"Soobin dulu, selalu bertengkar dengan kakak perempuannya." Yeonjun hanya tertawa menanggapi bibi Choi, sambil memandang figura Soobin kecil yang memiliki pipi tembam.
"Lalu, sekarang dimana kakak perempuan Soobin?"
"Dia sudah menikah." Sahut paman Choi kali ini, dan dibalas anggukan kepala Yeonjun.
Keluarga Soobin begitu hangat. Bahkan ayah Soobin bisa langsung akrab dan berbincang banyak hal dengan Yeonjun. Ia berfikir, pasti Soobin sangat bahagia memiliki orang tua yang sangat peduli dan sayang dengan anaknya.
"Apa kuliahmu lancar, Yeonjun?"
"Sejauh ini lancar, Paman. Hanya tugas praktek yang sedikit memberatkan." Paman Choi hanya menganggukkan kepala paham. "Dulu paman juga ingin kuliah seni, belajar banyak hal tentang seni. Terlihat menyenangkan sekali."
"Lalu? Kenapa paman tidak mengambilnya?"
"Kakek Soobin ingin aku mengambil jurusan yang sesuai keinginannya."
Deg
"Cukup dramatis memang. Itu sebabnya paman selalu membiarkan Soora dan Soobin menentukan jalan hidupnya sendiri." Mendengar itu Yeonjun tersenyum tipis dan mengangguk. "Soora nuna dan Soobin pasti sangat bahagia mempunyai orang tua seperti paman dan bibi—"
"Aku.. berharap memiliki satu yang seperti itu." Yeonjun tertawa mencoba mencairkan suasana, mereka tertawa bersama. Tapi tidak dengan Soobin yang baru saja keluar dari kamar mandi dan tidak sengaja mendengar bincang-bincang mereka.
"Hey, Yeonjun.. kau bisa menganggap kami orang tuamu juga." Bibi Choi menepuk pundak Yeonjun lembut. Kalimat sederhana itu sejujurnya membuat pelupuk matanya memanas.
"Apapun yang kau hasilkan sekarang. Itu sangat membanggakan. Kau harus ingat kata-kata ku ini." Dan perkataan ayah Soobin menambah pertahanannya hampir runtuh.
"Ah, sepertinya aku ingin menangis, hahaha." Yeonjun sudah mendongakkan kepalanya sedikit, menahan air matanya agar tidak turun. Sampai akhirnya Soobin muncul, memposisikan dirinya disamping Yeonjun.
"Ayah dan ibu jangan membuat Yeonjun menangis! Matanya bisa seperti ikan kalau sembab." Ucap Soobin tiba-tiba dan akhirnya dihadiahi pukulan dari Yeonjun. Setidaknya kemunculan Soobin membuatnya tidak jadi menangis didepan orang tua Soobin.
"Orang tuaku, bahkan tidak pernah memberikan hal yang orang tuamu berikan padaku." Ucap Yeonjun lirih sambil memandangi danau didepannya. Mereka berdua sedang berada di Ansan Reed Weatland. Jalan yang terdapat danau disisi kanannya. Cukup sunyi, dengan angin yang sayup-sayup membuat siapapun akan merasa tenang.
"Itu alasannya, aku mengajakmu kesini." Soobin memfokuskan atensinya kepada Yeonjun. Dan langsung dibalas dengan mata kucing Yeonjun.
"Aku tau."
"Kau menyukainya?" Yeonjun hanya menganggukkan kepala, lalu bersandar kesisi bahu Soobin. Sangat pas untuk Yeonjun, dan sangat nyaman.
"Terimakasih.."
"Tentu, kapanpun kau butuh aku. Aku akan selalu berusaha yang terbaik untukmu, Yeonjun."
*
*
*Sejujurnya Yeonjun masih ingin di Ansan. Tapi karna justru Soobin yang malah merengek ingin pulang. Membuat Yeonjun mau tidak mau harus berpisah dengan orang tua Soobin yang sudah menganggap Yeonjun seperti anak mereka sendiri.
"Kita akan bertemu ayah dan ibuku dilain waktu lagi, Yeonjun. Jangan bersedih begitu."
Yeonjun hanya mendengus mendengar perkataan Soobin. Tidakkah kalian melihat ada kebalikan kondisi sekarang? Sebenarnya yang anak kandung dia atau Soobin sih?
KAMU SEDANG MEMBACA
FWB [Soojun]
Romance"Friends With Benefit, bagaimana?" - Yeonjun "Oke, cukup skinship tanpa perasaan apapun. Deal?" - Soobin "Deal." Mereka berjabat tangan menyepakati kesepakatan yang mereka buat. Tiada cinta dan perasaan. Hanya ada nafsu dan sentuhan tubuh yang salin...