Apa? menikah besok? Duh! Gusti ... ini gimana sih, jadinya? Maksudku melapor begitu ke Tante Lily itu biar Rakha kena omel, bukan malah dinikahin besok.
Hadeeh!
"Nia, ayo, kamu pulang sama Mama. Mama nggak mau kalian berbuat yang nggak-nggak lagi. Kalau besok udah akad, baru kalian bebas mau ngapain."
"Ma, biar Rakha aja yang anter Nia, Rakha tadi--"
"Eh?"
Tanganku ditarik oleh ibu dan anak ini.
"Udah, nggak usah! Nanti kamu apa-apain lagi anak orang! Sana kamu pakai baju! Ayo, Nia!"
Aku hanya pasrah saat Tante Lily menepis tangan Rakha dan tanganku ditarik olehnya. Ada sedikit perasaan lega karena Tante Lily datang tepat waktu menyelamatkanku.
Tapi, bahaya lebih besar sudah menungguku besok. Entah apa yang akan dilakukan Rakha padaku.
Hiiy! Aku bergidik ngeri sendiri.
"Nia, kamu kenapa? Kamu nggak apa-apa? Maafin Rakha ya, Mama nggak nyangka Rakha punya niatan begitu sama kamu."
"Eh, i-iya nggak apa-apa Tante."
Duh! Nambah lagi daftar dosa bohongku. Ampuni Nia Ya Allah.
"Kalau besok kalian udah sah, boleh deh kalian tinggal bareng di apartemen. Atau mau bulan madu sekalian pacaran dulu juga boleh."
Aku hanya meringis mendengar ucapan Tante Lily. Aku berharap, besok akan ada halangan yang membuat acara nikah dadakan itu batal. Semoga.
"Oh ya, Tante, aku boleh tanya sesuatu?"
Aku membuka obrolan saat kami sudah berada di dalam mobil. Ini kesempatanku untuk mengorek tentang Rakha. Mumpung hanya ada aku, Tante Lily dan sopir.
"Iya, kenapa, Nia?"
"Eumm, soal Mas Rakha ... saya masih penasaran, apa bener Mas Rakha nggak punya pacar selain Nia?"
Aku harap jawaban Tante Lily bisa menjawab teka-teki tentang Rakha.
Tante Lily menarik tanganku dan menggenggamnya.
"Nia, Rakha itu anak kami satu-satunya. Sejak kecil, semua hal tentang Rakha itu kami yang urus dan awasi. Termasuk soal jodoh. Mama sama Papa selalu wanti-wanti sama Rakha buat nggak pacaran dulu sampai lulus kuliah, biar dia fokus belajar. Rakha itu ke mana pun dia pergi, dari mulai sekolah, les sampai lagi main selalu Mama ikutin. Sejak kerja aja dia udah nggak mau dianter pakai sopir dan milih buat tinggal di apartemen."
Aku terbelalak mendengar cerita Tante Lily. Ya ampun, kasihan banget Rakha selama hidupnya diatur dan diawasi orang tuanya. Pasti Rakha nggak pernah ngalamin jam kosong di sekolah terus ngabur ke warnet!
"Mama sama Papa selalu pengin yang terbaik buat Rakha. Bahkan kalau bisa, Rakha harus lebih sukses dari kami. Makanya dulu waktu Rakha kecil kegiatannya cuma sekolah sama les."
Aku yang baru mempelajari profil keluarga Rakha semakin ternganga. Ayah Rakha adalah seorang komisaris bank swasta nasional. Apakah itu artinya nanti Rakha juga harus jadi komisaris bank tempat dia bekerja? Atau ada yang lebih tinggi dari komisaris? Ah, entahlah tiba-tiba aku pusing.
"Dulu Rakha pernah ngenalin temen deketnya ke Mama."
"Oh ya?" Aku semakin antusias.
"Iya, waktu awal-awal kerja di Bank. Tapi langsung Mama cut. Soalnya Mama nggak sreg. Kelihatannya dia cuma mau manfaatin Rakha, nggak tulus."
Aku menelan ludah. Bagaimana denganku sekarang yang jelas-jelas semuanya adalah setting-an?
"Kamu nggak usah khawatir Nia, Rakha itu tipe setia kok. Mama selalu bilang sama Rakha buat mencontoh Papanya. Jadi kamu tenang aja ya, Rakha pasti cintanya cuma sama kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
RAINBOW CAKE ✔️
Любовные романыRakha dan Raynia sepakat untuk menikah demi kepentingannya masing-masing. Namun, pernikahan pura-pura yang mereka jalani nyatanya tak semudah yang mereka tulis dalam perjanjian.