51

1K 178 50
                                    

Juwita menarik napas, menghembuskannya pelan. Gadis cantik ini masih kikuk terlebih harus berhadapan lagi dengan orang yang sangat tidak ingin dia temui, siapa lagi kalau bukan Megan. Dia memegang minuman di tangannya, duduk berhadapan di depan teras minimarket dekat kampus.

"Kakak mau ngomong soal apa?" Tanya Juwita tanpa basa basi. Dia tidak ingin lagi hatinya goyah hanya karna duduk berduaan dengan Megan.

Megan melirik kemudian mengangguk. Pemuda ini juga tidak mengerti harus memulai pembicaraan darimana karna dia sendiri tidak tau alasan kenapa Juwita tiba tiba marah dan mengakhiri hubungan mereka.

Tapi dia teringat kembali obrolannya dengan Jesya dan Jakarta tempo hari.

"Kalau menurut gue si Juwita itu masih merasa kalau lo stuck di Jesya aja, makanya doi bilang kan dia nggak mau jadi pengganti siapapun."

"Seandainya gue ada di posisi Juwita, gue juga bakal memilih mundur sih karna tau sekuat apapun usaha gue, gue nggak akan pernah terlihat nyata di matanya."

"Dari awal niat aku emang nggak baik." Megan memulai bicara, fokusnya kini sepenuhnya kepada Juwita. "Aku nembak kamu bukan karna aku suka sama kamu, melainkan cuma sebagai bukti bahwa aku udah bener bener bisa lepas dari masa lalu aku dan nunjukin itu ke temen temen."

Juwita terdiam. Dugaannya selama ini memang benar kalau Megan tidak pernah menyukainya.

"Tapi setelah kenal kamu lebih lagi aku mulai tertarik sama semua hal tentang diri kamu. Dari cara kamu cerita, makanan kesukaan kamu, sampai hal hal kecil dan random yang kamu lakuin tanpa sadar aku memperhatikan dan suka." Megan kembali menghentikan omongannya dan menatap ke arah Juwita yang masih terdiam di depannya. "Awalnya kamu memang sosok pengganti tapi sekarang Juwita ya Juwita nggak menggantikan siapapun lagi di hati aku."

Juwita masih sama diam dengan tangan makin kuat mencengkram botol minumannya.

"Setidaknya biarin aku lurusin semua kesalahpahaman ini, biar aku juga nggak bohong ke diri aku sendiri kalau sebenarnya selama ini aku suka sama kamu. Aku seneng bisa kenal, deket dan pacaran sama kamu," ucap Megan. Lelaki ini sebenarnya tidak ingin mengucapkan kalimat perpisahan tetapi dia sudah berjanji kalau Juwita mau mendengarkan penjelasannya satu kali ini dia akan menghilang dari kehidupan Juwita, "kamu jaga diri baik baik ya Ju, terimakasih udah mau dengerin penjelasan aku ini."

Megan bersiap siap untuk berdiri tetapi tangannya di tahan oleh Juwita.

"S–soal ciuman di deket kelas aku itu, Kak Megan nggak mau bilang apa apa?" Tanya Juwita menahan lengan Megan.

Gadis cantik ini tidak ingin membuat asumsi jelek di kepalanya sendiri tentang apa yang dia lihat tempo hari.

Megan mengernyit, dahinya berkerut teringat lagi kejadian dia mencium kening Jesya di dekat area kelas Juwita. "Kamu lihat waktu itu?" Tanyq Megan kembali duduk.

Juwita mengangguk kecil.

"Jangan jangan gara gara Juwita lihat gue ciuman sama Jesya dia minta putus gitu?! SIALAN EMANG JESYA TUNGGU AJA LO YA!!" gerutu Megan dalam hati.

Sementara itu Dimas, Jaka, Jakarta dan juga Bima sedang menenangkan Mahesa yang kerasukan setan setelah mengetahui hubungan Rosi dengan Juned. Di depan klinik tempat Eca istirahat Mahesa masih saja merenggek sambil berguling ke kanan kiri, membuat beberapa orang yang melewati mereka memandang dengan tatapan aneh.

"HUWAAAAAA...GUE GAK RELA ANJING, GUE GAK RELA!!! JUNEDI SIALAN, BAJINGAN, KAMPUNGAN HUWAAAAA.."

Rasanya pengen Dimas sumpel mulut Mahesa pake batu biar cowok itu diem.

Jakarta sudah menyerah dan lebih memilih masuk ke ruangan tempat Eca istirahat. Dia berencana untuk menyeret Juju atau Bintang untuk memarahi Mahesa, supaya anak ini tidak membuat keributan lagi.

Hello, Jaka! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang