4. Panah Asmara

29 7 2
                                    

Jempolmu nganggur? Manfaatin buat pencet vote.

.

Hari pertama Laura sekolah kembali di masa lalu, walau Laura sendiri masih bingung dengan situasi yang tiba-tiba seperti ini. Laura menggelung rambutnya hingga menampilkan leher putih yang terbentuk indah.

Bahkan Laura sendiri baru sadar, bentuk tubuhnya bahkan kembali ke usia delapan belas tahun, dari ujung rambut sampai ujung kuku. Apa semua itu kebetulan?

Laura mengambil handphone lalu keluar dari kamar ketika sebuah teriakan meneriaki namanya. Laura hanya bersikap acuh ketika sang papa mewejanginya agar tidak berbuat macam-macam dan membuat malu keluarga.

"Kamu denger papa bicara, Laura?!"

"Hm."

"Papa dapat kabar, hari ini kamu ada ulangan Matematika, dan kamu harus ingat apa kata papa, HARUS NILAI SEMPURNA!" ujar Andra penuh tekanan.

PRAK

Sendok dan garpu saling berjatuhan. Laura benar-benar tak nafsu makan jika harus seperti ini terus. Tanpa mengucap sebuah kata apapun, Laura pergi begitu saja.

"Tuh anak kamu. Makin lama makin membangkang!" cetus Andra membuat Salina memanas. "Saya sudah bilang dari dulu, lebih baik kamu tinggal di Rumah bukan maen kantor-kantoran. Kamu liat sendiri, 'kan anak kamu itu? Makin hari makin gak jelas!" seloroh Andra.

Salina hanya diam menahan amarahnya, ia hanya tak ingin di pagi hari seperti ini malah kembali ribut perihal masa lalu rumah tangganya.

Tanpa mereka ketahui, Laura mendengar lagi pertengkaran mereka. Lagi-lagi dirinya yang menjadi kambing hitam mereka. Laura menyusut air mata sialan ini, lalu pergi meninggalkan rumah.

..

Jangan ditanya bagaimana perasaan Laura sekarang, gugup bercampur takut. Ia sangat tahu, jika dulu ia selalu berani melawan mereka yang meremehkannya. Tetapi sekarang, entah kemana nyali itu pergi di saat ia kembali ke masa lalu. Laura mengangkat dagunya berusaha acuh saat para siswa-siswi melihatnya.

Namun, dagunya kembali turun tak kala mengingat tujuannya kembali ke masa lalu.

Memperbaiki yang telah rusak.

Satu-persatu Laura harus meminta maaf pada orang yang telah ia bully sebelumnya. Ia hanya tak ingin membuat beban di pundaknya semakin berat. Laura menatap beberapa foto yang Laura ambil dari kamarnya, di sana juga tertera kelas yang mungkin saja dulu ia tulis di sana.

Rina, X IPA B

Kelas satu adalah siswi yang seringkali Laura jadikan mangsa. Atas dasar ketidaksukaannya Laura pada pakaian mereka, sikap, dan mereka yang mendekati pemilik hati Laura.

Cih, pemilik hati katanya.

Semuanya hening saat Laura melintas setiap lorong yang Laura lewati menuju kelasnya yang berada di atas. Hidup di masa lalu ternyata ada untungnya, terlebih ini sangat baik untuk memperbaiki kesalahan yang pernah ia perbuat. Langkah Laura terhenti tak kala melihat dari kejauhan seseorang yang ia cari-cari sebelumnya.

Alin. Adik kelas yang menjadi mangsa di masa lalu. Laura tersenyum tipis lalu melanjutkan langkahnya menemui Alin. Namun, senyuman itu sirna saat Alin dijaga oleh teman-temannya.

"Ngapain kakak ke sini? Mau bully Alin lagi? Gak puas kakak udah bikin Alin bisu?!" sentak Senna, adik kelas Laura.

Laura maju semakin dekat pada mereka. Sedangkan mereka semakin mundur. Ia sangat tahu, kesalahan yang ia perbuat pada Alin sangatlah fatal karena ulahnya, pita suara Alin menghilang untuk selamanya.

MEET YOU AGAIN? (FANTASI-ROMANCE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang