Chapter 8

292 48 4
                                    

Beberapa kali (y/n) terlihat mencuri-curi pandang ke arah Tsukishima yang fokus menatap ke arah depan. Pemuda itu nampak asik dengan earphone sehingga tidak begitu peduli dengan sosok yang sedang duduk di sampingnya.

Tampak guratan kemerahan di kedua pipi (y/n). Duduknya pun terlihat gelisah dan berjarak sekali dengan Tsukishima. Tidak seperti biasanya. Entah mengapa, karena sesuatu (y/n) merasa sangat canggung dan malu.

Tsukishima sendiri tidak menunjukkan ekspresi apa pun selain ekspresi datarnya.

"Tsukishima-san. Ano nee ... Etoo .... " (Y/n) memainkan jari-jarinya dengan gugup. Sedangkan Tsukishima hanya melirik (y/n) dari ekor mata.

Ia kembali mendongak menatap Tsukishima. Tiba-tiba jantungnya berpacu dengan cepat saat pemuda itu membalas tatapannya.

"Sebenarnya, teman-teman sekelas ku mengajak berkumpul dan menikmati akhir pekan bersama-sama. Jika kau tidak sibuk, aku ingin pergi dengan mu, akhir pekan ini .... "

"Berkumpul?"

"Dengan anak-anak dari sekolah lain juga."

(Y/n) menatap penuh harap. Namun sepertinya Tsukishima tidak berminat dengan hal seperti itu.

"Kau yakin itu bukan kencan ganda? Anak-anak dari sekolah lain? Pasti banyak anak laki-laki yang datang."

"T-Tapi, Yara-chan bilang ini hanya berkumpul seperti biasa."

(Y/n) menatap ke arah lain.

"Aku ingin sekali ikut. Soalnya ini pertama kalinya bagi ku. Tapi, Akino dan yang lain juga akan ikut. Aku khawatir mereka akan mengganggu lagi. Walaupun sekarang sudah tidak pernah lagi. Tapi entah kenapa rasanya masih belum bisa akur saja," keluh (y/n). Ia kembali menatap ke arah Tsukishima.

"Ikut ya, Tsukishima-san. Onegaii!!"

"Maaf-maaf saja ya, tapi aku tidak berminat dengan hal seperti itu." Tsukishima beranjak dari posisi duduknya. "Dan sebaiknya kau tidak perlu pergi. Dari pada memaksa pergi dan ujung-ujungnya malah di ganggu sama teman sekelas mu itu."

(Y/n) ikut berdiri. Ia menahan Tsukishima sebelum pemuda itu berbalik.

"Bukankah salah-satu tugas seorang laki-laki adalah menjaga kekasihnya?"

"Itu benar. Tapi kau bukan kekasih ku, atau pacar ku. Hubungan ini palsu. Ku harap kau tak lupa, gadis cerewet."

Tsukishima melepaskan pegangan tangan (y/n) pada seragamnya.

Raut terkejut di wajah gadis itu membuat Tsukishima tersenyum sinis. (Y/n) terdiam.

"Jangan-jangan kau sudah lupa dan menganggap jika hubungan ini dengan serius?"

"T-tapi kau menggendong ku sampai rumah saat aku ketiduran di perpustakaan," lirih (y/n). Menatap Tsukishima yang kini terlihat memasang wajah jenaka.

"Kau ini ... Masa begitu saja sudah merasa sangat spesial. Aku bahkan bisa mengajak gadis yang lebih cantik dari mu dan menggendong mereka sampai rumah, sama seperti yang ku lakukan pada ku. Tapi hal yang seperti itu sangat merepotkan, aku mengajak mu hanya karena kasihan. Harusnya kau paham dengan posisi mu, Chibi-chan. Kalau kau begitu terus maka semua ini tidak ada gunanya. Kau hanya akan menjadi tempat pelampiasan laki-laki lain—"

Plakk!!

Entah sejak kapan tangan pendek itu sampai ke wajahnya. Tapi yang jelas, pipinya terasa panas dan terdapat bekas di sana. Satu tamparan keras mendarat tepat di pipi Tsukishima. Pemuda itu langsung terdiam.

"Hidoi! Tsukishima, baka! Mati saja kau sana, jelek! Aku benci pada mu!"

"Berani-beraninya kau menampar ku?! Dan apa-apaan ucapan mu it—"

𝐏𝐫𝐢𝐜𝐞𝐥𝐞𝐬𝐬 // [ᴛꜱᴜᴋɪꜱʜɪᴍᴀ ᴋᴇɪ x ʀᴇᴀᴅᴇʀ] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang