setelan sehari-harinya duduk ditepi kolam dengen wajah murung. Dia sendirian, tidak ada teman- mau main malas. Di kamar saja bosan.
Karin memainkan air dikolam renang dengan perasaan sedikit lebih tenang, lalu bibirnya tersenyum kala air itu tanpa sengaja mengenai wajahnya.
"Kak Kayiin!!"
Suara menggemaskan itu memenuhi indera pendengarannya, membuat Karin menoleh lantas mendapati bocah berusia tiga tahun berjalan susah payah kearahnya.
"Jovan!?"
Jovan, anak tentangnya yang super duper menggemaskan. Anak itu memang tidak jarang main ke rumah Karin dengan sesuka hati, sebab rumahnya dan rumah Jovan sangat dekat, hanya menyebrang taman saja langsung sampai. Tidak ada penghalang diantara rumah keduanya- pagar yang menjulang tinggi sudah dibuatkan pintu untuk bisa saling mengakses dengen mudah.
Kenapa? Sebab ayah Jovan adalah teman kerja Papa-nya yang begitu dekat dengan keluarganya. Papa bilang, "dia udah kayak anak Papa sendiri." Katanya berlebihan.
"Kenapa main sendirian? Daddy kamu kemana?" kata Karin setelah menggapai Jovan dan menaruhnya diatas pangkuan.
Jovan menggeleng dengen cengiran menggemaskan, "nenek nggak datang?"
"Nenek atit."
Karin tergelak lalu mencubit pipi gembul Jovan, "yaudah, main disini aja sama kakak ya?"
Kehadiran Jovan membuat hari-hari Karin sedikit tidak membosankan, sebab dia sering main kesini pun Karin yang suka main ke rumah Jovan. Tidak ada rasa canggung, sebab mereka sudah seperti keluarga. Bahkan Jovaro, ayah Jovan samasekali tidak keberatan ia dan anaknya sering bersama-sama.
Hitung-hitung jagain anaknya, katanya. Sama seperti Papa yang super sibuk, Jovaro juga sama. Kematian istrinya dua tahun lalu membuat beberapa pekerjaan keteteran, tidak jarang ia bekerja membawa serta Jovan atau menitipkannya pada sang ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Darkness Think Fangirl - NC-21++ (NCT ot-23)
FanfictionORIGINAL FICTION! cerita ini hanya fiksi belaka. Saya harap pembaca bisa lebih bijak dalam menanggapi cerita ini. Sekiranya ada yang merasa terganggu mohon untuk tidak membuka work ini. ⚠️Member NCT hanya visualisasi ⚠️Mature ⚠️21++ ⚠️No children