Chapter 11

1.1K 87 4
                                    

Simpan dalam perpus kalian ya(づ。◕‿‿◕。)づ

⚠🐻️⚠️

Empat belas tahun yang lalu....

Sebuah perkumpulan keluarga biasanya adalah tempat untuk silaturahmi antara sesama keluarga dan saudara yang memiliki hubungan darah.

Tempat berbagi cerita dan juga keluh kesah yang dihadapi. Tempat di mana setiap kepala keluarga duduk berkumpul dalam satu lingkaran untuk menceritakan kehidupan keluarga harmonis mereka, ditemani oleh secangkir wine atau wiski serta papan catur.

Tetapi perkumpulan keluarga yang dihadapi oleh bocah kecil bernama Ray Regan, sangatlah jauh dari kata harmonis. Tidak ada silahturahmi maupun tempat untuk berbagi kisah. Yang ada cuma ajang untuk memamerkan kekuatan, kemahiran, kekuasaan, dan juga kemampuan dalam bidang apapun.

Keluarga Ray amat besar. Terdiri dari beberapa paman dan bibi, dua orang kakek dan nenek dari pihak ayah dan ibu, sepupu yang jumlahnya nyaris tidak terhitung jari, keponakan kecil yang ramai dan memusingkan—dia sendiri masih kecil, serta sanak saudara yang lain yang tidak terlalu dekat ataupun memiliki keterlibatan darah dengan keluarga Ray.

Dan di dalam keluarga yang sangat besar itu, ada satu orang kepala keluarga atau pendiri perkumpulan ini. Jamesh Rayen Venille, kakek kandung Ray dari pihak ayah yang amat sangat menyayangi Ray. Dia seorang yang benar-benar perduli terhadap bocah kecil itu. Namun karena kekuasaan dan gelar yang ia miliki, cenderung ia berkecamuk di lingkaran orang dewasa sampai tidak lagi bisa bertemu sang cucu tersayang.

Hanya dalam perkumpulan yang diadakan setiap sebulan sekali inilah beliau bisa melihat cucunya. Walaupun hanya beberapa menit saja.

Ada satu hal yang membuat Ray kecil sangat membenci keluarga maupun perkumpulan idiot ini, yaitu: tujuan sebenarnya kenapa perkumpulan ini diadakan serta kebusukan rahasia keluarga besar ini. Apalagi diadakannya di villa besar puluhan hektar milik sang kakek yang letaknya hampir naik ke daerah puncak.

Meski demikian, bocah berusia sekitar tujuh tahun itu tetap ikut ke perkumpulan demi wajah sang orang tua. Ray tidak mau kalau sampai orang tuanya menjadi bahan cibiran karena sang anak semata wayang malah tidak memperlihatkan batang hidungnya. Walau Ray hanya tampil sepuluh menit saja kemudian kembali menunggu di dalam mobil, setidaknya dia sudah menunjukkan eksistensinya.

Ray sangat benci keluarganya. Keluarga besarnya. Perkumpulan idiot ini. Semuanya. Termasuk kedua orang tuanya yang hanya perduli dengan pandangan orang-orang.

Ray diurus dengan baik oleh mereka berdua tak lain hanya demi mendapat perhatian dan sorotan dari sanak saudara. Mereka mau terlihat hebat sebagai orang tua dan ahli dalam mengurus anak, apalagi pandangan dari sang kakek, Jamesh.

Ray benci itu. Tapi dengan tubuhnya yang kecil, dia bisa apa?

"Kamu yang namanya Ray, kan?" tanya seorang gadis kecil dari arah belakang.

Ray menoleh. Dia tidak menjawab karena rasanya malas. Sangat-sangat malas sampai Ray ingin sekali meludahi wajah gadis cilik yang bertanya itu. "kok diem?" lanjutnya.

"Bukan." Ray menjawab dengan nada datar.

"Bohong! Kamu itu Ray kan? Anaknya bibi Anna." Gadis dengan rambut pirang sebahu itu tetap bersikeras sambil melotot. Bola matanya yang berwarna hijau kebiruan itu terpampang jelas sampai-sampai Ray ingin mencoloknya.

"Kamu siapa?" Bukannya menjawab, gadis itu balik ditimpali pertanyaan oleh Ray.

"Aku Bianca. Sepupu kamu," jawab gadis itu sambil tersenyum dengan manis sekali. Ray malah jijik. Rasanya seperti diremehkan oleh seorang anak kecil walaupun dia juga adalah anak kecil. Itu sangat menyebalkan. Ray lebih suka jika orang terang-terangan menunjukkan raut meremehkan.

PSYCHOPATH || BL18+⚠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang