"Merindukanku--- Sayang?"
Suara itu.
Senyuman iblis itu.
Wajah yang tersenyum seolah tak berdosa yang pria itu tunjukkan membuat hati Renggana mendadak berubah menjadi remah roti yang siap hancur kapan saja."Ba-bagaimana kau bisa ada di sini?"
"Itukah kalimat pertamamu untuk suamimu ini, Sayang? Setelah kau pergi begitu saja meninggalkanku?"
"Kau bukan suamiku!" teriak Renggana emosi.
Baginya, pria berwajah bak dewa itu bukanlah suaminya.
Dia hanya iblis yang terkurung dalam tubuh manusia.
Terdengar suara geraman dari mulut laki-laki tersebut. Rahangnya nampak jelas mengeras hingga otot wajahnya menegang. Gemertak gigi yang saling bergesekan seolah membuat seluruh syaraf tubuh Renggana mendadak mati.
Perempuan itu benar-benar ketakutan.
"Cukup, Nana. Jika kau lanjutkan cara bicaramu yang seperti ini. Akan kupastikan hari ini semua temanmu akan menjadi tunawicara."
Pias sudah wajah perempuan yang baru saja menginjak usia 21 tahun tersebut. Wajahnya pucat pasi karena tahu itu semua bukanlah sekadar ancaman saja.
Apa yang dikatakan oleh Edzsel pasti akan menjadi kenyataan.
"Kemarilah ... dan semua temanmu akan kubiarkan hidup dengan tenang."
Tangan lelaki itu terulur ke depan. Menawarkan perlindungan pada istrinya yang masih terlihat ketakutan, bahkan walau hanya berdekatan saja dengannya.
Renggana masih diam terpaku dan memikirkan bagaimana caranya agar dia bisa selamat dari genggaman pria gila ini. Tapi mengingat nyawa kawan-kawannya menjadi taruhan, tak pelak membuat Renggana memilih untuk menyerah.
Dia berjalan gontai mendekat kepada suaminya, yang kini sedang tersenyum penuh kemenangan sembari menatapnya. Mata pria itu tidak dapat membohongi siapapun yang melihatnya.
Edzsel benar-benar mencintai Renggana dengan caranya sendiri. Dan cara dia menatap serta memperlakukan Renggana benar-benar mampu menghipnotis siapapun.
Belum sampai Renggana menerima uluran tangan itu, kakinya sudah lebih dulu meluruh jatuh ke lantai. Membuat tubuhnya yang tampak lemah itu menjadi sasaran empuk bagi Edzsel.
Pria itu menangkap pinggang istrinya dengan cepat dan segera membawa perempuan itu kedalam pelukannya.
Tanpa Renggana sadari, tangannya secara otomatis memeluk leher indah Edzsel ketika indra penciumannya menangkap aroma wangi dari tubuh suaminya.
Aroma yang dulu membuatnya tergila-gila dan seolah menjadi candunya.
Ah ... Renggana kini sudah lupa tentang semua kewaspadaannya tadi. Dia memang selalu seperti ini ketika bersama Edzsel.
"Kau merindukanku juga kan, sayang?" suara bariton yang sangat dalam itu seolah menggoda Renggana untuk mengangguk dan mengiyakan segalanya.
Tapi perempuan itu masih sadar dan memilih untuk menjalankan rencananya.
Renggana bergerak cepat untuk mengambil pisau yang dia sembunyikan dibalik lengan bajunya. Kemudian, dengan gerakan cepat dihujamkannya benda tajam itu kearah yang dia inginkan.
Membuat darah segar mengalir dan membasahi pakaian Edzsel yang kini sudah berubah warna menjadi merah pekat karena aliran darah yang tak mau berhenti.
"Na ... Nana? Apa yang kau lakukan, Sayang?"
Suara Edzsel terbata-bata dan wajahnya berubah menjadi sepucat mayat karena masih tidak percaya dengan apa yang baru saja dilakukan oleh Renggana.
"Aku gila. Sama sepertimu."
Bersamaan dengan itu. Para bodyguard
yang menjaga ruangan itu segera berlari ketika melihat salah satu dari kedua orang itu ambruk dengan tetesan darah yang mengalir deras.Membuat para tawanan yang masih syok menatap pemandangan dihadapan mereka tertegun dan mendadak lupa akan rencana yang telah Renggana buat.
Sudah usai.
Sekarang semuanya sudah usai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Escape: Look At Me, Your Devil Angel
Mystery / Thriller"Merindukanku, sayang?" Suara itu. Senyuman iblis itu. Wajah yang tersenyum seolah tak berdosa yang pria itu tunjukkan membuat hati Renggana mendadak berubah menjadi remah roti yang siap hancur kapan saja. "Ba-bagaimana kau bisa ada disini?" "Itukah...