Chapter 7

276 47 3
                                    

"Aku bosan sekali ... Kapan kita akan pulang?"

(Y/n) lagi-lagi mengeluh. Ia merebahkan kepalanya di atas meja dengan bosan. Setelah makan siang di kafe yang berada di depan perpustakaan itu, Tsukishima malah mengajaknya kembali ke barisan rak buruk. Bukannya mengajak ia senang-senang.

"Tsukishima ... Aku sudah cape di sini!"

"Tunggu semua ini selesai,"

"Kau mengatakan hal yang sama dua jam yang lalu! Tapi belum selesai juga sampai sekarang, ih!"

"Urusai! Pulang saja sendiri kalau memang ingin sekali pulang!"

(Y/n) mengerucutkan bibir.

"Memangnya tugas apa sih itu? Kita dari jam 9 pagi loh di sini. Sekarang sudah mau jam 4 sore bahkan," ucap (y/n). Tangannya sibuk mengotak-atik earphone putih milik Tsukishima.

Pemuda itu berdecak menyadari jika gadis itu sungguh berisik.

"Jika kau berbicara lagi aku akan melakukan sesuatu pada mu."

(Y/n) segera mengatupkan bibir.

Tsukishima menatap dalam mata gadis berwarna (e/c). (Y/n) sampai menelan ludahnya dengan susah payah. Ia mengangguk tanpa suara.

Akhirnya (y/n) memilih untuk mendengarkan musik saja dengan earphone milik Tsukishima yang telah ia sambungkan di ponselnya. Karena terbiasa tidur siang, (y/n) semakin mengantuk kala mendengar musik santai. Sampai pada akhirnya gadis itu tertidur pulas dalam posisi duduk dengan kepala yang berada di atas meja.

"Sudah selesai. Ayo pu— lang." Tsukishima mengerjabkan mata kala mendapati gadis itu sudah tertidur pulas.

"Oi Shinohara! Bangun! Atau mau ku tinggal saja di sini."

Gadis itu hanya melenguh dan bergumam tak jelas. Tsukishima berdecak, ia segera membereskan barang-barang miliknya, lalu beralih ke (y/n).

"Oii bangun!" Tsukishima menepuk pipi milik (y/n). Namun tidak ada reaksi. Sudah hampir pukul enam sore, dan sebentar lagi jam makan malam. Orang tua (y/n) pasti sudah mencari anak kesayangannya itu.

Tsukishima menurunkan earphone yang terpasang di telinga gadis itu ke leher. Dengan wajah yang benar-benar terpaksa ia menggendong tubuh (y/n) yang ternyata sangat ringan, tidak seperti perkiraannya dengan gaya bridal style.

Tentu aksi Tsukishima itu menuai tanya dari orang-orang yang melihatnya selama perjalanan pulang.

Namun seolah tuli, Tsukishima bersikap acuh dan mengabaikan semua itu demi tuan putri tidak tau diri, dan tidurnya seperti kerbau. Alias sulit sekali dibangunin.

Ia jadi bertanya-tanya apakah yang berada di gendongannya kini benar-benar seorang gadis. Prilakunya sama sekali tidak mencerminkan perasaan malu seorang gadis soalnya.

Dengan berbekal ocehan tidak jelas (y/n). Tsukishima tidak perlu khawatir akan tersasar, karena gadis itu sudah menjelaskan secara terperinci letak alamat rumahnya yang berada satu gedung dengan Yachi.

Tak perlu waktu yang lama. Tsukishima tiba di depan gedung apartemen. Seorang wanita yang mungkin lebih muda dari ibunya nampak tergopoh dengan raut khawatir mendekati pemuda itu.

"(Y/n)! Akhirnya kau pulang. Dari mana saja kau? Tidak lihat ini sudah jam berapa?" omel wanita itu. Yang bisa Tsukishima tebak itu siapa. Ibunya (y/n). Muka mereka mirip.

Bukannya bangun karena omelan sang ibu. (Y/n) malah semakin mengeratkan tubuhnya pada Tsukishima untuk mencari posisi ternyaman.

"(Y/n), bangun!" Ibunya speechless.

𝐏𝐫𝐢𝐜𝐞𝐥𝐞𝐬𝐬 // [ᴛꜱᴜᴋɪꜱʜɪᴍᴀ ᴋᴇɪ x ʀᴇᴀᴅᴇʀ] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang