menjauh kau dari Haruchiyo

1.7K 150 46
                                    

Sanzu terlihat meremas baju mucho karena cemas dia takut jika Haitani bersaudara itu mengejar mereka.

"Mucho cepat aku takut sumpah, aku takut hamil anak mereka." Teriakan kencang Sanzu membuat mucho menarik nafas dalam-dalam dan mengeratkan gendong untuk menaiki anak tangga yang sekian kalinya, bahkan dia tidak perduli dengan pasang mata yang melihat tingkah mereka yang terpenting bisa lari dari kejaran Haitani.

Mucho terus berlari dengan menggendong Sanzu ala bridal style, sampai akhirnya mereka berhenti di rooftop dan segera mengunci pintu masuknya.

"Aku rasa mereka tidak akan bisa masuk."

Belum juga Sanzu berterimakasih, mucho mendorong tubuh Sanzu sampai berbenturan dengan dinding dekat pintu, dan tanpa aba aba dia mulai melumat serta menggigit bibir Sanzu sampai berdarah, ciuman yang diberikan mucho sangat kasar dan sulit di imbangi bagi Sanzu yang masih bisa dibilang pemuka dalam berciuman.

"Tak akan aku biarkan kau menjadi miliknya Haitani." Mucho berucap sambil mengikat tangan Sanzu dengan dasinya.

Mucho terus melumat bibir ranum Sanzu dia tidak membiarkan setiap inci dari bibir itu tertinggal, bahkan terlihat dia berusaha memperdalam ciumannya, sementara Sanzu terus menggelengkan kepalanya karena geram mucho langsung memukul kepala Sanzu sampai pemuda itu menangis.

"Sanzu sayang jangan nangis dong, aku gak bermaksud membuat kau sedih." Mucho terlihat mengusap wajah Sanzu, dirasa pemuda yang berada dibawahnya tenang dia mulai menyibak kemeja Sanzu terlihat nipple pink milik Sanzu dengan jelas.

Dengan tidak malunya dia mulai mengecup dan menyesap nipple itu seakan-akan keluar susu, tak hanya itu tangan kanannya digunakan untuk mempilin nippel satunya membuat Sanzu merasa lemas karena sentuhan mucho.

"Ternyata mereka telah membuat tanda sebanyak ini, baiklah akan aku bersihkan." Setelah puas dengan nipple Sanzu, kini dia beralih ke tubuh polos pemuda itu dia benar-benar berniat menghapus tanda yang dibuat Haitani bersaudara, bahkan dia tidak peduli saat Sanzu menangis karena mucho terus memberikan bitemark ke tubuh itu. Dirasa sudah cukup dia mulai meregangkan paha pemuda itu, dan mulai menjilati selangkangan serta mengecup dan menggigitnya memberi tanda kepemilikan bahwa dialah pawang Sanzu.

"Kalo gak salah, lubang ini sudah di regangkan oleh salah satu Haitani." Mucho terus menekan-nekan lubang anal Sanzu membuat pemuda dibawah menggeliat dengan seksi.

"Kau menggodaku." Dengan tidak sopannya wajah mucho mulai mendekat dilubang itu, Sanzu benar-benar takut saat dia merasa lidah mucho menjilati lubang analnya, bahkan lidah itu terasa menyusup lebih dalam lagi.

"Aaahhh."

Sebisa mungkin dia tidak mendesah tapi siapa sangka suara laknat itu tetap keluar dari mulutnya, meskipun bibir bawah Sanzu Samapi berdarah karena terus di gigit. Sementara mucho yang melihat keadaan Sanzu merasa puas, pemuda yang ada dibawah terlihat sudah pasrah, dengan tatapan sayu dan air liur yang keluar dari mulutnya serta tubuh penuh keringat, sungguh pemandangan inilah yang di impikan oleh mucho.

"Aku akan memasukanya."

"Hiks... Aku mohon jangan hiks."

"Tenang ini tidak sakit."

Mucho mulai merenggangkan paha Sanzu lebih lebar lagi, dirasa sudah cukup dia mulai membuka resleting celana dan menunjukkan penis yang kurangnya bisa dibilang agak besar, dengan menghela nafas panjang dia memosisikan penisnya di lubang Sanzu.

