Asumsi Ara

85 6 1
                                    

Sudah setengah jam Nanta menunggu. Tapi kehadiran orang yang di tunggu masih belum muncul juga.

Apakah gadis itu pingsan di kelas?

"Btw, gue bukan khawatir dia pingsan di kelas. Hanya menyayangkan saja, jika gadis itu pingsan bukan karena ulah gue."

Mata Nanta memicing, saat seorang gadis berjalan dengan langkah kecil, sambil menundukkan kepala.

"Pantesan aja lama. Jalan nya aja, kayak saudaraan sama siput. Apa keberatan dosa ya? Jalan nya jadi lelet gitu?"

Nanta memperhatikan Ara, sampai tiba-tiba gadis itu mengangkat telpon seseorang.

Dari jauh, nggak kedengaran dia nelpon siapa.

"Iya, Yan. Gue pasti dateng. Jam 7 kan acaranya?" tanya Ara dengan suara lirih.

"Ooh. Nelvon pacarnya."

Ara duduk di atas motornya. Tangan kiri nya memijit dahi nya pelan-pelan. Kepala pusing. Badan lemas tak bertenaga. Lemes besty, karena bolak balik buang emas di toilet.

Baru mau nyampe parkiran, Rian nelpon dan memberi tahu acara Kevin nanti malam.

"Suara lo kayak orang lemas , Ra. Lagi sakit ya?" tanya Rian di ujung telpon.

"Apa? Lemas?" Ara memijit leher nya pelan-pelan. Agar suaranya berubah. Ia tidak mau karena suara nya, sahabat nya jadi khawatir.

"Ehem ehem.. gue nggak lemes sama sekali tuh. Gue sehat dan bugar ya." alibi Ara.

"Lo masih di sekolah kan, Ra? Gue jemput ya? Gue nggak yakin lo baik-baik aja." tersirat rasa khawatir dari Rian.

"Nggak usah di jemput. Gue bisa pulang sendiri. Gue baik-baik aja kok, Yan."

Muka pucat, badan lemas tak berdaya. Itukah definisi baik-baik saja?

Sedari tadi Nanta memperhatikan Ara. Gadis itu saja yang tidak sadar. Karena keasyikan nelpon sama pacar nya.

Nanta duduk di motor di samping Ara. Itu berawal dari kekesalan lelaki itu karena Ara tidak kunjung juga ke kantin saat jam istirahat kedua.

Padahal dia sudah menyiapkan sejuta kalimat yang akan membuat Ara tersentuh. Tapi gadis yang di tunggu-tunggu malah tidak menampakkan batang hidung nya.

Mau ke kelas cewek itu, gengsi banget!

Hingga akhirnya, Nanta menunggu gadis itu di parkiran saat pulang sekolah.

Untung nya Nanta sudah tau dimana letak motor Ara. Karena sebelum nya, ia bertanya sama salah satu teman cowok di kelas Ara tentang merk apa motor yang di bawa gadis itu beserta plat motornya.

Setelah duduk di atas motor, terlihat wajah pucat gadis itu.

Karena jarak nya sangat dekat. Tentu nya Nanta dapat melihat wajah gadis itu dengan leluasa.

"Gue udah otw. Tunggu aja di gerbang sekolah."

Ara mengusap wajahnya dengan kasar. "Nggak usah bawel. Nggak ada jemput-jemputan. Soalnya gue udah mau nyampe rumah." terpaksa Ara bohong, supaya Rian tidak memaksa.

"Ooh.. udah mau nyampe rumah. Emm.. Gue mau nyusul kerumah. Lo mau gue bawain apa?"

"Apa aja yang penting halal." ucap Ara sambil terkekeh.

"Okey. Ti ati di jalan beib. Gue mau beliin lo oleh oleh dulu. Bye."

"Bye."

Sambungan telpon terputus. Ara memasukan hape nya ke saku. Lalu memakai helm. Setelah selesai memakai helm. Ia menghidupkan mesin motor nya.

My Ultimate HappinesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang