Chapter 12

1K 111 18
                                    

Dibaca ya^^

⚠🌦️️⚠️


Seekor kucing hitam legam di sekujur bulunya, berjalan pelan menuju sebuah ruangan bawah tanah yang gelap dan suram. Diikuti oleh seseorang berambut panjang di belakangnya.

Pintu besar setinggi dua meter yang masih kelihatan bersih padahal biasanya ruang bawah tanah selalu kusam dan terbengkalai. Dibuka perlahan oleh seseorang pemilik kucing hitam itu. Ada beberapa orang lagi di dalamnya. Semua masing-masing membawa barang khas milik mereka.

"Jadi... bagaimana?" tanya seseorang bernama Henry. Pria paruh baya yang di tangannya ada sebuah celurit tajam mengkilap karena terkena silauan cahaya dari lampu lilin.

"Jangan buru-buru begitu!" Seseorang dengan wajah penuh luka, menimpali. "Masa baru bertemu setelah sekian lama bukannya bersenang-senang dulu malah langsung membahas ke inti?"

"Aku tidak suka berbasa-basi!" Henry memekik.

"Setidaknya biarkan aku bernafas dulu, dong!" Justin yang baru sampai itu akhirnya bersuara. Kucing hitam yang menemaninya, ia elus sedemikian lembutnya.

"Memangnya dari tadi kau tidak bernafas?" tanya Henry lagi dengan nada tinggi. Justin jadi sebal. "Ya! Aku masih muda, jadi pernafasan ku sehat tidak seperti dirimu yang sudah tua renta itu!" Ucapan Justin sangat telak menusuk dada Henry. Dalam soal meroasting orang, Justin adalah jagonya.

"Berani sekali cecunguk sepertimu kepadaku?!!!" Henry tampak emosi.

"Jangan marah! Kau bisa diinjak Yohan nanti, wkwk!" Justin terkekeh. Yohan adalah orang yang terlihat santai tadi. Wajahnya penuh luka akibat pertempuran yang selama ini dia hadapi. Kalau dibandingkan dengan pembunuh yang lain, mungkin kelas Yohan adalah yang paling tinggi.

Sikap Yohan memang ramah dan banyak bicara. Sangat bertimpangan dengan wajahnya yang memiliki kesan seram dan bengis karena luka itu. Tetapi sekalinya Yohan marah, maka ketua maupun empu terhebat pun, akan diam dan mati kutu.

Henry mendengus. "Awas saja kau!" ancamnya.

"Sabarlah Henry. Jangan begitu! Ingat umur." Jamesh, kakek Ray yang selama ini dikabarkan telah wafat, rupanya masih hidup dengan sehat dan semakin gagah, di ruang bawah tanah apartement milik Justin.

Ada satu rencana besar yang akan dijalankan oleh Jamesh. Tetapi rencana ini harus menumbalkan dirinya. Dia berpura-pura sudah tewas dari pihak keluarga karena sebuah kecelakaan yang dialaminya. Semua itu dibantu oleh Justin serta rekan-rekan Jamesh yang lain. Tidak boleh ada satu keluarga pun yang tau tentang kebenaran ini. Bisa-bisa gagal rencananya.

Awalan yang harus Jamesh lakukan dalam memenuhi syarat rencananya, dia harus mengawasi pergerakan cucu kesayangannya yang setelah besar ini emosinya susah dikendalikan. Karena sudah terlanjur orang-orang mengetahui kalau Jamesh sudah mati, akhirnya Justin lah yang jadi korban dari Jamesh. Meski saat ini Justin sendiri yang memang niat mengawasi Ray.

Nah yang kedua, akan kita ketahui setelah pertemuan ini.

***

Ray melamun. Sejak pertemuan pertamanya dengan Halley saat itu, dirinya mulai memasuki fase aneh yang tidak pernah ia rasakan selama dua puluh satu tahun hidup di dunia.

Niat awal ingin membunuh target yang telah ia kunci, sampai rela menyamar sebagai bocah SMA hanya untuk mengelabui sang mangsa, kenapa bisa kepincut oleh mangsanya itu?

Pertemuan pertama yang biasa saja bagi Ray, ternyata mempunyai pengaruh besar terhadap Halley. Laki-laki berusia delapan belas tahun itu adalah penyuka sesama jenis yang memiliki catatan buruk di sekolahnya. Dua kali dia kepergok sedang bercumbu dengan pacar laki-lakinya. Dua kali pula dia terlibat perkelahian yang menyeret sang pacar laki-lakinya.

PSYCHOPATH || BL18+⚠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang