52. Orang Baru

50 12 2
                                    

*maaf untuk semua typo yang bertebaran

Semuanya sibuk dengan buku mereka. Dea menyumpal teliganya dengan aerphone di telinganya, ia membolak balik bukunya, wajahnya masih tampak fokus memperhatikan lembaran penuh angka dihadapannya.

Sesuai dengan perjanjian sebelumnya mereka akan belajar bersama dirumah masing-masing secara bergilir. Mengingat mereka sudah disemester akhir, jadwal sekolah sudah sangat dikurangkan, jadi mereka punya waku lebih banyak untuk belajar bersama.

Saat ini mereka sedang berada dirumah Dea, tepatnya diruang keluarga.

"aduh!"

Setelah waktu yang cukup lama mereka diam, akhirnya terdengar sebuah suara.

Daffa.

"sakit ntop!", ucap Daffa sambil mengelus kepalanya.

"belajar! Lo gak mau nyusul bokap nyokap lo?", ucap Althaf menegur Daffa yang malah tidur.

Daffa menggaruk kepalanya kesal, "iya, belajar!", jawabnya mulai memperhatikan buku bahasanya lagi.

Kia, Naysa, Daffa, dan Rafqi, mereka sedang fokus belajar bahasa Arab, karna memang itu yang mereka butuhkan saat ini.

Tentang Naysa Dan Rafqi, tanggal pernikahan sudah ditetapkan, dan mereka akan melanjutkan sekolah ke Madinah bersama setelah menikah nanti. Bukan tanpa sebab, mereka akan meneruskan pesantren yang dipegang oleh kedua keluarga, tentunya perlu ilmu yang mendalam sebelum memimpin sebuah pesantren.

"kalian gak bosen apa belajar serius tiap hari?", ucap Daffa kembali memecah keheningan.

"lo bosen karna udah bisa kali Daf, gue belum banyak bisa", ucap Kia serius. Kemampuan bahasa Arab Daffa memang sangat baik, mungkin karna ia seding berkomunikasi dengan orang tuanya menggunakan bahasa tersebut.

"jangan terlalu dipaksa, kalian bisa belajar pelan-pelan", semuanya menoleh kearah suara.

Dina hadir sambil membawa camilan untuk mereka, "nih, makan dulu. Nanti lanjut lagi"

"makasih tante", ucap Althaf, yang lain juga ikut mengucap terimakasih.

Dina duduk di sofa yang ada disana, sedangkan anak-anak duduk lesehan melingkari sebuah meja yang disediakan khusus untuk mereka.

"emang Daffa mau lanjut kuliah kemana?", tanya Dina ketika anak-anak itu mulai mengambil cookies yang ia bawa.

"mau nyusul mama papa tante", jawabnya sambil menyengir.

Dina mengangguk sambil tersenyum.

"jangan terlalu dipaksa ya, nanti kalian yang ada sakit, fokusnya juga makin kurang karna kecapean", peringat Dina.

"gak capek kok tan, kalau malam kami gak belajar, biar ada waktu untuk main juga", jawab Kia.

"oh iya Kia, Iki gimana? Tante udah lama gak denger kabar Iki", tanya Dina, ia mengenal semua teman-teman Dea, hingga keluarganya.

"bang Iki masih kuliah di singapur tante, dia tinggal sama mama papa", jawab Kia sambil memakan cookies nya.

"sering-sering nginap disini ya, biar ada temennya", ucap Dina yang merasa kasian karena Kia sendiri dirumahnya.

Kia hanya mengangguk sambil tersenyum.

Tiba-tiba ponsel Naysa bergetar, ia melihat siapa yang menelpon.

'Umi'

Buru-buru Naysa langsung mengangkat panggilan itu, setelah beberapa saat menjauh, Naysa akhinya kembali. Dia kembali dengan raut wajah yang tampak bingung. Dina yang sadar dengan itu langsung bertanya.

PARADOXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang