Reason

417 101 28
                                    


 
 
Kacamata berbingkai abu-abu tua bertengger di hidung tegas Sehun. Lelaki itu begitu fokus pada satu buku kemudian bergulir pada layar macbooknya untuk mengetik beberapa teori serujuk dengan tugas yang dikerjakan. Beberapa buku tampak tergeletak di meja panjang yang hanya ia gunakan seorang diri di perpustakaan pusat universitasnya.
 

Sengaja menyibukkan diri untuk membunuh penat karena sang tunangan tengah berada di Negara yang berbeda, ditambah lagi belum satu pun pesan dan panggilannya yang terbalas. Seperti yang dikatakan kemarin bahwasanya Tuan besar Xi melarangnya ikut serta dalam jamuan kehormatan yang diadakan oleh keluarga bangsawan Kim.
 

Ah sial! Tanpa sadar tangan kanannya yang dipenuhi hiasan otot menggebrak kecil meja perpustakaan hingga mengundang perhatian sekitar yang sejatinya banyak menaruh tatap padanya yang memilih tidak peduli.
 

Kewajiban yang dipikulnya begitu banyak. Perannya yang sangat besar di perusahaan raksasa milik keluarganya, menjadi mahasiswa strata dua yang setiap pekannya dioleh-olehi tugas mandiri dari setiap mata kuliah berbeda, serta perannya sebagai__ ah sudahlah ia enggan mengatakan karena Luhannya belum mengetahui pekerjaannya yang satu itu. Sebenarnya bukan pekerjaan, entahlah ia sangat malas membahasnya.
 

Beberapa rapat penting serta berkas yang bersangkutan sudah lebih dulu ia selesaikan sebelum menginjakkan kaki di perpustakaan ini. Tentunya mengorbankan jatah dua malamnya untuk tidak memejamkan mata. Mungkin di bawah lipatan matanya memiliki kantong seperti Ibu kanguru saat ini. Sudahlah, Sehun sangat tidak peduli karena sang tunangan juga tidak akan menemuinya hari ini.
 

“Kau tampak sangat sibuk sekali..?”.
 

Suara lembut yang Sehun kenal membuat mata elang lelaki itu terangkat untuk melihat dan memberi sapa melalui tatapan pada sang empunya.
 

“Hm..”. Jawabnya karena ia sedang tidak berada dalam mood yang bagus untuk saling bertukar kata.
 

“Aku tidak melihat tunanganmu dalam dua hari ini. Kemana Nona Luhan..?”.
 

“Nona memiliki kepentingan yang tidak bisa ditinggalkan. Ada perlu apa, Irene..?”. Sehun menanyakan tujuan wanita tersebut menghampirinya tanpa memberi tatapan. Sungguh ia harus menyelesaikana tugas yang dimilikinya segera.
 

Irene menyelipkan anak rambutnya dengan senyum yang terpatri begitu cantik. “Tidak, aku hanya ingin menyapamu, serta__”.
 

“Serta..?”.
 

“Ingin mengucapkan terima kasih karena kau menerima ajakan makan malamku kala itu. Sungguh, aku benar-benar tidak menyangka bahwa kau akan menerima undanganku begitu saja..”.
 

Lantas bolehkan Irene memiliki praduga lebih? Bahwa bisa saja lelaki super tampan di depannya tertarik padanya sekalipun hanya setitik debu?
 

“Oh itu, aku menganggapnya sebagai ungkapan terima kasihku karena kau menemukan jepitan rambut milik Nona. Karenanya aku menerima ajakan makan malammu dengan mudah..”.
 

Pernyataan yang telak membuat Irene begitu kecewa. Wanita itu membasahi bibirnya dengan sapuan lidah, saling meremas kedua tangan lalu memperbaiki posisi duduknya. “Ahh ku kira kau memiliki waktu senggang makanya menerima tawaran makan malamku..”.
 

Sehun menarik kedua sudut bibirnya. “24 jam per hari tidak sedikit pun aku memiliki waktu yang senggang. Ku pikir kau sudah memahami kewajiban yang membebani pundakku sebagai presiden perusahaan serta mahasiswa strata dua..”.
 

“Lagipula__ aku juga minta maaf di makan malam itu hanya bisa menyisihkan waktuku sebentar. Aku merasa bersalah karena tidak membalas budi dengan cukup baik pada orang yang telah menemukan jepitan rambut Nona..”.
 

Jepitan rambut yang entah berapa ratus dollar harganya ia tidak peduli. Yang wanita itu pedulikan hanya alasan Sehun yang menurutnya tidak masuk akal karena menerima ajakan makan malamnya hanya karena mengembalikan jepitan rambut Luhan.
 

“Untuk waktumu yang sangat padat, bukankah sangat konyol apabila menerima ajakan makan malamku hanya karena balas budi atas jepit rambut Nona Luhan yang ku temukan..?”. Tanyanya hati-hati, ia butuh sebuah jawaban yang masuk akal untuk mengenyangkan praduga yang menurut orang-orang mungkin berlebihan.
 

Yeah mungkin terdengar tidak masuk akal sedangkan Nona Luhan sangat mampu membelinya kembali bahkan hingga pabriknya, namun jepitan itu memiliki makna yang besar untuk Nona Luhan. Dan kecupan hangat serta tulus dari Nona Luhan ketika aku mengembalikan jepit rambutnya ku kira sepadan dengan menyisihkan waktu padatku untuk menerima ajakanmu..”.
 

Irene mengangguk mengerti meski di dalam hatinya begitu patah hati. Banyak lelaki yang mengajaknya berkencan, memberinya perhatian, bahkan mengiriminya hadiah rutin setiap tiga kali sepekan. Namun mengapa hatinya tersangkut pada lelaki luar biasa yang sudah ia tahu akan sulit ia dapatkan dalam dekapannya? Apalagi rivalnya adalah Nona Agung serupa dewi yang kerap membuat kaum Hawa berdecak iri dan kaum Adam memuja-muji.
 

“Kalau begitu silahkan lanjutkan kesibukanmu. Semoga cepat selesai. Maaf telah mengganggu..”. Ujarnya lalu melangkahkan tungkai kaki untuk pergi setelah mendapat anggukan serta seutas senyum singkat dari Sehun.
 

Sehun mengalihkan tatap pada ponselnya yang bergetar di atas meja. Nama salah satu anak buahnya terpampang. “Bagaimana..?”.
 

“Maaf Tuan, kami sudah mengerahkan seluruh kemampuan yang kami bisa tapi pengamanan pertemuan keluarga bangsawan Kim serta bangsawan Xi sangatlah ketat. Di setiap sisi dan sudut dipenuhi oleh pengawal. Kami enggan mendekat karena khawatir mereka mencurigai kami dan berimbas Tuan yang mendapat amukan dari Nona agung Luhan..”.
 

Sehun memijit kepalanya. Tidak mendapat kabar dari sang tunangan dalam wkatu 48 jam cukup membuat kepalanya sakit. “Jangan menimbulkan kecurigaan sedikit pun. Tetap pantau, laporkan apapun meskipun senyum simpul sialan yang disuguhkan oleh putera kedua bangsawan Kim pada Nona Luhan..”. Titahnya lalu menutup sambungan telepon.
 

Selepas memutus panggilan, ponselnya kembali bergetar tanda ada panggilan masuk. Sehun menghela nafasnya jengah melihat nama yang tertera di layar kaca.
 

Itu Kyungsoo.
 

Mau apalagi mantan kekasihnya tersebut? Sehun mengira sudah menyelesaikan segala sesuatu yang berhubungan dengan mantan wanitanya tersebut.
 

Menggeser ikon merah untuk menolak panggilan lalu menekan ikon switch off untuk mematikan penuh ponselnya. Sungguh ia tidak ingin diganggu kecuali orang itu adalah Nona Luhan.

To be continue

Lanjut besok lagi. Gpp pendek yaa, kan bukan hunhan moment 😬


See you next chapter 😘😘😘😘

SIN'S SLAVE (HunHan GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang