Ada yang masih menunggu cerita ini? Okei, happy reading buat kalian! Jangan lupa vote dan komen ya!!!! Enjoyyyy<3
"Harusnya kamu sadar diri, Fiony."
Suara berat dari Mahendra terdengar menyapa telinga Fiony yang baru saja masuk kedalam ruang kerja kakeknya. Barusan saja kakeknya ini menyuruhnya datang kesini. Ya walaupun dia sudah tahu, alasan mengapa sang kakek menyuruhnya datang kesini, tetapi dia tetap datang ke ruangan ini. Ya anggap saja dia adalah cucu yang patuh pada kakek.
"Kalau kamu mau ceritain semuanya dengan Zee, maka saya tidak akan segan-segan membunuh kamu."
Bukannya takut dan gemetar, Fiony malah tersenyum miring mendengar ucapan kakeknya yang terlihat seperti mengancam dirinya.
Ya. Barusan saja dia kepergok sang kakek saat dia masuk kedalam kamar adiknya, Zee. Memang kakeknya itu melarang dirinya untuk masuk dan dekat dengan keponakan-keponakannya. Bahkan adiknya sendiri saja dilarang kakeknya untuk dekat dengannya. Ntahlah. Ntah apa yang diinginkan sang kakek sehingga begitu membatasi kedekatan dirinya dengan yang lainnya.
"Bunuh aja. Aku gak takut."
Mahendra menyeringai mendengar balasan dari cucunya itu. Selain Chika, Fiony juga suka membantah ucapannya. Namun, jika dengan Chika dia mempunyai kesabaran yang luas, kalau sama Fiony justru tidak.
"Kamu--" Mahendra maju beberapa langkah, menatap tajam cucunya. Tidak takut. Fiony malah membalas tatapan tajam itu.
"Udah tua. Ingat dosa deh." Setelah berucap seperti ini, Fiony langsung pergi meninggalkan sang kakek yang terlihat geram kepadanya.
Berjalan beberapa langkah meninggalkan ruangan kerja kakeknya, Fiony tiba-tiba berjalan ke arah kanan, menuju tangga bawah tanah rumah. Dia mengeluarkan sebuah bungkusan roti dari kantung celananya seraya turun dari tangga, dan berjalan masuk kedalam ruang bawah tanah rumah kakeknya.
Klek
Fiony tersenyum tipis menatap sosok yang ada di depannya. Dia berjongkok, kemudian mengetuk jeruji besi di depannya.
"Halo Ci Shani, ini aku bawa roti. Makan ya?"
•••
"Kak Chika?"
Sedang asyik melihat kepergian Ara dari balkon kamarnya, tiba-tiba tubuh Chika menegang mendengar panggilan seseorang yang berdiri di belakangnya. Dia berbalik, kemudian mengernyit heran mengetahui kalau Christy lah sosok yang memanggilnya barusan.
"Ngapain disini?" Chika berbicara ketus kepada adik sepupunya. Tidak sopan sih sebenarnya, tetapi jangan heran. Namanya juga Chika. Maklum deh.
"Kakak dekat sama Ara?" Bukannya menjawab, Christy malah bertanya pada kakaknya.
"Iya."
Respon Kaget langsung tercipta pada Christy setelah mendengar jawaban dari kakaknya itu. Dia maju beberapa langkah dengan hebohnya. "Kak? Yang benar? Jangan ngaco deh!"
Acuh. Chika acuh mendengar ucapan adiknya. Lagian menurutnya Christy terlalu berlebihan dalam menanggapi jawaban singkatnya. Emang salah kalau dekat sama Ara? Enggak kan?
"Kak?" Christy kembali bersuara karena Chika tak berbicara. "Jangan bilang kalau Kakak lupa sama konsekuensi 12?!"
"Hah?"
"Hah?!"
Christy menutup mulut dengan kedua telapak tangannya. Kedua gadis itu terkejut. Namun disini, Christy lah yang terlihat reaksi kagetnya lebih besar. Kedua kelopak matanya melebar, dan bahkan dia sedikit menaikkan kedua bahunya ke atas.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAI CHIKA! | CHIKARA
Tajemnica / Thriller-Thriller dan Fantasi menjadi satu- Sebuah peristiwa membuat sosok gadis yang memakai kalung merpati itu mengalami trauma yang berat. banyak orang yang mengira kalau dirinya mengalami gangguan penyakit mental, padahal yang sebenarnya terjadi adalah..