Love Me

4K 171 39
                                    

Req
Pair: TsukiKage
Warn: angst, fluff

.

"Aku berpacaran dengan Yamaguchi.."

Di tengah derasnya hujan di luar, Tsukishima mengetuk pintu kamar Kageyama hanya untuk menyampaikan hal itu. Tobio masih menecerna semuanya, matanya melebar kemudian pelan-pelan senyumnya tersungging. "Sungguh?!!"

Tsuki tersenyum dan mengangguk, ia terlihat senang sekali sampai tak sadar telah memeluk Kageyama kelewat erat tanpa basa-basi. Tobio tertawa, ia membalas pelukan Tsukishima. "Aku tidak menyangka akan secepat ini Kei!" Dibalik tawa dan senyum, ada air mata yang mati-matian coba Kageyama tahan.

"Aku juga tidak menyangkanya, aku sangat senang sekali.." Kei mengendurkan pelukan. Wajahnya terlihat cerah sumringah saat membahas Yamaguchi dan Kageyama bisa melihat itu dengan jelas.

Bagaimana Tsuki tersenyum lebar, ucapannya yang panjang tanpa jeda, pria ikal itu tampak seperti remaja puber yang barusan mengenal cinta. Tobio terkekeh dengan mata berkaca-kaca, jemarinya menyisir rambut si pirang sambil sesekali kepalanya mengangguk mendengarkan semua curhatan pria itu.

"Terima kasih sudah menjadi sahabat dan mendengarkan semua ceritaku.." Kei memeluk Tobio sekali lagi saat keduanya berdiri diambang pintu.

Tobio tersenyum dan mengangguk. Usai panjang lebar Tsukishima menceritakan tentang harinya, pemuda itu pun kembali berjalan ke kamarnya. Mereka tinggal di asrama kampus. Si raven melihat punggung Tsukishima yang menjauh pergi.

Cklek

Tak lama setelah pintu tertutup, Kageyama merosot dibalik pintu, pemuda itu menangis sambil memeluk lututnya. Perasaan patah yang hanya mampu diluapkan dengan air mata.

Kenapa? Aku selalu mendengar semua ceritamu. Selalu meluangkan waktu untukmu. Selalu memahami kesulitanmu. Selalu ada saat kau membutuhkan sandaran. Kenapa?

Tangisnya tak banyak suara namun sangat pilu dan menyayat hati. Tobio berjalan naik ke ranjang dan meringsek pada bantal guling, kakinya mengehentak-hentak abstrak juga tangannya memukul-mukul kasur.

Kenapa bukan aku?

Pemuda itu berjalan ke meja belajarnya, di sana ada beberapa foto dirinya dan Tsukishima bersama. Tobio mencabut semua foto-foto itu dan melemparnya ke dalam laci. Ia juga merobek-robek lembar buku harian miliknya yang berisi kekaguman dan suka diam-diamnya pada sang sahabat.

Napas Kageyama tersenggal. Tubuhnya merosot sekali lagi sambil melempar barang-barang disekitarnya. Sakit.

Dia selalu ada saat Tsukishima membutuhkan teman, tapi kemana Tsukishima saat dirinya butuh seseorang?

Perasaan satu arah, perhatian satu arah, pengertian satu arah, semuanya ini, hanya membuat ia sakit hati.

Katanya cinta tidak pamrih, tapi kenapa Tobio sangat ingin mendapat balasan atas perasannya. Apakah mengharap perasaan berbalas artinya dia tidak tulus?

.
.
.

"Kalau kau terlalu cuek dan tertutup pada semua orang, bagaimana kau akan dapat pacar nantinya Kei!" Tobio berkacak pinggang, mendongak guna memandang pada yang lebih tinggi.

Tsukishima adalah laki-laki yang pendiam, bahkan sejak awal bisa bersahabat dengan Kageyama juga karena si raven yang duluan mendekati.

Di bawah bunga sakura yang berguguran dan angin musim gugur yang menerpa, Tsukishima tersenyum tipis.

Senyum yang membuat Kageyama Tobio langsung terdiam dan memerah. Lelaki manis itu tidak lagi mengoceh karena debaran menggebu di dalam dirinya setiap kali melihat senyum langka Tsukishima. Kageyama memilih melengos dan mematap lurus jalanan.

Kageyama Harem Short StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang