66. Trouble

3.3K 348 24
                                    



**


"Camp?"

Anin mengangguk seraya mengambil semangka milik Darel yang tersedia di depan meja ruang keluarga. Pria itu sepertinya mulai di susahkan oleh tugas-tugas dasar sebagai calon pemimpin Basupati di masa mendatang.

Lihatlah!

Betapa berantakannya Darel saat ini. Tumpukan dokumen yang tengah kakaknya itu periksa hampir membuat Darel kehilangan rambutnya.

Kedatangan Ryan Basupati sukses menggempur kondisi mental Darel saat ini. Papanya mulai memperketat batasan yang biasanya bisa dengan mudah Darel lewati dan abaikan, tetapi saat ini kemungkinannya mengecil seiring dengan kejadian-kejadian aneh yang terjadi di sekitar adik satu-satunya.

"Jangan macem-macem deh, Nin," kata Darel terlihat tidak setuju dengan acara sekolah adiknya itu.

"Kok macem-macem sih? Kan itu acara sekolah, Rel. Bukan rencana gue kok."

"Gue gak mau tanda tangan," balas Darel menolak untuk menandatangani formulir persetujuan untuk ikut dalam acara perkemahan nanti.

Anin terkejut dengan pandangan kakaknya sendiri. Dengan cepat, ia turun ke lantai dan berlutut di depan kakak laki-lakinya.

"Gue belum pernah loh ikut acara kayak gini, boleh ya?" tawarnya sekali lagi membujuk Darel.

"Enggak."

"Rel!" rengek Anin menggoyang-goyangkan kaki kakaknya.

"Gue gak mau tahu, Anin. Lo gak boleh ikut. Kalo perlu gue dateng ke sekolah lo buat boikot nama lo dari daftar."

Anin semakin kewalahan. Mengapa ia jadi tidak bebas begini? Ia merubah posisinya menjadi duduk dan bersandar di kursi sofa dekat kaki Darel yang terlihat masih sibuk dengan laptop di depan matanya.

"Kenapa gue gak boleh ikut?" tanya Anin dengan nada rendah. Gadis itu terlihat frustasi mendengar penolakan dari sang kakak. Tangannya tak berhenti bergerak saling bertaut satu sama lain.

"Keselamatan lo."

"Gak ada yang bisa jamin kalo disana lo bakal baik-baik aja."

Jawaban Darel tidak sepenuhnya salah, tetapi bukan berarti Anin kehabisan akal untuk membujuk kakak kandungnya. Ia melirik ke atas, memperhatikan wajah Darel yang terlihat serius.

"Galen juga ikut. Lo gak percaya sama dia?"

Akhirnya Darel mendongak. Melihat Anin yang terduduk di atas lantai berlapiskan karpet merahnya.

"Beda kasus. Jangan di samain sama pesta sekolah. Wilayah camping lo itu kejauhan, dan rawan penjahat. Kekuasaan gue aja kayaknya belum sampe sana."

"Ya lebarin dong, Rel," balas Anin menyudutkan kembali kalimat kakaknya. "Kan lo orangnya hebat, masa tempat kecil kayak gitu aja tangan lo gak sampe kesana."

"Nin, jangan mulai."

Anin mendengus kesal lalu berdiri dari duduknya untuk kembali ke kamar. Sepertinya ia harus menunggu Darel dalam mood bagus. Sebelum gadis itu melewati sang kakak, Anin meraih sebuah bantal di atas sofa.

"Ambil ancang-ancang," bisiknya melihat ke arah Darel.

BUGH!

Sebuah bantal melayang tepat menerjang wajah Darel dan membuat sang pelaku melarikan diri terbirit-birit.

Vous Me Voyez? ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang