•••
Matahari sudah mulai meninggalkan nabastala ketika pemuda dengan kacamata yang masih setia bertengger di hidungnya tersebut masih sibuk dengan ribuan kertas. Tangannya masih lihai berjalan kesana-kemari menimbulkan suara kecil yang menjadi satu-satunya pemecah keheningan di dalam ruang penuh dengan setumpuk beban yang akan selalu datang setiap harinya.
Di umurnya yang masih terbilang muda ia mampu memimpin sebuah perusahaan cabang milik keluarga. Pemuda kelahiran Bogor itu sering di sebut-sebut sebagai Kuda hitam karena tekat serta keuletannya yang mampu menarik banyak perusahaan besar untuk bekerja sama.
Jaelano Andriano, pemuda itu baru bisa menyelesaikan pekerjaannya saat gelap sudah hampir menguasai se isi bumi. Di acaknya rambut yang sudah tidak karuan bentuknya. Kepala dan matanya seperti terbakar. Panas dan perih. Tulangnya nyeri dan linu. Bagaimana tidak, jika hampir setengah hari tubuhnya terus di biarkan menetap di sana.
Matanya melirik jam, pukul enam tepat. Tubuhnyanya ia renggangkan. Beranjak untuk pulang dan segera mengistirahatkan tubuhnya. Sepanjang ia berjalan suasana kantor sudah sepi. Semua karyawan sudah pulang sejak jam bekerja berakhir pukul lima sore tadi. Saking sunyinya suara hela nafasnya bisa berdenging.
Di dalam kepalanya sekarang hanya ada kasur dan guling yang sudah siap menyambutnya. Mendekapnya dengan kenyamanan tiada tara.
Lantaran langsung pulang seperti angannya beberapa menit yang lalu. Kini pemuda itu justru mendamparkan dirinya di pinggir jalan.
Tubuh lelahnya ia sandarkan dikursi taman panjang yang difasilitasi oleh negara. Menerawang ramainya taman kota dikala sore. Berteman segelas kaleng kopi dan hiruk-piruknya kota Jakarta yang seakan tidak pernah lelah. Kota ini memang tidak memiliki jam istirahat.
Setiap detik- menit akan selalu ada orang beraktifitas. Matanya tidak lepas melihat orang-orang berjalan kesana-kemari. Mereka sibuk dengan dunia mereka masing-masing. Ada yang sedang tertawa lepas sembari menggandeng orang tersayang, ada juga yang terlihat berjalan santai sendirian sembari menyumpal telinganya dengan earphone, pedagang yang masih sibuk mencari selembar rupiah, mereka yang tergesa ingin pulang. Juga... manusia yang terduduk bingung mencari arti. Seperti dirinya, mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEGITIGA
FantasyRumah akan tetap menjadi rumah seberantakkan apapun isinya. Selama apapun perginya tetap harus pulang. Hujan dan panas nggak akan peduli meskipun kamu sekarat. [REVISI] Start ; 28 Januari 2022 End - #5 - ryunjin (181023)