"Hiks... Mucho tolong jangan lakukan."

Seperti menululikan diri, mucho tidak perduli dengan omongan Sanzu yang terpenting baginya pemuda yang ada dibawahnya saat ini bisa menjadi miliknya seutuhnya, dirasa sudah siap dia menarik nafas panjang dan mulai menghentakkannya, sedangkan Sanzu tau maksud dari mimik wajah mucho segera menutup matanya karena reflek.

BRAK.....

"Bangsat, berani sekali kau." Suar berat terdengar ditelinga Sanzu, suara yang cukup familiar baginya, namun bisa saja itu hanya imajinasinya.

Merasa tidak mendapat sentuhan lagi, Sanzu memberanikan diri untuk membuka matanya dan betapa terkejutnya dia saat melihat mucho sudah jatuh tersungkur, dengan wajah penuh darah bahkan dia bisa tau salah satu gigi pemuda itu copot.

"Sebenarnya apa yang telah terjadi." Dalam satu hari ini Sanzu terus mendapat kesialan, mungkin seharusannya dia bolos saja dari pada berangkat berboncengan dengan Mikey kalo ujung-ujungnya kayak begini.

"Sanzu kau gak papa." Ucap pemuda berkulit tan yang kini memeluk Sanzu dengan erat, Sanzu yang merasa nyaman dengan pelukan Izana langsung membalas pelukan itu, terdengar pria bersurai broken heart itu menangis sesenggukan di dekapan Izana.

"Kak bawa Haru menjauh dari sini, sisanya biar aku saja." Ucap Mikey dengan tatapan penuh amarah bahkan terlihat legam hitam dimatanya.

Izana tak perlu menjawab pertanyaan Mikey, dia kini sedang menata pakaian Sanzu yang terlihat kotor serta usang, membersihkan tubuh pemuda itu dengan tisu basah dan menguncir surainya, dirasa sudah selesai Izana mulai memapah Sanzu keluar.

"Kau tak perlu takut kami akan merahasiakannya." Sanzu hanya tersenyum sampai akhirnya.

"Mikey aku yang akan membunuhnya dengan tanganku sendiri." Tanpa pikir panjang Sanzu langsung mengeluarkan bogeman keras ke wajah mucho berkali kali, sambil terus berucap mengeluarkan semua kata-kata mutiara.

Sedangkan Izana melihat tingkah Sanzu hanya menatap pemuda itu sambil terkekeh pelan, sementara Mikey terlihat memegangi perutnya karena terus tertawa bahkan air mata sampai keluar akibat terus tertawa.

Setelah merasa puas Sanzu segera pergi ke arah Mikey, pemuda itu langsung menempel di punggung Mikey membuat pria penyuka dorayaki terpaksa menggendongnya.

"Kau tau Haru Chan, bukannya kau ingin menjadi top ku." Sanzu yang mendengar perkataan Mikey langsung pindah posisi, dia segera menggendong Mikey dibelakang, walau dalam hati dia ingin mengendong ala bridal style.

"Sanzu kalo ada masalah bilang saja ke aku, gak usah di pendam." Ucap Izana sambil mengusap surai pemuda itu, sementara sang empu hanya tersenyum.

***

Sementara di tempat Haitani terlihat panas, mereka tidak sengaja mendengar kabar kalau mangsa mereka akan kebobolan hari ini.

"Rin, jika kau benar-benar tertarik dengannya nanti malam ayo kita berpesta." Terlihat Ran sedang membawa satu botol obat perangsang.

"Tentu kak, aku tidak akan membiarkannya lolos begitu saja." Jawab Rindou dengan senyum nakal.

"Sanzu sayang mari kita berpesta."




















Maaf pendek kalo dilanjut nanti malah panjang.

Common and like aku tunggu.

See y.....

Untuk adegan trheesomnya semoga aku bisa buat yang plus-plus doakan bisa satu Chatrier penuh

can you love me sanzu (Ran x Sanzu x Rindou) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang