Bab 14

9 1 3
                                    

Langit pagi ini terlihat tidak begitu cerah, sepertinya hal itu membuat Orlin masih bermalas-malasan di kamar yang didominasi cat dinding warna hijau itu. Dia hanya akan rajin kalau sudah dijemput Kanu atau Chiquita. Berhubung tidak ada tanda-tanda keduanya datang menjemput, Orlin pun masih bisa bersantai. Lagipula tidak ada pengambilan nilai untuk pelajaran hari ini.

Sekitar pukul tujuh Orlin baru memutuskan untuk melakukan ritual paginya, setelah selesai dan rapi dengan pakaian seragamnya, Orlin memutuskan untuk sarapan terlebih dahulu.

Orlin mengambil kunci motor kemudian berjalan ke garasi. Dia menjalankan motornya dengan kecepatan normal. Di perjalanan dia sempat berpapasan dengan seseorang yang tiba-tiba menyapanya, tapi Orlin tidak mengenal dengan jelas siapa orang tersebut. Orlin juga tidak mau memikirkan tentang hal itu. Setibanya di sekolah Orlin memarkirkan motor, kemudian berjalan santai masuk ke dalam kelas.

"Kebiasaan banget berangkat sekolah pasti siang," omel Chiquita kesal. Dia kadang merasa gregetan sendiri dengan tingkah sahabatnya itu.

"Nggak papa. Yang penting gerbang masih dibuka," balas Orlin santai.

"Kemarin lo nggak ikut sih, gue jalan-jalan sama Chiquita seru banget," sahut Abay memberitahu. Orlin tahu jika Abay ingin pamer tentang perjalanannya, tapi sayangnya dia juga pergi bersama Kanu kemarin. Orlin dan Kanu saling melirik seakan memberi tahu isyarat untuk tidak berkata apa pun tentang liburannya.

Orlin pun hanya memberi tanggapan sewajarnya. Menjaga perasan Abay agar dia tidak merasa diabaikan. Karena Orlin paham betul bagaimana rasanya jika ada seseorang yang mengabaikan. Nyesek.

"Seru, sih. Tapi mending lain kali gak usah, deh," sambung Chiquita seraya tersenyum sinis.

"Sok-sokan bilang nggak usah, padahal kemarin lo juga seneng banget," ledek Abay membuat Chiquita menjadi salah tingkah dan melarang Abay untuk berbicara lagi.

Orlin tidak memedulikan Chiquita dan Abay lagi, dia memilih untuk mengobrol dengan Kanu. Ada sedikit perbedaan yang Orlin rasakan sewaktu mengobrol dengannya, tapi Orlin tak mengacuhkan hal tersebut.

Pelajaran di sekolah hari ini terasa begitu cepat usai, padahal mood Orlin sedang tidak baik tapi dia masih bisa mengikuti pelajaran dengan baik karena terpaksa.

***

Sore harinya selepas asar, Kanu datang ke rumah Orlin untuk mengajaknya ke kafe. Hari ini dia ingin mencoba menjadi bariata di tempat kakaknya itu. Karena sudah direncanakan di hari sebelumnya, jadi Kanu tidak perlu menunggu lama Orlin untuk bersiap-siap.

"Ke kafe bawa mobil aja, cuaca dari pagi mendung, takut nanti belum sampai sana udah kehujanan kalau naik motor," ucap Orlin memberi perhatian.

Kanu yang sudah sadar cuaca tidak mendukung pun menuruti perkataan Orlin untuk membawa mobil. Perjalanan terasa begitu cepat karena perasaan Kanu sedang happy.

Namun sayangnya perasaan happy itu hilang dalam sekejap karena saat dia keluar mobil, Kanu diperhatikan oleh beberapa pengunjung perempuan. Hal tersebut membuat Kanu sedikit merasa risih.

Kamu segera menggandeng tangan kanan Orlin dan mengajaknya ke dalam kafe, Dia pikir dengan mengajaknya Orlin masuk dirinya bisa tenang dan merasa nyaman saat mencoba menjadi barista, tapi ternyata salah besar.

Selang setengah jam Kanu menjadi barista, banyak pengunjung yang menggodanya tanpa rasa mal. Jika Kanu tidak bisa menahan rasa emosinya mungkin sudah dibentak.

Sementara Orlin yang yang menyadari temannya diganggu justru tertawa, seeprti merasa terhibur melihara kejadian tersebut.

"Apa sih? Gue baru bentar jadi barista di sini tapi udah digombalin," keluh Kanu setelah para pengunjung tersebut pergi.

"Mungkin mereka pikir lo kayak oppa-oppa korea kali," sahut Orlin santai.

"Tapi syukurlah mereka nggak minta foto bareng sama gue, jadi nggak repot."

Mendengar itu Orlin terkekeh, "kecuali gue 'kan? Soalnya gue udah dapet banyak foto bareng lo, candid sih."

"Iya. Kalau lo nggak papa, dah. Soalnya udah ada di ponsel lo juga," ucap Kanu pelan. "Tapi—"

"Tapi apa?" potong Orlin cepat.

"Jangan sampai lo unggah foto di Instagram atau akun sosial media lain ada gue," ucap Kanu memperingati.

"Aman kalau cuma itu doang," balas Orlin santai.

Kanu hanya berdeham pelan. "Sama satu lagi, sih. Gue ada permintaan buat lo."

Orlin mengernyit bingung. "Apa tuh?"

"Jangan pernah sedih ya," ucap Kanu seraya tersenyum tulus. "Kalau misal ada sesuatu yang bikin lo sedih, lo bisa inget lagi momen pas kita jalan-jalan berdua. Disitu juga lo bisa tertawa lepas."

Orlin hanya mengangguk, mendengarkan ucapan Kanu dan menatapnya dengan wajah sendu. "Kenapa lo bilang begitu?"

"Untuk sekarang jangan tanya alasannya apa. Intinya karena lo orang terdekat gue."



To be continued





Latte Art Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang