Mirae memeluk dirinya sendiri sambil membalut tubuhnya dengan selimut di atas kasur. Tubuh gadis itu masih bergetar hebat, bahkan matanya sembab karena tak berhenti menangis sejak 2 jam yang lalu.
Jay masuk ke kamarnya, tempat Mirae berada, dengan nampan berisikan teh hijau hangat yang ia buatkan untuk sahabatnya itu.
Perlahan, Jay duduk di depan gadis itu dan meletakkan nampan tersebut di meja sebelah kasur Mirae.
"Rae, kenapa belom tidur?" tanya Jay lembut.
Mirae menggeleng. Tak berhenti ia memegangi bibirnya hingga berdarah.
"Bibir lo-"
Mirae menangkup wajahnya. Lagi-lagi ia menangis. Sudah kesekian kalianya Jay melihat gadis itu menangis kurang dari sehari.
Jay memeluk Mirae, membawa gadis itu ke pelukan terhangatnya. Sambil mengelus punggung Mirae, Jay terus membatin bahwa semuanya akan baik-baik saja dan Jake akan mendapatkan apa yang pantas ia dapatkan.
Jay melepas pelukannya dari Mirae, menatap wajah gadis itu lekat-lekat. Ia tahu Mirae sangat ketakutan. Jay sudah berusaha menghiburnya, namun nampaknya yang dilakukan Jake kepadanya selama beberapa hari kemarin cukup membuat Mirae terpukul.
"I'm sorry Rae...," ujar Jay pelan. "I'm sorry I can't protect you."
"You don't deserve me, Rae. I'm really-really sorry... Harusnya gue yang merasakan semua ini, bukan lo," sambungnya.
Mirae, dengan mata berlinang air matanya, membalas tatapan Jay.
"Makasih," ucap Mirae.
Jay termenung.
"Makasih udah nolongin Mirae disaat Mirae udah suruh kamu pergi dari hidup aku," lanjutnya.
"Itu semua enggak bener, Jay. Mirae sebenarnya-"
"Jay udah tahu," potong Jay.
Mirae mengernyit.
"Tahu apa?"
"Tahu Mirae enggak ingat masa lalu Mirae," kata Jay. "Lo cuma disuruh Jake. Lo ngelakuin itu demi gue. Harusnya gue yang terima kasih ke lo."
Tangis Mirae kembali pecah. Sungguh, rasanya melegakan Jay sudah mengetahui alasan dibalik semua itu. Ia tidak perlu menjelaskannya lagi, ia tidak perlu mengingat-ingatnya lagi.
"K-kamu tahu dari-darimana?" tanya Mirae sesenggukkan.
"Enggak penting darimana. Sekarang lo disini sama gue, aman. Lo enggak akan ketemu Jake lagi, Rae. I promise," jawab Jay.
"Jay enggak perlu janji gitu ke Mirae," ucap Mirae.
"Janji apa?"
"Jay enggak perlu janji ke Mirae kalau Mirae enggak akan ketemu Jake lagi."
"Terus, gue harus janji apa?"
Mirae mengelap tangisannya.
"Cukup janji Jay bakalan ada di samping Mirae mau itu pas ada Jake ataupun enggak."
Jantung Jay berdegup sangat kencang. Rasanya ia tidak percaya dengan apa yang Mirae katakan barusan. Setelah beberapa hari diacuhkan oleh gadis itu, Mirae kembali ke sampingnya dengan perasaan yang sama.
Itu sudah sangat cukup bagi Jay. Hanya itu yang ia perlukan sekarang. Bersama Mirae dengan perasaan yang tidak berubah.
"Gue janji," kata Jay.
Mirae tersenyum tipis lalu mengaduh kesakitan karena bibirnya yang terkelupas.
"Tuh, kan, udah gue bilang jangan dipegang-pegang," ujar Jay panik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgotten || Park Jongseong (Jay) [16+]✔
Fiksi Penggemar[COMPLETED✅] Menjadi tampan dan populer tidak menjamin hidup kalian akan bahagia. Bagaimana jika kalian berteman, bahkan bersahabat, dengan seorang perempuan super ekstrovert dan terlalu lugu? Jika kalian mengalami hal ini, mungkin kalian akan paham...