Hola, Happy reading and enjoy!
Chapter 10
Teasing the Princess
Jessie beberapa kali menguap hingga mengeluarkan air mata. Ia duduk dengan memangku MacBook di samping Beck yang mengemudikan mobil dan tidak memberikan komentar apa pun sepanjang perjalanan.
"Berapa lama lagi kita tiba di perkebunan?" Jessie akhirnya membuka percakapan setelah mungkin dua puluh menit ia memendam pertanyaan di dalam benaknya.
"Mungkin setengah jam lagi."
Jessie mendesah karena lelah. Ia baru tidur jam tiga pagi dan bangun pukul tujuh kemudian mengemas beberapa barang yang diperlukan lalu bergegas pergi meninggalkan apartemennya tanpa sarapan terlebih dahulu. Seperti seorang buronan dan mungkin sekarang juga penampilannya menyerupai gelandangan. Jessie benci itu.
Ditambah penderitaannya tidak sampai di situ karena di perjalanan, ponselnya berbunyi mengisyaratkan surat elektronik berisi pekerjaan yang dikirim kakaknya. Meskipun kepalanya berdenyut-denyut, mau tidak mau Jesssie membuka MacBook-nya dan bekerja dari pada mendapatkan omelan dari kakaknya jika dirinya terlambat mengerjakan tugasnya.
"Apa ada restoran siap saji di depan?" tanya Jessie. Ia tidak bisa berkonsentrasi pada pekerjaan dengan perut kosong.
Beck tidak menjawab, tetapi beberapa puluh meter kemudian pria itu menepikan mobil dan berbelok ke area pengisian bahan bakar lalu memarkirkan mobilnya. Pria itu keluar dari mobil dan sekitar sepuluh menit kemudian kembali dengan membawa dua gelas kopi panas dan beberapa botol air mineral juga kantong kertas yang berisi makanan.
"Jadi, kau terbiasa sarapan tepat waktu?" tanya Beck seraya menyeruput kopinya dari sedotan kemudian menarik sabuk pengaman.
Di Barcelona, orang-orang terbiasa dengan pola makan yang bisa dibilang tidak disiplin, kebanyakan orang-orang di sana baru sarapan pukul sepuluh pagi. Dan itu jelas tidak berlaku bagi Jessie yang dibesarkan di lingkungan kerajaan.
"Kami hidup dengan tatanan disiplin yang tinggi," ujar Jesssie.
"Membosankan," ucap Beck seraya meletakkan gelas kopinya di samping jok mobil kemudian menggigit hotdog-nya dan memindahkan persneling mobil dengan hotdog masih berada di mulutnya.
Jessie mengedikkan bahunya. "Makan tepat waktu baik untuk kesehatan."
"Bagaimana dengan makanan siap saji setiap hari?" tanya Beck yang jelas-jelas sedang mengejek Jessie.
"Aku melakukannya karena terpaksa." Jessie memutar bola matanya dengan malas. "Asal kau tahu, aku tidak mendapatkan pelajaran memasak dalam hidupku. Jadi, wajar saja aku tidak tahu caranya membuat salad, membuat mashed potatoes, atau mengolah daging steak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Princess (SERI KE 3 I WIN YOU)
RomanceWarning ⚠️⚠️⚠️ Adult romance (21+) Bijaklah sebelum membacanya, sesuaikan usia kalian! (Squel I Win You) "Tuan Putri," geram Beck seraya memisahkan kedua paha Jessie. Jessie terengah. "Jangan panggil aku seperti itu lagi." Beck justru melumat bib...