Bab 56

20 15 0
                                    

Tama baru saja keluar dari pengadilan. Pria itu baru saja memenangkan kasus wanprestasi yang dilakukan seorang artis pada kliennya, sebuah perusahaan kosmetik yang baru saja naik daun di Indonesia. Putusan dari pengadilan menyatakan jika sang artis haru membayar ganti rugi dengan jumlah fantastis atas kerugian yang ia sebabkan pada perusahaan tersebut.

Pemilik perusahaan itu pun menjabat tangan Tama dengan wajah lega. Awalnya ia pesimis dengan hasil putusan sidang, mengingat sang artis adalah orang yang terkenal dan selalu bebas dari hukum. Sebenarnya kerja sama perusahaan dan artis tersebut baru saja terjalin. Jika saja sang artis tidak mangkir dari acara yang merupakan bagian dari kontrak kerjanya, mungkin tuntutan ini tidak akan ada. Hanya karena diputuskan oleh sang pacar, si artis mendadak mogok melakukan apapun dan memilih meratapi kandasnya hubungan asmara dirinya dan kekasih. Sehingga ia pun lalai menjalankan tugasnya dan berakibat kerugian pada pihak lain.

"Terima kasih banyak, Pak Tama. Kemampuan Bapak memang tidak usah diragukan lagi," ucap klien Tama.

"Sudah kewajiban saya untuk melakukan yang terbaik, Pak. Terima kasih sudah mempercayakan kasus Bapak pada saya." Tama menjawab dengan ramah dan profesional. Keduanya pun berpisah di depan pengadilan. Tama kemudian melajukan mobilnya untuk kembali ke kantornya.

Sesampainya Tama di ruangannya, ia pun langsung larut pada berkas-berkas kliennya. Ia pun membacanya satu persatu dan memilah strategi apa yang akan ia gunakan untuk memenangkan kasus yang ia tangani.

Tidak terasa sudah beberapa jam Tama fokus bekerja. Ia pun menyandarkan punggungnya di kursi seraya memijat tengkuknya yang sedikit kaku. Pandangan Tama seketika beehenti pada sebuah bingkai yang berisi sebuah foto dirinya dan teman-temannya selama di kos. Tetapi pandangan Tama hanya terfokus pasa seseorang di foto itu. Tami.

"Mi..., Lo di mana sekarang? Sekali aja, Mi, kita ketemu. Gue bakalan pastiin kalau gue gak bakalan ngelepas lo lagi," ucap Tama sambil mengusap wajah Tami dinfoto tersebut. Menghela napas lelah, Tama pun beranjak keluar dari ruangannya. Langit sudah gelap saat Tama keluar dari kantornya. Ia pun berinsiatif untuk pulang, mengingat waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.

Sesampainya Tama di apartment, pemandangan pertama yang ia dapati adalah Derby yang tengah bermain game dan Didam yang sedang menonton televisi. "Kalian berdua bukannya pulang ke rumah masing-masing, malah masih di sini," sindirnya, sambil berlalau menuju ke lemari pendingin untuk mengambil minum.

"Lembur lagi, Tam?" tanya Derby sambil memandangi penampakan temannya yang terlihat letih.

"Kerja keras gak gitu juga kali, Tam. Lo mau kerja keras gimana lagi sih? Lo udah jadi pengacara terkenal sekarang." Didam berkata sambil geleng-geleng kepala. Sementara Tama memilih mengacuhkan ucapan Didam. Ia sudah sangat lelah hari ini dan tidak punya energi untuk meladeni ucapan Didam.

Penasaran sama kelanjutan ceritanya, cuss ke aplikasi Fizzo, di sana lebih lengkap dengan ekstra part. Search aja "When We Meet"

When We Meet (Complete) Move To FizzoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang