15. Arsen rindu 'Ayah'

348 32 0
                                    

Sejak kembali dari Jepang, sepasang suami istri itu terlihat jauh lebih 'hidup' dan lebih 'intim' setidaknya itu yang Reindra rasakan saat ini.

Meski ia tetap tak bisa menyembunyikan fakta bahwa dirinya masih terus memikirkan Arsen dan ibunya. Namun kini Reindra tak menampik bahwa tanpa sadar sering kali Thania bisa membuat Reindra lupa sejenak dengan fakat bahwa mencintai ibu dari Arsen saat ini, begitupun dengan jagoan ciliknya.

Reindra baru saja tiba di rumah sakit ketika mendapati kabar bahwa Arsen keadaan Arsen memburuk. Pria itu segera berlari dan memastikan bahwa Jagoan kecilnya dan Marry baik-baik saja.

Reindra mendapati Marry tengah mengepalkan tangannya sembari menunduk, membuat pria itu segera membawa Marry dalam pelukannya.

Tangis Marry segera pecah, membuat Reindra merasa begitu hancur. Bagaimana bisa ia tak mengetahui keadaan putranya itu ketika ia sendiri bekerja di departemen yang menangani kasus putranya. Dirinya semakin bersalah tak kalah melihat betapa rapuhnya Marry saat ini.

Setelah cukup lama dokter senior yakni dokter Frans muncul dan mengatakan bahwa Arsen harus berada di ICU untuk sementara. Beliau juga menjelaskan bahwa keadaan Arsen yang tiba-tiba memburuk ini seharusnya bukan tanpa sebab, dokter Frans juga mengatakan bahwa kemungkinan mengalami hal yang membuatnya mengalami tekanan mental tanpa sadar.

"Marry? Bisa kita bicara?" Tanya Reindra setelah ia selesai melakukan pengecekan rutin ke bangsal pasien.

Marry mengikuti Reindra dan mereka berbicara.

"Apa yang terjadi dengan Arsen? Mengapa kau tidak memberitahuku tentang keadaannya?"

Marry menundukkan kepala, dan Reindra bisa melihat bahu wanita itu bergetar. Ia menangis, wanita yang yg dicintainya menangis. Reindra tidak pernah melihat Marry serapuh ini. Namun dalam sehari Reindra menyaksikan bagaimana ibu dari Arsen ini begitu rapuh dalam dua waktu.

"Rein.. Kurasa, Arsen.. Dia.. "

"Ada apa Mar? Katakan padaku" Marry kini menatap Reindra dengan wajah yang jelas tidak baik-baik saja.

"Kamu mungkin akan terluka jika mendengarnya.." Pungkas Marry.

“Apa maksudmu?" Tanya Reindra lagi.

"Aku tau kamu sudah berusaha menjadi sosok ayah bagi Arsen bahkan sejak ia masih dalam kandunganku. Aku tahu betapa kamu mencintainya.. Tapi Rein.. Meski Arsen memanggilmu Daddy, meski kamu berperan sebagai ayahnya selama ini.. Arsen.. Saat dia.."

"Saat dia bertemu pria itu, hanya satu pertemuan yang tidak diduga.. Namun Arsen.. Dia mencarinya lagi dan lagi setelah pertemuan itu.. Kurasa Arsen, dia merindukan.. 'Ayahnya'"

“kau bertemu dengannya Mar? Dan kau tidak memberitahuku?" Tanya Reindra.

“itu sebuah kebetulan, dan Arsen mengenalinya karena foto-foto yang ada diponsel lamaku yang suka ia mainkan. Arsen dan pria itu.. Aku bisa merasakan ikatan yang aneh diantara mereka bahkan ketika pertemuan tidak diduga itu terjadi."

"Mar! Pria itu meninggalkanmu dan Arsen!" Ujar Reindra dengan suara tinggi

"Aku tahu, aku tahu Rein.."

"Kalau kamu tahu kenapa kamu tidak segera pergi saja saat itu? Kenapa membiarkan Arsen mengenalnya?"

"Karena.. Bagaimanapun dia ayah Arsen Rein.."

"Ayah yang sudah meninggalkan anaknya?! Apa menurutmu pria itu layak disebut sebagai seorang ayah Mar?!"

Marry menunduk, ia tahu bahwa reaksi Reindra pasti akan seperti ini. Marry sendiri tidak bisa berkata apapun karena sebenarnya apa yang Reindra katakan benar adanya, hanya saja pria itu tidak akan mengerti bagaimana perasaan seorang ibu. Ada sebuah ikatan yang tak akan bisa dijelaskan bahkan oleh manusia paling hebat dimuka bumi, yaitu ikatan antara orang tua dan anaknya.

"Lalu kenapa kau baru memberi tahu ku sekarang? Jika Arsen lebih sering bertemu denganku, mungkin dia tidak akan mencari atau merindukan ayahnya itu. Kau tahu itu?"

Kali ini perkataan Reindra membuat Marry menatap pria itu lagi.

"Karena aku tidak ingin kamu bertindak bodoh lagi Rein.. Menemui kami sama dengan kamu menyakiti hati wanita yang saat ini menjadi istrimu. Wanita yang sangat mencintaimu, aku yakin kau tahu itu Reindra." Pungkas Marry yang segera meninggalkan Reindra yang terdiam sendiri.

Reindra termenung, ia tahu bahwa dirinya sekarang terlihat seperti seorang bajingan. Apa yang dikatakan Marry memang benar, tapi meskipun begitu Reindra tidak ingin kehilangan Marry dan Arsen. Namun kali ini.. Hatinyapun merasa takut kehilangan Thania. Wanita yang saat ini pasti tengah menunggunya dirumah.

.
.
.

Bisakah Reindra menemukan jalan keluar atas segala masalah yang tengah dihadapinya saat ini? Apakah Reindra akan memenangkan keduanya? Atau justru sebaliknya?

Her Shining HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang